Pringsewu, NU Online
Pernikahan adalah bertemunya dua insan berbeda yang berkomitmen untuk hidup bersama membangun rumah tangga. Perbedaan antara keduanya bukan menjadi penghambat terwujudnya kedamaian membangun keluarga sakinah, mawadah wa rahmah. Namun perbedaan itu justru menjadi musabab semakin bahagianya di antara keduanya.
Dalam mengarungi biduk rumah tangga, pasangan suami istri harus memperhatikan minimal tiga hal untuk mewujudkan kebahagiaan. Tiga hal ini menjadi kunci sehingga jalinan suci pernikahan bisa langgeng dan penuh dengan kedamaian serta kenyamanan.
Menurut Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung KH Munawir, kunci kebahagiaan rumah tangga yang pertama adalah Qana'ah (menerima). Setiap pasangan harus menerima kekurangan dan kelebihan pasangannya masing-masing.
"Suami-istri, laki-laki dan perempuan dijodohkan karena perbedaan. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan dan Allah tidak pernah meleset mempertemukan setiap pasangan sehingga masing-masing harus sadar kelebihan dan kekurangan itu yang akan menyempurnakan hidup mereka," katanya, Rabu (12/2) malam.
Terkait dengan kelebihan dan kekurangan, Allah menciptakan setiap insan dengan fisik yang berbeda-beda. Kelanggengan rumah tangga bukan karena faktor fisik. Pasalnya, banyak yang berparas cantik dan tampan namun tidak bisa mempertahankan kebahagiaan rumah tangganya.
"Banyak artis yang ganteng dan cantik, dengan mahar miliaran rupiah namun pernikahannya hanya berumur hitungan hari. Sebaliknya yang secara fisik tidak ganteng atau cantik, hanya bermaharkan bacaan fatihah, mereka bisa langgeng," ungkapnya.
Terlebih saat ini angka perceraian tinggi dikarenakan masing-masing pasangan tidak mau menerima kekurangan pasangannya seperti dalam hal ekonomi atau penghasilan. Ini sangat memprihatinkan.
Kunci kebahagiaan yang kedua menurutnya adalah bisa saling menutupi kekurangan pasangannya. Setiap pasangan tidak boleh mengumbar kekurangan pasangan dan membeberkan permasalahan keluarga kepada orang lain. Permasalahan tersebut seharusnya diselesaikan secara intern dan tidak membuat lebih runyam situasinya.
"Jangan sedikit-sedikit ada masalah dengan suami atau istri langsung ditunjuk-tunjukkan pada orang lain. Apalagi di era medsos saat ini yang dengan mudah curhat di medsos atau grup WA. Bisa tambah kerok masalahnya," katanya.
Selanjutnya, menjaga komunikasi yang baik dengan pasangan menjadi kunci kebahagiaan dalam berumah tangga. Seharusnya apapun masalah yang ada, ataupun keinginan yang dimiliki masing-masing pasangan mampu dikomunikasikan dengan baik.
"Keluar rumah pun suami atau istri harus tahu ke mana. Jangan nylonong saja sehingga akan memunculkan kesalahpahaman," katanya.
Jika tiga hal ini bisa dilakukan oleh pasangan suami-istri, ia optimis suasana dalam rumah tangga akan nyaman dan penuh dengan keberkahan. Bukan hanya bagi keduanya, situasi yang damai juga akan mempengaruhi jiwa anak dan keturunan-keturunanya.
"Kalau keluarganya damai, anak pun akan damai. Tapi kalau keluarganya ribut saja, maka bibit keributan pun akan tertanam pada anaknya sehingga akan menjadi jiwa yang suka ribut, baik dalam keluarga maupun lingkungan dan masyarakat," pungkasnya.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin