Daerah

Waspadai Pengajian yang Digunakan untuk Gerakan Teror

Rab, 21 Agustus 2019 | 01:30 WIB

Waspadai Pengajian yang Digunakan untuk Gerakan Teror

Pengajian yang cenderung tertutup hendaknya lebih diwaspadai.

Bandar Lampung, NU Online
Direktur Pencegahan BNPT, Brigadir Jenderal (Pol) Hamli meminta masyarakat untuk mewaspadai beragam cara penyebarluasan paham radikal dan terorisme. Saat ini ada kelompok terhentu yang menyalahgunakan forum pengajian untuk tujuan jahat. 
 
"Bukan kami mengatakan pengajian adalah tempat penyebarluasan paham radikal terorisme, tapi memang faktanya ada kelompok-kelompok  yang menyalahgunakan pengajian untuk tujuan-tujuan itu," kata Hamli pada kegiatan Dialog Pelibatan Civitas Academica dalam Pencegahan Terorisme di kampus Universitas Lampung, Selasa (20/8).
 
Dia mencontohkan adanya sekelompok perempuan yang setelah mengikuti pengajian tertentu langsung berpandangan negatif terhadap kelompok lain, enggan berteman, dan ada bahkan yang sampai mengkafir-kafirkan aparatur negara. 
 
"Yang seperti ini kan tidak bisa pengajiannya yang disalahkan, tapi harus didalami. Itu tadi di pengajian dalam dikasih tahu apa kok begitu keluar jadinya begitu," jelasnya. 
 
Untuk lingkungan kampus, Hamli berpesan kepada seluruh pemangku kepentingan memberikan pengawasan terhadap jalannya pengajian-pengajian yang sifatnya tertutup. Hamli mendorong mahasiswa memiliki critical thinking untuk menolak ajakan bergabung atau melakukan aksi terorisme. 
 
"Seperti tadi disuruh melakukan bom bunuh diri dengan iming-iming surga. Kalau ada critical thinking adik-adik bisa menjawab dengan mudah, ustadz saja dulu yang melakukan bom bunuh diri agar bisa masuk surga lebih awal," ujar Hamli disambut tawa peserta kegiatan. 
 
Mantan narapidana terorisme, Kurnia Widodo, yang juga dihadirkan sebagai pemateri di kegiatan tersebut membenarkan apa yang disampaikan Hamli. Menurutnya, di lingkungan kampus bisa saja ditemui adanya pengajian-pengajian dengan tujuan penyebarluasan paham radikal terorisme. 
 
"Halaqah-halaqah yang mencurigakan, yang mojok-mojok gak jelas, jangan dikuti," kata Kurnia seraya menceritakan pengalamannya memperdalam keyakinan radikal di salah satu kampus di Bandung, Jawa Barat. 
 
Ciri-ciri pengajian yang disalahgunakan untuk penyebarluasan paham radikal terorisme, lanjut Kurnia, biasanya banyak diisi dengan penyampaian hal-hal melenceng dari kaidah keagamaan umum. Misalkan tentang demokrasi adalah syrik, hari akhir, keyakinan kebenaran perjuangan khilafah. 
 
"Yang disampaikan biasanya hal-hal umum, tapi berlebihan. Bukankah Nabi sudah mengajarkan bahwa yang berlebihan tidak bagus," pungkas Kurnia. (Ibnu Nawawi)