Internasional

Banjir Pakistan: Kasus Demam Berdarah Melonjak, 3.830 Orang Terinfeksi

Kam, 15 September 2022 | 16:00 WIB

Banjir Pakistan: Kasus Demam Berdarah Melonjak, 3.830 Orang Terinfeksi

Seorang wanita melintasi banjir di Pakistan. (Foto: BBC)

Jakarta, NU Online

Para pejabat kesehatan Pakistan memperingatkan krisis kesehatan yang mengancam negara itu setelah banjir besar baru-baru ini, salah satunya demam berdarah. Para ahli kesehatan setempat melaporkan bahwa pasca-banjir, terjadi lonjakan kasus demam berdarah (DBD), malaria, serta infeksi lambung yang parah.


Sudah lebih dari dua bulan sejak banjir melanda, namun ribuan desa di Pakistan masih terendam, membuat banyak keluarga mengungsi. Banyaknya pengungsi yang tinggal di dekat genangan air menyebabkan jumlah kasus demam berdarah melonjak tajam dari hari ke hari.


Sekretaris Jenderal Asosiasi Medis Pakistan Dr Abdul Ghafoor Shoro, mengatakan sekitar 3.830 kasus demam berdarah telah dilaporkan oleh pejabat kesehatan di provinsi Sindh selatan. Sembilan diantaranya dikabarkan meninggal dunia.


"Secara keseluruhan situasi di Sindh sangat buruk, kami mengorganisir kamp medis di seluruh provinsi. Sebagian besar kasus yang kami lihat sekarang adalah pasien demam berdarah diikuti oleh malaria," kata Dr Abdul Ghafoor Shoro, dikutip dari BBC, Kamis (15/9/2022).


"Beban DBD sama di seluruh provinsi dan meningkat setiap hari. Saat kami periksa ke laboratorium, kasus suspek sekitar 80 persen dari tes yang dilakukan," imbuhnya.
 

Dokter yang telah merawat pasien demam berdarah di rumah sakit Agha Khan di Karachi, Pakistan itu mengaku khawatir situasinya kian memburuk dalam beberapa minggu mendatang.
 

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Antonio Guterres, menyatakan keprihatinan tentang situasi selama kunjungannya ke daerah banjir pekan lalu.
 

Guterres mendesak negara-negara kaya untuk membantu Pakistan agar pulih dan bangkit dari bencana banjir tersebut.
 

"Kami membutuhkan dunia di mana perdamaian dan keamanan hanya dapat dijamin jika Anda mengurangi ketidaksetaraan," kata Guterres.
 

"Pakistan tidak bertanggung jawab atas krisis ini, ini adalah produk dari perubahan iklim, ini disebabkan oleh mereka yang mengisi atmosfer dengan gas rumah kaca. G20, ekonomi terbesar di dunia, mereka mewakili 80 persen emisi, Pakistan kurang dari 1 persen,” tambahnya.
 

Seperti diketahui, tiga puluh tiga juta orang telah terkena dampak banjir bandang yang telah terjadi di Pakistan. Bencana itu juga telah menewaskan hampir 1.500 orang sejak pertengahan Juni 2022.
 
 
Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Muhammad Faizin