Internasional

Deklarasi Al-Ula, Para Pemimpin Negara Arab Sambut Baik Rekonsiliasi di Teluk

Kam, 7 Januari 2021 | 10:35 WIB

Deklarasi Al-Ula, Para Pemimpin Negara Arab Sambut Baik Rekonsiliasi di Teluk

KTT Dewan Kerjasama Teluk (GCC) di kota Al-Ula, Arab Saudi. (Foto: Reuters)

Jakarta, NU Online

Para pemimpin negara Arab pada Rabu (6/1) menyambut baik hasil KTT Dewan Kerjasama Teluk (GCC) di Kota Al-Ula, Arab Saudi yang mengarah pada rekonsiliasi antara Qatar dan negara-negara tetangganya setelah perseteruan selama bertahun-tahun.


Dikutip dari kantor berita Anadolu, KTT tersebut mempertemukan para pemimpin negara GCC beserta Mesir di mana mereka menandatangani perjanjian yang menegaskan persatuan dan kerja sama mereka.


Presiden Irak Barham Salih menyambut baik rekonsiliasi Teluk. Dia menyampaikan hal itu dalam percakapan via telepon pada Selasa malam dengan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani.

 


Dalam sebuah pernyataan, Kepresidenan Irak mengatakan bahwa Saleh menekankan "penandatanganan Deklarasi Al-Ula dan Pernyataan Akhir dari KTT Teluk untuk memperkuat GCC dan persatuan Teluk dan Arab secara umum."


Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri mengatakan, KTT Teluk menetapkan fase baru aksi bersama Arab, dan menegaskan bahwa "solidaritas antara saudara adalah senjata paling berharga dalam menghadapi tantangan".


"Kami menghormati upaya dan ketajaman para pemimpin Dewan Kerja Sama Teluk untuk menyatukan barisan dan mengatasi perbedaan, apa pun itu," ungkap Hariri.

 


Kepala Dewan Kepresidenan Libya, Fayez al-Sarraj, menggambarkan dalam sebuah pernyataan bahwa deklarasi KTT itu sebagai "langkah ke arah yang benar yang mengarah pada persatuan Arab dan berkontribusi secara efektif untuk mencapai keamanan dan stabilitas di Libya, dan mengakhiri semua hal negatif".


Al-Sarraj memberikan selamat kepada para pemimpin di kawasan Teluk "atas pencapaian penting dan besar ini".


KTT Teluk itu berlangsung satu hari setelah Kuwait mengumumkan bahwa Arab Saudi dan Qatar mencapai kesepakatan untuk membuka kembali wilayah udara serta perbatasan darat dan laut antara kedua negara.

 


Krisis Teluk meletus pada Juni 2017, ketika Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir memberlakukan blokade terhadap Qatar dengan menuduhnya mendukung terorisme.  Doha membantah tuduhan itu dan menganggapnya sebagai upaya untuk merusak kedaulatannya.

 

Dikutip dari Arab News, Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman bahwa KTT Teluk yang menghasilkan kesepakatan memperkuat kembali persahabatan antara negara-negara di Arab, khususnya wilayah Teluk.

 

"Deklarasi Al-Ula memperkuat persahabatan antara negara-negara tetangga di wilayah Teluk yang juga menyajikan aspirasi masyarakat Teluk," ujarnya.

 

Pewarta: Fathoni Ahmad

Editor: Muchlishon