Internasional

Delegasi PBNU Nyai Iffah Ismail Sebut Fiqih Peradaban Sebagai Solusi Islamofobia pada Konferensi Azerbaijan

Ahad, 19 Maret 2023 | 21:00 WIB

Delegasi PBNU Nyai Iffah Ismail Sebut Fiqih Peradaban Sebagai Solusi Islamofobia pada Konferensi Azerbaijan

Pengurus LBM PBNU Nyai Hj Iffah Umniati Ismail menyampaikan pandangan fiqih peradaban pada konferensi internasional di Azerbaijan. (Foto: istimewa)

Azerbaijan, NU Online

Nyai Hj Iffah Ismail utusan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menghadiri The International Conference on Islamophobia bersama para tokoh dunia lintas agama di Baku, Azerbaijan, (15-16/3/2023). Nyai Iffah yang hadir sebagai pembicara menyampaikan pokok-pokok pikiran terkait fiqih peradaban yang dirumuskan NU dalam muktamar fiqih peradaban beberapa waktu lalu.


Nyai Iffah Ismail yang juga pengurus LBM PBNU merupakan narasumber perempuan satu-satunya dalam sesi terakhir konferensi ini. Nyai Iffah Ismail yang diutus oleh Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menyampaikan bahwa Nahdlatul Ulama (NU) tidak hanya berbicara teoretis, melainkan juga menggunakan segala kekuatan dan pengaruh sosial-politiknya untuk menghadapi dua macam Islamofobia: Islamofobia yang pasif dan terselubung dan Islamofobia yang aktif dan terang-terangan.


Menurutnya, tugas ini bukan tanggung jawab yang ringan bagi NU sebagai pewaris utama Islam ramah dan moderat; yaitu Islam yang dibawa oleh Wali Songo hingga berhasil menjadikan agama ini sebagai mayoritas di Kawasan Archipelago Nusantara (Asia Tenggara).


“Tantangan utamanya telah memosisikan NU terimpit dua macam radikalitas yang sama-sama keras: radikalitas fundamentalisme Islam yang terjangkit ‘Kafirophobia’ menurut istilah Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf, dan radikalitas Islamophobia dari luar komunitas muslim,” kata Nyai Iffah.


Bagi NU, Islam harus menjadi inspirasi yang hidup dan bersenyawa dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, NU melawan Islamofobia terselubung dengan menghidupkan warisan-warisan leluhur Nusantara seperti kearifan para wali, shalawat kepada Nabi Muhammad saw, dan budaya-budaya yang luhur, tanpa harus terjerembab dalam formalisme Islam.


Adapun untuk menghadapi Islamofobia yang aktif dan kasar, harus dirujukkan kepada faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi pemicunya. Secara internal, pemicu utamanya adalah pola pandang dan tindakan segelintir orang Islam yang menimbulkan kebencian dan kesalahpahaman yang menutupi kemuliaan Islam.


Untuk itu, NU menginisiasi fiqih peradaban sebagai pencarian bentuk fiqih yang pas dalam merespons tantangan zaman. “Ini adalah reformasi yang langsung pada akar permasalahannya!” kata Nyai Iffah Ismail.


NU juga melakukan sosialisasi terhadap Islam yang ramah dan moderat ini secara terus menerus dengan menjadi aktor utama dalam multitrack diplomacy untuk memperkuat hubungan bilateral antara komunitas muslim dunia di satu sisi, dan komunitas nonmuslim di sisi lain.


“NU adalah organisasi Islam terbesar yang independen, bahu membahu bersama negara dan semua unsur masyarakat untuk menampilkan Islam yang sejati dan melawan Islamofobia,” kata Nyai Iffah.


Pokok pikiran yang disampaikan Nyai Hj Iffah Ismail mendapatkan apresiasi yang besar dan menarik simpati publik kepada NU. Bahasa yang lugas dan tindakan yang nyata membuat Prof. El Shahhat Jindy dari Mesir dan Prof. Matz Mohy Abdel Hamid dari Irak menjadi kagum kepada NU.


“Anda telah berhasil membuat Nahdlatul Ulama menjadi topik pembicaraan utama di sini,” kata Imam Al-Wahid Central Mosque di Milan, Italia, Yahya Pallavicini.


Semua orang tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang NU, ingin bicara apa yang dia tahu tentang NU, ingin dekat dengan NU, dan ingin bersama NU sebagai pengusung utama model Islam Nusantara yang manusiawi.


Sementara itu, Yang Mulia Sultan Ahmed Aly (Sultan Bahoo dan Perdana Menteri Negara Junagadh State, Pakistan) menyatakan bahwa beliau sudah mempelajari fatwa-fatwa keagamaan yang muncul dari Nahdlatul Ulama. Beliau kagum terhadap terhadap sikap NU yang memberikan tempat yang mulia di garda depan bagi kaum perempuan.


“Fiqih Peradaban ala NU membuat Islam dan kaum muslimin tidak lagi hidup terasing di masa kini,” kata Sultan Ahmed Aly.


Narasumber yang hadir dalam konferensi ini antara lain Duli Yang Maha Mulia Shekh ul-Islam Haji Allahshukur Pashazade (Imam Syiah Ismaili Azerbaijan dan Chairman of the Caucasus Muslim Board), Prof. Ebrahem Negm (Penasehat Senior Grand Mufti Mesir), Duli Yang Maha Mulia Saliba Ozmen (Kardinal Gereja Kristen Orthodox Syiriac Metropolitan of Mardin and Diyarbakr), Duli Yang Maha Mulia Georgy Zviadadze (Protopresbyter, Kardinal Gereja Orthodox Georgia dan Rektor Tbilisi Theological Academy) dan Dr. Yahya Pallavicini (Imam Al-Wahid Central Mosque di Milan, Italia sekaligus Wakil Presiden COREIS komunitas muslim pribumi Italia).


Editor: Alhafiz Kurniawan