Internasional

Kuliah di Al-Azhar dan Aktif di NU Mesir

Jum, 30 Agustus 2019 | 20:00 WIB

Kuliah di Al-Azhar dan Aktif di NU Mesir

Ahmad Fariq Asybal di depan masjid Al-Azhar Mesir (IG Ahmad Fariq Asybal)

Jakarta, NU Online
Akhirnya tiba juga waktunya bagi Ahmad Fariq Asybal Aufa berangkat ke Negeri Kinanah setelah melewati penantiannya yang cukup panjang. Setahun memang terasa cukup lama untuk sebuah waktu yang ditunggu-tunggu kehadirannya. Tetapi, waktu panjang itu tentu tak disia-siakannya untuk berleha-leha.

“Masih terngiang kenangan itu, dimana saya berjuang mengurus pemberkasan, mempersiapkan untuk tes dan menunggu sampai ada setahun. Selama setahun menunggu saya isi dengan ngaji, menghafal Al-Quran, dan mematangkan persiapan saja,” katanya kepada NU Online pada Jumat (30/8).

Pria asal Pondok Pesantren Buntet, Cirebon, Jawa Barat itu telah mendarat dengan selamat di Bandara Internasional Kairo, Mesir, pada Rabu (28/8). Ia dan 28 orang lainnya langsung disambut oleh Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Mesir dan Pimpinan Cabang Istimewa (PCI) Gerakan Pemuda Ansor Mesir.

Fariq dan teman-temannya akan lebih memperdalam lagi berbagai ilmu pengetahuan agama salah satu kampus tertua di dunia, yakni Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir atas beasiswa kampus tersebut yang bekerjasama dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Mahasiswa kelahiran Desember 1997 itu sedianya tidak langsung mengikuti kuliah. Pasalnya, ia harus lebih dulu mengikuti sekolah bahasa yang disiapkan oleh kampus. Namun, ia sudah memiliki rencana untuk mengambil studi Aqidah Filsafat di Fakultas Ushuluddin.

“Rencananya kalau sudah kuliah, saya mau mengambil Fakultas Ushuluddin Jurusan Aqidah Filsafat,” ujarnya.

Keputusannya itu tentu saja bukan tanpa alasan dan latar belakang. Ia begitu dekat dengan paman sekaligus gurunya, yakni KH Ade M Nasihul Umam, yang juga menamatkan studinya di kampus yang kini ia tempati. Di matanya, sikap Kiai Ade membuat semua orang yang nyaman.

“Karena saya terinspirasi dari guru saya KH Ade Nasihul Umam. Beliau orang berakhlak mulia, bijaksana, sabar dan siapapun yang berada didekatnya selalu merasa nyaman,” ujarnya.

Filsafat, terangnya, memberikan perspektif luas dan mendalam atas suatu hal sehingga memberikan kebijaksanaan dalam bersikap. “Memandang segala hal dari banyak sisi yang membuat kita mengerti tentang apa arti kebijaksanaan,” katanya.

Sebelum berangkat ke Mesir, ia dan rekan-rekannya lebih dulu mengikuti pembekalan selama tiga hari, sejak Ahad hingga Selasa (25-27/8) di Pondok Pesantren Al-Tsaqafah, Ciganjur, Jakarta Selatan, yang diasuh oleh KH Said Aqil Siroj.

“Di situ, kami dibekali tentang bagaimana mahasiswa Indonesia Mesir (Masisir). Konon, Indonesia memiliki organisasi kekeluargaan terbanyak di sini (Mesir) dibandingkan negara lain,” jelasnya. 

Saat itu, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menyampaikan kepada para mahasiswa utusan PBNU bahwa Mesir merupakan kiblat keilmuan. “Mesir itu Kakbah fil ulum (Kabah dalam bidang keilmuan) karena di sana hampir semua ilmu berkembang, baik dari jalur kuliah atau jalur talaqi (mengaji),” kata Kiai Said kepada para peserta.

Pada kesempatan tersebut, para mahasiswa utusan PBNU itu juga ditekankan untuk turut menghidup-hidupi PCINU Mesir. Fariq jadi teringat dengan penggalan syiir yang dibuat oleh abahnya, KH Cecep Nidhomuddin, wa bil firqatin Nahdliyah qum wa ‘iz biha, bangun dan muliakanlah NU!.

Fariq berangkat dari Pondok Buntet Pesantren pada Sabtu (24/8) malam. Sebelum berangkat ke Jakarta, ia didampingi kedua pamannya, KH Ade Nasihul Umam dan KH Tb Ahmad Rifqi Chowas, shalat safar lebih dahulu di Masjid Agung Pondok Buntet Pesantren.
 
 
Pewarta: Syakir NF
Editor: Abdullah Alawi