Internasional

Media Asing Soroti Tragedi Kanjuruhan, Sebut Itu Insiden Tragis dalam Dunia Olahraga

Sel, 4 Oktober 2022 | 15:00 WIB

Media Asing Soroti Tragedi Kanjuruhan, Sebut Itu Insiden Tragis dalam Dunia Olahraga

Aparat menembakkan gas air mata usai di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022). (Foto: bola.net)

Jakarta, NU Online
Tragedi kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur menjadi sorotan media internasional belakangan ini. Beberapa media asing yang menyoroti tragedi kerusuhan itu, salah satunya adalah The Guardian.

 

The Guardian melaporkan tragedi Kanjuruhan dengan menayangkan berita bertajuk “125 dead after crowd crush at Indonesian football match” (125 tewas setelah kerusuhan di pertandingan sepak bola Indonesia).

 

Dalam tulisan tersebut, The Guardian menyebut insiden yang terjadi di Malang itu sebagai tragedi paling mematikan dalam sejarah olahraga stadion di dunia.

 

“Polisi menggunakan gas air mata sebagai tanggapan atas invasi lapangan oleh penggemar yang membuat kerusuhan, yang menyebabkan kepanikan di antara penonton yang panik,”tulis The Guardian.

 

Tak hanya The Guardian, media asing lainnya pun turut menyoroti tragedi kemanusiaan itu. The New York Times, media asal Amerika Serikat, juga mengabarkan soal kerusuhan di Stadion Kanjuruhan.

 

Mereka menurunkan berita dengan judul “Deadly Soccer Clash in Indonesia Puts Police Tactics, and Impunity, in Spotlight” (Bentrokan Sepak Bola Mematikan di Indonesia Menonjolkan Taktik Polisi dan Impunitas).

 

Pada artikel tersebut, The New York Times menuliskan metode yang digunakan kepolisian dalam menghadapi kerumunan memicu penyerbuan yang berujung pada kematian 125 orang dalam insiden itu.

 

“Dunia melihat sekilas taktik itu pada hari Sabtu, ketika petugas anti keamanan di kota Malang memukuli penggemar sepak bola dengan tongkat dan perisai dan, tanpa peringatan, menyemprotkan gas air mata ke puluhan ribu penonton yang berkerumun di sebuah stadion,” tulis The New York Times.

 

Mereka juga menuliskan pandangan ahli yang mengatakan bahwa tragedi itu menunjukkan adanya masalah sistemik yang dihadapi polisi. Banyak di antara personel yang kurang terlatih dalam pengendalian massa dan dinilai sangat militeristik.

 

“Bagi saya, ini benar-benar fungsi dari kegagalan reformasi kepolisian di Indonesia,” kata ekonom politik di Murdoch University di Perth, Australia Jacqui Baker yang mempelajari kepolisian di Indonesia.

 

Seperti diketahui, tragedi itu meletus usai Arema FC kalah 2-3 melawan Persebaya Surabaya pada pekan ke-11 Liga 1 Indonesia 2022. Sebagian suporter yang kecewa atas kekalahan Arema FC lantas menginvasi lapangan. Akibatnya, kerusuhan tak terhindarkan.

 

Menko PMK Muhadjir Effendy mengatakan bahwa sebanyak 125 orang meninggal, 302 orang luka ringan, dan 21 orang luka berat dalam insiden tersebut.

 

Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Aiz Luthfi