Internasional

Menang Pemilu 3 Kali, Militer Gabon Lancarkan Kudeta Presiden Ali Bongo

Jum, 1 September 2023 | 20:00 WIB

Menang Pemilu 3 Kali, Militer Gabon Lancarkan Kudeta Presiden Ali Bongo

Ali Bongo, Presiden Bongo 2009-2023. (Foto: instagram Ali Bongo)

Jakarta, NU Online 

Negara penghasil minyak di Afrika Tengah, Gabon, tengah mengalami guncangan politik setelah terjadinya kudeta militer yang dilancarkan untuk mengakhiri rezim panjang Presiden Gabon, Ali Bongo Ondimba. Sekelompok elit militer menyatakan telah mengambil kekuasaan pemerintah pada Rabu (30/8/2023) setelah Ali Bongo yang telah berkuasa sejak kematian ayahnya pada tahun 2009 kembali memenangkan pemilihan umum.


Para pemimpin kudeta militer itu kemudian menjadikan Presiden Bongo sebagai tahanan rumah, atas alasan "pengkhianatan", sementara tokoh-tokoh pemerintah lainnya juga telah ditahan atas berbagai tuduhan.


Berdasarkan laporan AP News, para pemimpin kudeta mengatakan dalam pengumuman di televisi pemerintah Gabon bahwa Jenderal Brice Clotaire Oligui Nguema telah ditunjuk sebagai presiden komite transisi untuk memimpin negara tersebut. Oligui adalah sepupu Bongo, yang pada Rabu pagi dinyatakan sebagai pemenang pemilihan presiden terakhir di negara itu setelah 55 tahun pemerintahannya dan mendiang ayahnya.


Dalam sebuah video, Bongo meminta agar rakyat bersuara terhadap kejadian ini. Namun, massa yang turun ke jalanan justru merayakan lengsernya Bongo yang dituduh semakin kaya berkat sumber daya alam negara, sementara banyak rakyat yang kesulitan.


Para pemimpin kudeta mengumumkan pemberlakuan jam malam mulai pukul 18.00 hingga 06.00 waktu setempat, meski begitu masyarakat tetap diizinkan untuk bergerak bebas pada hari Kamis.


Oligui diketahui pernah menjadi pengawal ayah Bongo, mendiang Presiden Omar Bongo. Oligui juga menjabat sebagai kepala dinas rahasia pada tahun 2019 sebelum menjadi Kepala Garda Republik. Ali Bongo Ondimba, 64, telah menjabat dua periode sejak berkuasa pada tahun 2009 setelah kematian ayahnya, yang memerintah negara itu selama 41 tahun. 


Sementara itu, sembilan anggota keluarga Bongo dalam penyelidikan di Prancis dan beberapa di antaranya menghadapi dakwaan awal atas penggelapan, pencucian uang, dan bentuk korupsi lainnya, menurut Sherpa, sebuah LSM Prancis yang didedikasikan untuk akuntabilitas. Penyelidik telah mengaitkan keluarga tersebut dengan properti senilai lebih dari $92 juta di Prancis, termasuk dua vila di Nice.


Terdapat ketidakpuasan yang meluas terhadap pemerintahannya. Sekelompok tentara pemberontak lainnya mencoba melakukan kudeta pada tahun 2019 tetapi dengan cepat berhasil dikalahkan. 


Negara bekas jajahan Perancis itu adalah anggota OPEC, namun kekayaan minyaknya terkonsentrasi di tangan segelintir orang saja dan hampir 40 persen penduduk Gabon berusia 15 hingga 24 tahun kehilangan pekerjaan pada tahun 2020, menurut Bank Dunia. Pendapatan ekspor minyaknya mencapai $6 miliar pada tahun 2022, menurut Administrasi Informasi Energi AS.