Internasional

Mengenal 3 Ulama Terkemuka Maroko (2)

Sel, 13 Desember 2022 | 22:00 WIB

Mengenal 3 Ulama Terkemuka Maroko (2)

(Ilustrasi: instagram @holidayguru.es)

Jakarta, NU Online

Maroko merupakan salah satu negara yang menjadi pusat peradaban Islam. Di negeri itu, lahir dan tumbuh para ulama yang menjadi rujukan keislaman hingga hari ini. Pemikirannya melalui murid dan karya-karyanya dibaca, diteliti, dikaji oleh Muslim di berbagai penjuru dunia.


Dalam bagian pertama Mengenal 3 Ulama Terkemuka Asal Maroko (1) Mengenal 3 Ulama Terkemuka Asal Maroko (1), NU Online menghadirkan tiga tokoh sufi yang memiliki banyak pengikut di Indonesia, yaitu Sayyid Ahmad At-Tijani, Syekh Abdus Salam bin Masyisyi, dan Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili.


Pada bagian kedua Mengenal 3 Ulama Terkemuka Asal Maroko (2) ini, NU Online akan menghadirkan tiga ulama hebat yang juga memiliki pengaruh besar dalam dunia keislaman, yaitu Syekh Muhammad bin Sulaiman al-Jazuli, Al-Qadhi ā€˜Iyadh, dan Syekh Abu Madyan Al-Ghauts.


1. Syekh Muhammad bin Sulaiman al-Jazuli

Banyak Muslim Indonesia akrab dengan salah satu kitab yang disusun oleh ulama berkebangsaan Maroko ini. Kitab tersebut adalah Dalailul Khairat. Kitab ini disusun oleh Syekh Muhammad bin Sulaiman al-Jazuli. Sosoknya merupakan ulama tasawuf yang pernah mengasingkan diri untuk fokus beribadah berkhalwat selama 14 tahun. Ia juga mendidik para santrinya setelah khalwatnya tersebut.


Syekh Al-Jazuli wafat akibat diracun pada 16 Rabiul Awal 870 H di Kota Sus. Ia mengembuskan nafas terakhirnya saat melaksanakan sujud shalat Subuh. Setelah 77 tahun dari hari kewafatannya, jenazah Syekh Al-Jazuli dipindahkan ke Kota Marrakesh. Hal ini sebagaimana dilansir NU Online dalam tulisan Wirid Dalailul Khairat: Sejarah, Penyusun, dan Keutamaannya.Ā Wirid Dalailul Khairat: Sejarah, Penyusun, dan Keutamaannya


2. Al-Qadhi ā€˜Iyadh

Syekh Al-Qadhi ā€˜Iyadh lahir pada bulan Syaā€™ban tahun 476 H. Ia memiliki nama lengkap ā€˜Iyadh bin Musa bin ā€˜Iyadh bin ā€˜Imrun bin Musa bin Muhammad bin ā€˜Abdullah bin Musa binā€™Iyadh al-Yahshubi al-Andalusi al-Maliki. Hal ini sebagaimana dilansir NU Online dalam tulisan Al-Qadhi ā€˜Iyadh, Ulama Multidisipliner yang Lahir di Bulan Syaā€™ban.Ā Al-Qadhi ā€˜Iyadh, Ulama Multidisipliner yang Lahir di Bulan Syaā€™ban


Meskipun ia lahir di Spanyol, tepatnya di Kota Ceuta, tetapi ia wafat di Marrakesh, salah satu kota yang indah di Maroko, pada tahun 544 H. Putranya, Al-Qadhi Muhammad, menyebut ayahnya wafat karena diracun, sedangkan Imam Adz-Dzahabi mengatakan Al-Qadhi ā€˜Iyadh wafat karena ditusuk tombak oleh seseorang karena mengingkari kemaksuman Ibnu Tumart yang mengaku sebagai Imam Mahdi.


Sejak kecil mula, ia sudah memiliki ketertarikan yang kuat dengan ilmu. Pada umur 13 tahun, ia sudah berangkat menuju kota pusat peradaban, yaitu Cordoba. Di sana, ia beristifadah kepada 100-an ulama dengan berbagai disiplin keilmuan. Tak pelak, sosoknya menjelma menjadi ulama yang multidisipliner. Ia pun diangkat sebagai hakim sehingga diberi gelar al-Qadhi di usianya yang masih kepala tiga.


3. Syekh Abu Madyan Al-Ghauts

Syekh Abu Madyan Al-Ghauts adalah ulama sufi dari negeri Andalus. Ia lahir di Sevilla pada tahun 509 H sebagai seorang yatim. Status itu tak membuat Syekh Abu Madyan menjadi kehilangan arah. Ia tumbuh menjadi penggembala atas perintah saudara-saudaranya dan selalu tertarik kepada orang-orang yang shalat dan membaca Al-Qurā€™an. Namun, ia tak bisa membaca Al-Qurā€™an, juga tidak bisa shalat.


Ketertarikannya yang kuat itu membuatnya menempuh perjalanan yang jauh ke Kota Fez, Maroko guna mengaji dan mendalami berbagai ilmu pengetahuan. Maroko memberikan sentuhan pengaruh yang luar biasa dalam pemikiran dan karya-karyanya.


Pewarta: Syakir NF

Editor: Alhafiz Kurniawan