Internasional

Perhatikan Wujud Hajar Aswad Sebelum Menciumnya

Sel, 4 Mei 2021 | 23:55 WIB

Perhatikan Wujud Hajar Aswad Sebelum Menciumnya

Hajar Aswad. (Foto: Haramain)

Jakarta, NU Online
Jika Anda mengatakan pernah mencium Hajar Aswad, mungkin perlu diingat-ingat kembali bagian mana yang Anda cium saat memasukkan kepala di wadah atau tempat batu surga itu diletakkan.

 

Pasalnya Hajar Aswad hanya berukuran sekitar 10 cm dengan jumlah 8 keping dan ditempelkan acak di tempat khusus berwarna perak berukuran kurang lebih 30 centimeter. Jika saat mencium tidak tepat meletakkan kepala atau hidung, bisa jadi Anda hanya mencium wadahnya saja.


Baru-baru ini, laman Haramain merilis foto-foto yang menunjukkan wujud asli batu hitam ini dari jarak yang sangat dekat. Foto yang sangat langka ini dilakukan dengan sangat teliti hingga membutuhkan waktu pengambilan foto selama 7 jam.

 

Jumlah foto yang diambil sejumlah 1050 buah dengan teknik foto fokus panorama bertumpuk. Resolusi yang digunakan juga sangat tinggi hingga 49.000 mega piksel sehingga mampu terlihat sangat jelas.


Tampak, pecahan batu hajar aswad yang berada di sudut tempat memulai Tawaf, atau sebelah kiri Multazam ini ditempelkan secara terpisah dan terlihat sangat jelas. Foto ini pun menjawab pertanyaan banyak orang yang penasaran tentang wujud dari batu mulia ini.

 

Masih banyak yang beranggapan bahwa Hajar Aswad masih berwujud satu bongkah dan berukuran sebesar lingkaran wadahnya. Jadi, ketika suatu saat punya kesempatan mencium Hajar Aswad, pastikan anda menciumnya dengan tepat sehingga mendapatkan keutamaannya.


Dalam Kitab Al-Hajj Fadlail wa Ahkam, halaman 263 karya Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki disebutkan banyak kelebihan dari batu yang awalnya putih namun karena banyaknya dosa-dosa manusia sehingga berubah menjadi hitam.

 

Di antaranya adalah menduduki tempat paling mulia di muka bumi ini yakni di pojok Ka’bah pada bagian timur laut Ka’bah. Di sudut inilah pertama kalinya Nabi Ibrahim bersama Ismail membangun Ka’bah. Di sudut ini juga tempat di mana posisinya selalu menjadi permulaan tawaf.


Dalam riwayat Abu Ubaid, Baginda Rasulullah mengkiaskan Hajar Aswad sebagai ‘tangan Allah’ di bumi. Barangsiapa yang mengusap Hajar Aswad, maka seolah-olah sedang bersalaman dengan Allah Swt. Selain itu, ia dianggap seperti sedang berbaiat kepada Allah dan Nabi Muhammad Saw.


Dari keutamaan inilah, banyak orang yang berada di Masjidil Haram berebut untuk menciumnya. Dengan berbagai macam cara mereka berusaha untuk mendekati batu tersebut. Ada yang berhasil menciumnya ataupun mengusapnya namun banyak pula yang gagal karena saling adu dorong, kaki terinjak-terinjak, bahkan ada yang sampai meninggal karena berhimpit-himpitan serta terinjak jamaah lain.


Dalam Hasyiyah I’anah ath-Thâlibîn ‘ala Halli Alfâdzi Fathi al-Mu’în li Syarh Qurratil-‘Ain, Dar el-Fikr, Beirut, juz 2, halaman 337 karya Syekh Abu Bakar bin Muhammad Syato’ ad-Dimyâthi, disebutkan doa ketika melihat, menyentuh, atau mencium Hajar Aswad.


بِسْمِ اللهِ ، وَاللهُ أَكْبَر اللَّهُمَّ إِيمَاناً بِكَ ، وَتَصْدِيقًا بِكِتَابِكَ ، وَوَفَاءً بِعَهْدِكَ ، وَاتِّبَاعاً لِسُنَّةِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عليه وسلم


Bismillâhi wa-Llâhu akbar allâhumma îmânan bika wa tashdîqan bikitâbika wa wafâ’an bi ‘ahdika wat tibâ‘an li sunnati nabiyyika muhammadin shallallâhu ‘alaihi wa sallam.


Artinya: “Dengan menyebut nama Allah, Allah maha besar. Ya Allah, seraya iman kepada-Mu, membenarkan kitab-Mu, menepati janji kepada-Mu, serta mengikuti sunah Nabi-Mu, Muhammad Saw."


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan