Rais Aam PBNU: Koalisi Islam yang Efektif Adalah Tanggung Jawab Peradaban
Jumat, 7 Maret 2025 | 21:00 WIB

Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar saat berpidato pada acara The Global Conference For Building Bridges between Islamic Schools of Thought and Sects di Makkah, Arab Saudi, Jumat (7/3/2025). (Foto: tangkapan layar kanal Youtube mwlapp)
Husnul Khotimah
Kontributor
Makkah, NU Online
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar mengatakan bahwa menuju koalisi Islam yang efektif bukanlah sekadar tema atau slogan yang digaungkan, tetapi sebuah tanggung jawab peradaban.
Hal tersebut ia sampaikan dalam acara The Global Conference For Building Bridges between Islamic Schools of Thought and Sects (Konferensi Global untuk Membangun Jembatan antara Berbagai Aliran dan Mazhab dalam Islam), di Makkah, Arab Saudi, Jumat (7/3/2025).
"Menuju koalisi Islam yang efektif bukan sekadar slogan untuk digaungkan, tetapi tanggung jawab peradaban yang harus disertai manajemen yang baik, ide cemerlang, perbaikan menyeluruh terhadap kebijakan agama dan pendidikan, yang mana di dalamnya juga mencakup perbaikan kurikulum," katanya.
Selanjutnya, Kiai Miftach mengingatkan bahwasanya persatuan Islam tidak ada kaitannya dengan penghapusan perbedaan hukum fiqih. Menurutnya, jika keragaman pandangan fiqih ditiadakan justru akan bertentangan dengan karakter Islam.
Ia lantas menyarankan agar persatuan Islam itu dilandaskan atas kerja sama yang konsisten, adanya pengelolaan perbedaan serta pemahaman terhadap visi keilmuan yang seimbang.
Untuk menguatkan pendapatnya, Kiai Miftach lantas membacakan sebuah kaidah fiqih dari Imam Al-Qarafi Al-Maliki dalam kitab Al-Furuq. "Perbedaan hukum fiqih itu jika buktinya kuat, lebih penting untuk diamati daripada membatalkannya, karena mengamati perbedaan membawa pada penggabungan bukti-bukti hukum, sementara membatalkannya mengarah pada pengutamaan salah satu dari kedua hukum tanpa adanya bukti yang pasti," ujarnya.
Selanjutnya, Pengasuh Pondok Pesantren Miftachussunnah Surabaya itu menyampaikan bahwa konferensi tersebut merupakan konferensi kedua yang diadakan guna membangun jembatan antara mazhab-mazhab Islam.
Hal tersebut, lanjut Kiai Miftach, termasuk kebutuhan syariat dan sebuah keharusan dalam maqashid syariah. Demikian ini guna mencapai persatuan dan kerukunan bangsa dari konflik serta pembangunan kembali jembatan antar mazhab Islam.
"Konferensi ini memiliki tujuan yang penting, namun outputnya jauh lebih penting. Konferensi ini bukan sekadar teori, tapi lebih menekankan strategi dan implementasi yang kokoh guna membangun jembatan antar mazhab-madzhab Islam yang disandarkan pada rasionalisasi ensiklopedi pemikiran Islam," ungkapnya.
Namun, lanjut kiai Miftach, berhasil tidaknya hal tersebut tergantung asumsi terhadap implementasi program. Penggunaan metode yang komprehensif, misalnya, sehingga dapat mengatur hubungan antara mazhab-mazhab dan metodologi hukum yang tepat.
Sebagai informasi, konferensi ini mengusung tema, “Menuju Koalisi Islam yang Efektif". Acara ini berada di bawah naungan Raja Salman bin Abdul Aziz dan Putra Mahkotanya, Muhammad bin Salman. Hadir dalam acara tersebut, ulama terkemuka dari berbagai negara, ulama dari berbagai aliran serta ulama dengan berbagai madzhab.
Terpopuler
1
Kultum Ramadhan: Jadikan Al-Qur’an sebagai Sahabat dan Penolong di Akhirat
2
Lailatul Qadar Ramadhan 1446 H Akan Jatuh pada Malam Ke-23 Menurut Imam Ghazali
3
Doa Malam Lailatul Qadar, Lengkap dengan Latin dan Terjemahnya
4
Israel Kembali Serang Gaza, Lebih 400 Warga Palestina Meninggal
5
Bahas RUU TNI, Alissa Wahid Ungkap Alasan Gus Dur Tak Setuju dengan Dwifungsi ABRI
6
Surplus Perwira Jadi Penyebab Munculnya RUU TNI, Pakar: Militer Bisa Dapat Imunitas Hukum
Terkini
Lihat Semua