Ratusan Rakyat Sipil Tewas Akibat Bentrokan Loyalis Assad dan Pasukan Keamanan di Suriah
NU Online · Senin, 10 Maret 2025 | 17:00 WIB
Afrilia Tristara
Kontributor
Jakarta, NU Online
Bentrokan antara pasukan keamanan dan loyalis rezim Bashar Al Assad terjadi di Latakia, Suriah pada Kamis dan Jumat (6-7/3/2025) lalu. The Guardian menulis menurut Syrian Observatory of Human Rights, bentrokan yang terjadi selama dua hari tersebut menelan korban meninggal dunia sebanyak 745 orang warga sipil, 125 pasukan keamanan, dan 148 loyalis Al Assad.
Jumlah korban tewas yang mencapai lebih dari seribu orang ini menunjukkan angka tertinggi sepanjang kerusuhan yang pernah terjadi di Suriah.
Pertempuran dimulai pada hari Kamis setelah para loyalis rezim Al Assad menyergap pasukan keamanan di Jableh, di provinsi pesisir Latakia.
Kelompok bersenjata menyerang pos pemeriksaan dan petugas keamanan di kota pesisir Jableh dan pedesaan provinsi Latakia pada hari Kamis. Serangan tersebut berubah menjadi pembunuhan balas dendam saat ribuan pendukung bersenjata pemimpin baru Suriah pergi ke daerah pesisir untuk mendukung pasukan keamanan.
Menurut Kepala Direktorat Keamanan Umum Provinsi Suriah Mustafa Knefati insiden ini merupakan serangan yang telah direncanakan sebelumnya. Pertempuran kemudian pecah sekitar pukul dua siang,
Mengutip The Guardian seorang warga Jableh memberikan keterangan terkait situasi bentrokan. "Kedengarannya seperti kiamat, ada bentrokan besar-besaran. Saya bisa mendengar helikopter, artileri, dan bahkan mortir," katanya.
Sementara itu, Aljazeera melaporkan, Presiden sementara Suriah Ahmed al-Sharaa pada hari Jumat (7/3/2025) menyerukan kepada masyarakat yang bentrok itu untuk meletakkan senjata dan menyerah 'sebelum terlambat'. Seruan ini merupakan pernyataan publik pertamanya sejak meningkatnya kekerasan di wilayah Latakia, yang sebagian besar dihuni oleh minoritas Alawite (basis pendukung Al Assad).
Al-Sharaa mengatakan pasukan pemerintah akan mengejar sisa-sisa rezim yang Al Assad yang jatuh setelah puluhan tahun berkuasa dan membawa mereka ke pengadilan untuk menerima konsekuensi yang adil.
Pada hari Sabtu (8/3/2025), intensitas bentrokan dilaporkan mengalami penurunan secara signifikan. Kepresidenan Suriah mengumumkan pembentukan komisi nasional independen untuk menyelidiki insiden kekerasan baru-baru ini di kota pesisir Latakia sebagaimana ditulis oleh SANA.
Presiden Al Sharaa kemudian menyatakan perlunya menjaga persatuan nasional dan perdamaian dalam negeri pada Ahad (9/3/2025).
"Yakinlah tentang Suriah, negara ini memiliki karakteristik untuk bertahan hidup," kata Al-Sharaa dalam sebuah video di sebuah masjid di Mazzah, Damaskus melansir Aljazeera.
"Apa yang saat ini terjadi di Suriah masih dalam tantangan yang diharapkan," imbuhnya.
Terpopuler
1
Tim TP2GP dan Kemensos Verifikasi Pengusulan Kiai Abbas sebagai Pahlawan Nasional
2
Atas Dorongan PBNU, Akan Digelar Jelajah Turots Nusantara
3
Rais Aam Sampaikan Bias Hak dan Batil Jadi Salah Satu Pertanda Kiamat
4
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Keutamaan & Amalan Istimewa di Hari Asyura – Puasa, Sedekah, dan Menyantuni Yatim
5
Jejak Mbah Ahmad Mutamakkin, Peletak Dasar Keilmuan, Pesantren, dan Pemberdayaan Masyarakat di Kajen
6
Pangkal Polemik ODOL Kegagalan Pemerintah Lakukan Tata Kelola Transportasi Logistik
Terkini
Lihat Semua