Internasional

'Tarekat Transformasi Digital' Nahdliyin di Jerman

Jum, 14 Februari 2020 | 16:30 WIB

'Tarekat Transformasi Digital' Nahdliyin di Jerman

Ketua PCINU Jerman Rodlin Billah (kanan). (Foto: tangkap layar youtube)

Jakarta, NU Online
Terma ‘Tarekat Transformasi Digital' muncul dari KH Dian Nafi' tentang hasil pertemuan Majma Buhuts di Kajen beberapa waktu lalu. Hal itu penting dalam rangka meningkatkan peran serta NU dalam ruang lingkup nasional maupun peningkatan reputasi NU di dunia internasional.
 
Pada tataran praktis, misalnya, hal ini menuntut para kiai dan nyai untuk mendokumentasikan ceramah atau pengajiannya dalam berbagai konten media sosial agar masyarakat dari segala lapisan dapat segera mengaksesnya.
 
"Namun ini, menurut saya, baru merupakan sebagian kerja," kata Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jerman Rodlin Billah kepada, Kamis (13/2).
 
Sebab, katakanlah, pengakses konten-konten tersebut berasal dari Indonesia yang mayoritas berbahasa Indonesia, maka secara nasional tujuan ini dapat dicapai. Namun, lanjutnya, lain halnya secara internasional yang mayoritas pengaksesnya justru tak bisa berbahasa Indonesia.
 
"Bicara ‘NU menjadi model Islam Wasathiyah di Jerman/Eropa/Barat' ya mau ndak mau sudah mesti berbahasa Inggris," katanya.
 
Selain itu juga ceramah dan karya-karya para mushonnif terdahulu juga perlu didigitalisasikan dengan tujuan yang sama. "Ini tinjauan secara praktis," ujar pria yang akrab disapa Gus Oding itu.
 
Lebih dari itu, 'tarekat transformasi digital' tidak saja diamalkan pada bagaimana menghasilkan konten, tetapi juga pada pembuatan perangkat yang menunjang hal tersebut. Pembuatan transmitter berkecepatan tinggi untuk komunikasi serat optik, misalnya.
 
"Komunikasi serat optik adalah infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung revolusi industri 4.0," ujar Gus Oding yang juga tengah meneliti teknik integrasi untuk pembuatan transmitter tersebut.
 
Aplikasi keseharian seperti gim daring (online game), siaran langsung (live streaming), ponsel, smart-TV, dan alat-alat lain, menurut asisten peneliti di Karlsruher Institut fuer Technologie itu, sangat membutuhkan moda transportasi data yang sangat cepat.
 
"Dalam skala yang lebih jauh dari keterlibatan seorang individu, misalnya smart home (yang lampunya bisa nyala sendiri jika malam tiba) untuk satu keluarga, atau smart city untuk beberapa juta orang maka tinggal mengalikan sendiri faktor tersebut dengan skala individu tadi," ungkapnya.
 
Di samping itu, Nahdliyin di Jerman juga memiliki keahlian lain dalam rangkan mendukung transformasi digital, seperti manajemen industri dan logistik untuk menyokong revolusi industri 4.0, data mining serta pengolahan big data untuk pencegahan penyakit kanker, telekomunikasi serat optik berkecepatan tinggi, serta bidang-bidang canggih lainnya.
 
Namun, jika dilihat dari tinjauan secara fundamental, Gus Oding menyampaikan bahwa sebenarnya transformasi digital meletakkan aspek terpentingnya pada aspek pengorganisasian, sebelum kemudian membicarakan pemanfaatan teknologi-teknologi, sebelum kemudian membicarakan konektivitas teknologi-teknologi tersebut. Pasalnya, konektivitas merupakan satu dari sekian karakter yang jamak ditemui dalam revolusi industri 4.0.
 
Dari situ, lanjutnya, beberapa 'produk' awal transformasi digital sesungguhnya membicarakan hal-hal yang biasa dibicarakan dalam sebuah organisasi, yakni (1) Kesadaran individu bertransformasi menjadi kesadaran kolektif, (2) Bertransformasi menjadi visi misi organisasi/badan d imana orang-orang dengan kesadaran kolektif tersebut berkumpul, (3) Bertransformasi menjadi strategi, misal pencarian atau pelibatan SDM yang relevan untuk pemanfaatan teknologi tertentu, timeline, resource management, (4) Bertransformasi menjadi langkah-langkah kongkrit, (5) yang memiliki sustainability, (6) Dan baru membicarakan bagaimana pelaksanaan langkah kongkrit yang sustain tadi dengan dibantu pemanfaatan teknologi baru yang terkoneksi satu sama lain.
 
 
Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan