Internasional

Ulama Indonesia dan Malaysia Teken Kesepakatan Pembangunan Pesantren Turots

Sab, 17 Desember 2022 | 12:45 WIB

Ulama Indonesia dan Malaysia Teken Kesepakatan Pembangunan Pesantren Turots

Penandatanganan pendirian Pesantren Turots dilakukan di Pondok Pesantren Mambaus Sholihin, Gresik, Jawa Timur pada Rabu (14/12/2022). (Foto: dok. istimewa)

Gresik, NU Online

Yayasan Ihya Turats Nusantara dari Indonesia dan Yayasan Restu dari Malaysia melakukan penandatanganan nota kesepahaman untuk membangun pondok pesantren yang fokus pada peningkatan literasi agama khususnya penulisan Al-Qur’an dan Turots atau manuskrip para ulama di kawasan Nusantara. 


Penandatanganan ini dilakukan di Pondok Pesantren Mambaus Sholihin, Gresik, Jawa Timur pada Rabu (14/12/2022).


Dalam penandatanganan tersebut, disebutkan bahwa pondok pesantren yang akan dibangun bernama “Nasyrut Turots” yang akan bertempat di Pasuruan, Jawa Timur. 


Dalam keterangannya, pondok selevel perguruan tinggi Strata 1 (S1) ini akan memiliki spesialisasi setidaknya di bidang teknik penulisan kitab (ta’lif), teknik kurasi (tahqiq), dan kaligrafi (khat).


“Tujuan dari nota kesepakatan ini adalah untuk meningkatkan mutu perjuangan agama, terutama di bidang penguatan para muallif, muhaqqiq, dan khatat. Sebab kami meyakini ketiga bidang ini memiliki pengaruh signifikan dalam pengembangan literasi di kalangan Dunia Islam,” kata Wakil Ketua Yayasan Ihya Turots, Muhammad Najib AR, Sabtu (17/12/2022).


Ia menambahkan, upaya mencetak para muallif perlu dilakukan kembali untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas literasi di bidang agama. Hal ini juga sejalan dengan semangat NU yang tengah memasuki abad keduanya. 


Dengan peningkatan kapasitas pada sektor ta’lif, tahqiq dan khat, di masa depan kita akan menjadi rujukan pengetahuan agama sebagaimana di masa lampau.


Ia menambahkan, sebenarnya, ulama Nusantara khususnya Indonesia sejak abad ke-13 telah menjadi bagian penting dari poros pemikiran Islam dunia.

 

“Sebab ulama kita sejak jaman dulu sudah memenuhi atrium peradaban islam dunia. Mulai dari Syeikh Khatib Sambas, Syeikh Nawawi Al-Bantani, dan Syekh Yasin Alfadani serta para masyayikh palembang, seperti Muhammad Aqib Alfalimbani, telah memainkan peran besar dalam kancah pemikiran Dunia Islam,” jelas Najib.


Dalam rangka semangat itulah, penandatanganan MoU ini dilakukan. Yakni dalam rangka mencetak para ulama Islam di masa depan.

 

“Kita sekarang dalam rangka menghidupkan kembali, dengan mencetak muallif dan muhaqqiq sebanyak-banyaknya. Sehingga menjadi sumbangan muslimin Indonesia, khususnya Nahdlyyin, dengan mengetengahkan lagi ulama Nusantara dengan literasi dan kurasi turost,” ujar Najib.


Sebelumnya, CEO Yayasan Restu, Dato Mohd Asyaharim bin Abdul Latiff, dalam sambutannya beliau menyampaikan bahwa semangat pendirian Nasyrut Turats ini tidak lain agar kita semua mendapatkan pandangan cinta dan senyum bahagia dari Rasulullah Muhammad saw.


Penandatanganan kesepakatan dilakukan oleh perwakilan Yayasan Ihya Turats, Muhammad Najib AR dan Yayasan Restu Malaysia Dato Abdul Latiff Mirasa, yang disaksikan oleh Rais 'Aam PBNU sekaligus Pembina Yayasan Ihya Turots Nusantara KH Miftachul Akhyar, Pengasuh Pesantren Langitan KH Abdurrahman Abdullah Faqih, Dato Mohd Asyaharim bin Abdul Latiff dari Malaysia. Juga para habaib dan kyai lain yang turut hadir dan menyaksikan seremoni penandatanganan itu.


Tampak di atas panggung adalah Habib Ahmad Mujtaba Bin Shahab selaku koordinator Majelis Muwasholah Pusat, para pengurus LTN PWNU Jawa Timur diwakili oleh Ahmad Karomi dan Ifdholul Maghfur, serta para pengurus PCNU setempat.


Editor: Fathoni Ahmad