Kesehatan

3 Risiko Cedera yang Perlu Diwaspadai di Perlombaan 17 Agustus

Sel, 8 Agustus 2023 | 14:00 WIB

3 Risiko Cedera yang Perlu Diwaspadai di Perlombaan 17 Agustus

Ilustrasi: Lomba tarik tambang memiliki risiko cedera terkilir sehingga harsu dilakukan dengan hati-hati (Foto: Freepik)

Sumenep, NU Online
Di momentum peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-78 Kemerdekaan RI diprediksi bakal dimeriahkan dengan aneka lomba yang diadakan di berbagai daerah. Di balik lomba tersebut, kata pengurus Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Sumenep, dr H Slamet Riadi, ada risiko cedera yang perlu diwaspadai.

 

1. Terkilir
Risiko ini akan dialami saat ikut lomba tarik tambang, bakiak, dan balap karung yang masih banyak dipertandingkan di beberapa daerah. Selain menyenangkan, lomba ini membutuhkan kekuatan, kecermatan, kelincahan, dan kerja sama tim. 


Di balik keseruan lomba ini, mestinya hati-hati dengan risiko cedera yang bisa mengintai. Bila tidak dilakukan dengan hati-hati, ketiga lomba tersebut bisa rentan membuat cedera peserta lomba. Salah satunya, terkilir atau keseleo.


"Keseleo atau terkilir juga biasa dikenal dengan cedera sprain. Kata ahli, cedera ini bisa terjadi pada sisi luar pergelangan kaki, ketika posisi telapak kaki berubah tiba-tiba ke dalam, atau di sisi dalam karena telapak kaki yang mengarah ke luar," ucapnya kepada NU Online, Senin (7/8/2023).


dr Slamet menjelaskan, terkilir adalah cedera yang terjadi pada ligamen, yaitu jaringan ikat yang menghubungkan antara tulang dan menyokong sendi. Gejala cedera sprain ini berupa bengkak dan nyeri pada pergelangan kaki. Selain itu, cedera ini juga bisa menimbulkan memar, membuat gerak kaki jadi terbatas, dan ketidakstabilan pada pergelangan kaki. 

 

Melansir Mayo Clinic, cedera sprain yang tak ditangani dengan tepat, bisa saja menimbulkan berbagai komplikasi. Misalnya, menyebabkan nyeri kronis pada pergelangan kaki, artritis sendi pergelangan kaki, dan ketidakstabilan kronis pada sendi pergelangan kaki.


"Oleh sebab itu, atlet profesional mesti dievaluasi oleh seorang ahli medis profesional untuk menentukan langkah penanganan yang tepat, mulai dari perawatan dan rehabilitasi," ungkap Ketua Lembaga Kesehatan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (LK MWCNU) Gapura ini.


2. Tersedak
Keluhan medis yang satu ini biasanya disebabkan oleh makanan. Salah satu perlombaan yang biasa digelar yang terkait dengan aktivitas makan adalah lomba makan kerupuk atau lomba makan cepat lainnya. Menurut dr Slamet, lomba makan cepat ini tidak menutup kemungkinan bisa membuat pesertanya tersedak. Dalam dunia medis, benda asing yang tersangkut.di saluran pernapasan bisa membahayakan orang yang mengalaminya.


Secara medis, kasus tersedak bisa membuat seseorang kesulitan untuk bernapas. Pasalnya, makanan yang berada di saluran udara itu bisa menghambat aliran udara di tenggorokan. Komplikasi tersedak ini juga bisa mengancam nyawa. Kasus tersedak sendiri biasanya sering terjadi ketika seseorang menelan makanan secara tergesa-gesa.


"Kita bisa membantu seseorang yang tersedak menggunakan teknik manuver heimlich. Caranya cukup sederhana, pertama posisikan korban secara berdiri atau duduk, dan berdirilah di belakangnya. Lalu, lingkarkan kedua tangan kita di sekitar pinggang korban seperti posisi memeluk," terangnya.

 

"Lalu, kepalkan salah satu tangan dan pastikan ibu jari masuk ke dalam kepalan. Kemudian, letakan kepalan itu sedikit di atas pusar orang yang tersedak, tapi di bawah tulang dada," lanjut dr Slamet.


Hal yang mesti diingat, lanjutnya, posisikan sisi luar dari ibu jari menghadap perut korban, dan genggam kepalan tangan kita dengan rapat dengan tangan satunya. Dengan kepalan itu, sentakan kuat-kuat ke dalam perut dengan keras dan cepat, lalu ke arah atas. Ingat, kata dia, ke arah dalam lalu ke arah atas, dengan cepat. Kata ahli, gerakan itu dilakukan untuk memberikan suatu tekanan, dan diharapkan bisa mengeluarkan kembali objek yang tersangkut di tenggorokan.

 

"Ingat, menurut riset dari Injury Fact 2016, tersedak merupakan penyebab utama keempat kematian yang tak disengaja," imbau pria yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama (PDNU) Sumenep.


3. Patah Tulang
Cedera yang satu ini tidak main-main. Cedera ini dialami pada jenis lomba panjat pinang. Terjatuh saat melakukan panjat pinang, sama halnya terjatuh dari ketinggian 3-4 tingkat bangunan gedung. Risiko cederanya bisa terbilang serius. 

 

Kata ahli, patah tulang merupakan cedera trauma yang enggak jarang dijumpai. Hal yang perlu diketahui, bila tidak ditangani dengan tepat, patah tulang ini amat berisiko. Bahkan, jika tidak ditangani dengan tepat bisa menimbulkan dampak yang fatal.

 

Pria yang diamanahi di Pengurus Cabang (PC) LKNU Sumenep ini menjelaskan, patah tulang umumnya dalam dunia medis disebut dengan fraktur. Cedera ini digolongkan menjadi dua macam, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Perbedaannya, fraktur tertutup tulang yang patah tidak sampai melewati kulit. Sementara fraktur terbuka, sebagian atau seluruh tulang yang patah terlihat menembus kulit.

 

"Dari 3 risiko ini, kami mengimbau kepada seluruh warga Indonesia, khususnya Nahdliyin agar berhati-hati saat mengikuti lomba yang dimungkinkan memiliki risiko," tandasnya.