Kesehatan

Madu dalam Kisah Isra' Mi'raj, Inspirasi Surgawi Pencegah Stunting

Rab, 7 Februari 2024 | 14:00 WIB

Madu dalam Kisah Isra' Mi'raj, Inspirasi Surgawi Pencegah Stunting

Ilustrasi: madu (freepik).

Inspirasi dari kisah Isra’ dan Mi’raj relevan dengan berbagai lini kehidupan manusia, termasuk kesehatan. Cerita sungai dari madu yang dilihat Rasulullah saw pada saat Mi’raj bisa menginspirasi manusia untuk memelihara kesehatan. Tidak sekedar memotivasi umat Islam agar mendapatkan kebahagiaan di akhirat kelak, madu juga sangat bermanfaat untuk kesehatan hidup manusia di dunia.

 

Sebagai sumber nutrisi yang multifungsi, madu belum banyak dibicarakan untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan di tanah air. Kasus stunting yang marak dibicarakan dewasa ini seolah melupakan madu sebagai solusinya. Saat ini, 1 dari 3 anak Indonesia mengalami stunting. Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh akibat kurang gizi yang berkepanjangan, infeksi berulang, dan kurangnya stimulasi. 

 

Madu dapat diperoleh dari budidaya maupun diambil di hutan yang banyak terdapat di Indonesia. Selain itu, madu sejak dahulu digunakan sebagai bahan campuran jamu di Nusantara. Seiring dengan berkembangnya permasalahan kesehatan seperti stunting, madu juga diteliti sebagai salah satu solusinya.

 

Bagaimana kisah sungai madu yang dilihat oleh Rasulullah pada malam Mi’raj? Apa saja keistimewaan madu di dunia ini? Di antara berbagai solusi untuk mengatasi stunting, apakah madu merupakan pilihan yang potensial?

 

Dalam Kitab Dardir, Nabi Muhammad saw melihat sungai madu dua kali. Saat pertama nabi melihat sungai madu adalah di sekitar Sidratul Muntaha, sedangkan yang kedua adalah di dalam surga. (Sayyid Ahmad ad-Dardir, Ad-Dardir ‘ala Qisshatil Mi’raj, Dar Ihya al-Kitab al-‘Arabiyah, tanpa tahun: halaman 21-22).

 

Sebagai wujud kenikmatan surgawi, keberadaan madu di akhirat tentu tidak sama dengan madu yang ada di dunia. Di surga ada sungai madu, sedangkan di dunia tidak pernah ada sungai seperti itu. Namun, madu di dunia dapat diambil manusia dari sarang lebah yang menghasilkannya. Nilai madu yang sangat tinggi menjadikannya komoditas kesehatan yang unik.

 

Dalam salah satu surat Al-Qur’an, madu disebut sebagai obat yang menyembuhkan bagi manusia. Penyebutan itu didahului dengan keistimewaan lebah yang menghasilkannya.
 

وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ

 

Artinya: “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).” (Surat An-Nahl: 68).

 

Barulah di ayat berikutnya madu disebut sebagai obat bagi manusia.

 

ثُمَّ كُلِي مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلا يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

 

Artinya: “Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (Surat An-Nahl: 69).

 

Salah satu keunikan madu adalah daya tahannya yang luar biasa sehingga tidak rusak dalam jangka panjang. Madu pernah ditemukan di salah satu makam Firaun. Meskipun sudah lama tersimpan, madu itu tetap dalam keadaan baik dan hanya berubah warna menjadi kehitaman. Daya simpan yang luar biasa ini menunjukkan sifat antibakterinya dan menjadikannya pengawet yang aman.

 

Sifat antibakteri madu juga menunjukkan khasiatnya sebagai obat untuk penyakit infeksi. Pada masa bayi dan balita, seorang anak rentang mengalami berbagai penyakit infeksi karena daya tahan tubuhnya yang masih berkembang. Apabila konsumsi madu dibiasakan sejak bayi, imunitas tubuh bayi dapat diperkuat sehingga mencegah terjadinya penyakit infeksi dan menurunkan resiko stunting.

 

Apabila diteliti, madu juga dapat mencegah stunting pada anak dengan cara memperbaiki kesehatan ibu hamil. Penelitian di Makassar menunujukkan bahwa pemberian madu pada ibu hamil yang anemia dapat memperbaiki berat badan bayi yang lahir beserta panjang badannya secara klinis (Asmih, 2020, Efek Pemberian Madu pada Ibu Hamil Anemia terhadap kadar 8-OHDG, MDA, Berat Badan Lahir dan Panjang Badan Lahir, Tesis, Universitas Hasanuddin, Makassar: halaman viii).

 

Menurut penelitian tersebut, ibu hamil yang mengalami anemia memang beresiko menimbulkan stunting pada anak yang dilahirkannya. Status gizi yang kurang pada ibu hamil akan menyebabkan gangguan pertumbuhan janin sehingga menjadi penyebab utama terjadinya bayi pendek atau stunting.

 

Selain itu, berdasarkan penelitian terkini madu dapat meningkatkan nafsu makan pada anak-anak. Sulitnya balita untuk makan bisa menyebabkan kurang nutrisi dan stunting. Oleh karena itu, apabila nafsu makan balita diperbaiki, stunting dapat dicegah dan tidak terlanjur parah.

 

Penelitian Ratnaningrum dan Wulandari di Gunungkidul menyebutkan bahwa madu sangat bermanfaat untuk meningkatkan frekuensi makan pada balita. Pemberian madu murni yang setara dangan 15 gram per hari selama seminggu dapat meningkatkan frekuensi makan pada anak usia 3-5 tahun (Ratnaningrum dan Wulandari, 2023, The Influence of Consuming Honey on The Eating Frequency of Children under Five Years, Women, Midwives, and Midwifery, Volume 3 Nomor 1: halaman 77-83).

 

Madu memiliki kandungan nutrisi yang sangat baik bagi manusia. Setiap 100 gram madu mengandung 294 kalori yang terdiri dari karbohidrat, vitamin, mineral, dan berbagai enzim. Vitamin dan mineral ini sangat penting untuk mencegah penyakit infeksi pada bayi dan balita. Selain itu, asam folat dan mineral yang terkandung di dalam madu juga penting untuk mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil.

 

Satu ekor lebah dalam sehari dapat mengeluarkan 10 gram madu dan dapat terbang pulang pergi sebanyak 60 kali dalam sehari. Karena berasal dari tanaman dan diolah di dalam perut lebah, madu dapat dipandang sebagai produk nabati sekaligus hewani sekaligus. Keistimewaan ini mirip dengan susu yang diperoleh dari hewan mamalia.

 

Dibandingkan susu yang rentan menimbulkan alergi dan diare, madu sama sekali tidak menimbulkan kedua efek samping itu. Madu juga bisa diencerkan dengan air hangat agar lebih mudah dicerna oleh bayi maupun balita. Dengan keistimewaan madu yang telah disebutkan, selayaknya madu menjadi salah satu produk untuk mencegah stunting yang diprioritaskan oleh pemerintah. Wallahu a’alam bis shawab.

 

 

Ustadz Yuhansyah Nurfauzi,  apoteker dan peneliti di bidang farmasi