Kesehatan

Penyakit Lato-Lato Bisa Menjangkit Sapi Kurban, Kenali Ciri dan Infeksinya

Jum, 23 Juni 2023 | 11:00 WIB

Penyakit Lato-Lato Bisa Menjangkit Sapi Kurban, Kenali Ciri dan Infeksinya

Salah satu lapak hewan kurban di Jalan Kramat Jaya Baru, Johar Baru, Jakarta Pusat, pada Rabu (21/6/2023). (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online 

Jelang Perayaan Idul Adha 1444H masih dihantui dengan temuan hewan ternak yang terjangkit Penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) atau virus lato-lato di sejumlah daerah di Indonesia. World Organisation for Animal Health mencatat, kasus pertama LSD di Indonesia terjadi pada Februari 2022 dan masih berlangsung. 


Berdasarkan data Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), per awal Mei 2023, LSD telah menginfeksi 22.000 hewan di 13 provinsi di Indonesia. Dikutip dari laman DitjenPKH, LSD merupakan penyakit kulit infeksius yang disebabkan oleh lumpy skin disease virus (LSDV). Itu merupakan virus bermateri genetik DNA dari genus Capripoxvirus dan famili Poxviridae.


Virus penyebab LSD secara umum menyerang hewan sapi dan kerbau. Sejauh ini belum ada laporan kejadian LSD yang menyerang kambing atau domba.


Tanda klinis utama LSD adalah lesi kulit berupa nodul berukuran 1-7 sentimeter yang biasanya ditemukan di leher, kepala, kaki, ekor dan ambing. Pada kasus berat, nodul-nodul ini dapat ditemukan di hampir seluruh bagian tubuh.


LSD juga dapat menyebabkan abortus, penurunan produksi susu pada sapi perah, infertilitas, dan demam berkepanjangan. Sementara, PPR adalah penyakit dipicu virus yang menyerang ruminansia kecil, seperti kambing dan domba. Virus PPR termasuk dalam genus Morbillivirus dan famili Paramyxoviridae. 


Hewan ternak yang terserang PPR akan mengalami demam dengan suhu mencapai 40 derajat celsius dan akan diikuti dengan tanda gelisah dan anoreksia. Lantas apa pengaruh penyakit lato-lato saat menyerang hewan ternak sapi dan kerbau?


Dokter Hewan, Ahmad Syifa Sidik mengatakan, penyakit LSD tidak banyak pengaruh ke nafsu makan hewan ternak, namun sangat berpengaruh ke kualitas daging sapi yang terinfeksi. Karena luka/lesio yang diakibatkan oleh LSD menembus hingga ke otot menyebabkan otot tersebut tidak layak dikonsumsi dan harus di triming/disisihkan untuk dibuang.


“Kebetulan sapi punya kelompok ada yang kena tapi gejalanya enggak parah, dan cepat dipisahkan sama yang lain. LSD itu yang dikontrol bukan hanya pada hewan yang terjangkit tapi vektornya juga yaitu nyamuk dan lalat,” kata Ahmad Syifa kepada NU Online, Kamis (22/6/2023).


Dia menjelaskan, Gejala klinis LSD dipengaruhi oleh umur, ras dan status imun ternak. Kematian yang disebabkan LSD sekitar 10 persen, namun kesakitan bisa sampai 45 persen. Tidak zoonosis. Sementara tanda klinis utama LSD adalah lesi kulit berupa nodul berukuran 1-7 cm yang biasanya ditemukan pada daerah leher, kepala, kaki, ekor dan ambing.


“Gejalanya kayak cacar api, bintik totol merah sampai kehitaman. Ini disebabkan oleh virus pox dan menyerang sapi, kerbau dan ruminansia liar. Bintik totol pada kulit hampir mirip cacar, lalu adanya keropeng pada mulut dan hidung,” ungkapnya. 


“Lain dengan PMK, hewan tidak nafsu makan pengaruhnya ke bobot pakan, selain itu serangan PMK yang parah dapat menyebabkan lepasnya kuku pada sapi mengakibatkan kesakitan yang parah. Secara syariat keduanya (LSD dan PMK) akan menjadi gugur sebagai kriteria kurban,” imbuhnya.


Kontributor: Suci Amaliyah

Editor: Fathoni Ahmad