Nasional

3 Tahapan Mitigasi Bencana Banjir

Sel, 20 September 2022 | 06:00 WIB

3 Tahapan Mitigasi Bencana Banjir

Ilustrasi: Bencana banjir perlu dihadapi dengan langkah-langkah mitigasi.

Jakarta, NU Online
Menurut Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.


Dikutip dari BPBD Provinsi NTB, dalam upaya menerapkan manajemen penanggulangan bencana, dilaksanakan melalui tiga tahapan. Pertama, tahap prabencana yang dilaksanakan ketika sedang tidak terjadi bencana dan ketika sedang dalam ancaman potensi bencana. Kedua, tahap tanggap darurat yang dirancang dan dilaksanakan pada saat sedang terjadi bencana. Ketiga, tahap pascabencana yaitu saat setelah terjadi bencana.


Menurut BNPB banjir adalah peristiwa atau keadaan terendamnya suatu daerah atau daratan karena volume air yang meningkat.


Berikut ini adalah tiga tahap mitigasi bencana banjir dari buku berjudul Mitigasi Bencana yang ditulis oleh Aulia Fadhli.
Tahap prabencana masyarakat dikenalkan pengetahuan tentang banjir, tingkatkan pengetahuan melalui informasi secara langsung maupun online, memeriksa irigasi dan lubang untuk persediaan saluran air agar tidak banjir, menyimpan barang penting di tempat yang lebih tinggi, mempersiapkan peralatan hujan yang atau peralatan yang aman dari air, berkomunikasi dengan baik dengan masyarakat saat banjir.


Tahap tanggap darurat meliputi segera memadamkan listrik dan gas di rumah untuk menghadapi bencana tambahan, pindahkan barang ke tempat yang tidak terjangkau oleh genangan air, memantau informasi penting yang disampaikan melalui radio televisi atau apapun yang ada di sekitar kita, bersiap untuk kemungkinan mengungsi, memerhatikan kondisi air apakah terus meningkat atau tidak.


Berikutnya jika hujan tidak berhenti dan air kelihatan tidak surut atau bahkan meningkat, segeralah mengungsi ke tempat yang aman atau ke tempat yang telah ditentukan oleh pemerintah setempat.


Kemudian jika ada imbauan untuk mengungsi, segera lakukan dengan tetap tenang dan tertib. Jika terjebak dalam rumah, cobalah untuk tenang. Berusahalah untuk mencari pertolongan dengan menghubungi kerabat, PMI, kantor pemerintah, atau polisi. Masyarakat juga diimbau tetap menjaga perilaku hidup bersih dan sehat, usahakan untuk tidak tidur di tempat terbuka.


Tahap pascabencana yaitu kembali ke rumah jika keadaan sudah aman dari banjir. Kemudian perhatikan situasi di sekitar rumah, membersihkan bagian luar terlebih dahulu untuk memeriksa bagian rumah yang roboh, kabel beraliran listrik, bocoran gas, atau binatang berbahaya.


Selain itu, disarankan juga untuk selalu menggunakan alas kaki, mencuci perlengkapan makan dan barang lainnya dengan sabun anti kuman, memerhatikan kebersihan dan kesehatan diri serta lingkungan agar terhindar dari berbagai penyakit.


Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat Indonesia mengalami sebanyak 45 bencana hidrometeorologi selama sepekan, 12-18 September 2022.


Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan bahwa bencana hidrometeorologi basah seperti banjir, cuaca ekstrem, dan tanah longsor, serta hidrometeorologi kering yakni kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terjadi bersamaan dalam satu pekan.


"Kurang dari sepertiga bencana adalah hidrometeorologi kering, dengan sisanya adalah hidrometeorologi basah," ujarnya pada Disaster Briefing di Jakarta, Senin (19/9/2022).


Sementara itu pada 12-18 September, seluruh Provinsi di Kalimantan melaporkan adanya banjir, termasuk pada Kalimantan Utara yang melaporkan banjir di wilayah Nunukan pada 12 September.


Kontributor: Malik Ibnu Zaman
Editor: Kendi Setiawan