Nasional

5 Poin Deklarasi IPPNU Ciptakan Ruang Aman daan Ramah di Dunia Digital

Ahad, 12 Maret 2023 | 12:30 WIB

5 Poin Deklarasi IPPNU Ciptakan Ruang Aman daan Ramah di Dunia Digital

Para pengurus IPPNU secara khusus membacakan 'Deklarasi Pelajar Putri' yang terdiri dari 5 poin. (Foto: NU Online/ Suwitno)

Jakarta, NU Online
Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) menggelar acara Puncak Harlah Ke-68 IPPNU dengan mengangkat tema Khidmah Abad Kedua NU, Pelajar Putri Progresif Tanpa Batas di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Sabtu (11/3/2023). 


Dalam kegiatan ini, para pengurus IPPNU secara khusus membacakan 'Deklarasi Pelajar Putri', yang terdiri dari 5 poin yaitu:

  1. IPPNU siap mendukung segala bentuk ide dalam mengembangkan digital sebagai ruang bersama
  2. IPPNU mengajak seluruh pelajar di Indonesia untuk berupaya menciptakan ruang aman dan setara bagi pelajar putri di dunia digital
  3. IPPNU akan berkolaborasi dalam meningkatkan kemampuan literasi digital guna terciptanya pelajar yang inovatif dan kreatif
  4. Pelajar putri NU mengecam keras segala bentuk perundungan dan kekerasan yang terjadi di lingkungan pendidikan
  5. Pelajar putri NU berkomitmen menumbuhkan rasa aman dan nyaman antar pelajar untuk siap terlibat dalam perkembangan teknologi di masa depan.


Ketua Umum PP IPPNU Whasfi Velasufah mengatakan deklarasi ini bertujuan menciptakan ruang aman dan ramah bagi pelajar di dunia digital. 


"Dari deklarasi itu kita ingin bersama-sama seluruh instrumen IPPNU dan stakeholder yang ada untuk menciptakan ruang aman bagi pelajar di dunia digital, khususnya pelajar putri,” kata Vela, demikian sapaan karibnya, kepada NU Online, Ahaad (12/3/2023). 

IPPNU, ucap Vela, berkomitmen serius menciptakan ruang aman ini untuk memeraangi tiga dosa besar yang terus menghantui para pelajar, yaitu intoleransi, perundungan, dan kekerasan seksual. 

“Kekerasan seksual dan perbuatan tak terpuji tersebut  itu saat ini tak hanya di dunia nyata, tapi juga merambah ke dunia maya. IPPNU akan terus mengampanyekan ruang aman sebagai bentuk perlindungan kalangan pelajar yang belum peduli tentang masalah ini,” ujarnya. 


Sebab, terang dia, Sejumlah kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh oknum pengurus pesantren terjadi karena ketidakpahaman para santri.

“Masih takut menolak. Apalagi di pondok pesantren belum lama kan banyak santri jadi korban dia iya, iya saja. Enggak tahu apa yang dilakukan pimpinan atau guru dan lain-lain itu mengarah kepada kekerasan seksual,” terangnya.  

Oleh karena itu, lewat kampanye ini Vela berharap kesadaran para santri maupun pelajar terhadap pencegahan kekerasan seksual harus dapat terbentuk. 


Ia juga mengajak para santri untuk berani menolak dan bersuara ketika ada potensi kekerasan seksual.


"Kita yang paling pertama membentuk awareness (kepeduliaan) untuk menolak itu. Jadi kesadaran lebih kepada mana yang boleh dan tidak. Masih takut kalau santri. Kaya hal simpel mengenai cara menolak. Bagaimana cara dia bisa berani untuk bicara," tandasnya. 

Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Kendi Setiawan