Nasional

75 Tahun Hari HAM Dunia, Ini Sejarah dan Temanya

Sab, 9 Desember 2023 | 23:00 WIB

75 Tahun Hari HAM Dunia, Ini Sejarah dan Temanya

Logo Hari HAM Sedunia Ke-75. (Foto: OCHCR).

Jakarta, NU Online

Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Sedunia diperingati setiap tanggal 10 Desember. Pada tahun 2023, Hari HAM Sedunia diperingati untuk ketujuh puluh lima kalinya. 


Dilansir situsweb Dewan HAM PBB (OCHCR), peringatan HAM bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang universalitas dan ketidakterpisahan hak asasi manusia, terutama di kalangan generasi muda. 


Perayaan ini bertujuan menginspirasi orang untuk aktif dalam menciptakan gerakan kemanusiaan bersama, sambil memberdayakan mereka untuk memperjuangkan hak-hak mereka dan mengambil tindakan nyata. 


Tema Hari HAM Sedunia 2023

Tema Hari Hak Asasi Manusia Sedunia 2023 adalah "Kebebasan, Kesetaraan, dan Keadilan bagi Semua." Sementara itu, menurut situs Direktorat Jenderal Hak Asasi Manusia, tema nasional Hari Hak Asasi Manusia 2023 di Indonesia adalah "Harmoni dalam Keberagaman," yang diperkuat dengan tagar #BedauntukBersatu.


Tema ini mencerminkan tekad untuk mendorong kebebasan, kesetaraan, dan keadilan untuk semua orang, sambil menekankan pentingnya harmoni dalam mewujudkan keberagaman di masyarakat.


Sejarah Program HAM oleh PBB

Melansir situsweb OCHCR, Program Hak Asasi Manusia PBB, yang dimulai pada tahun 1940-an sebagai divisi kecil di Markas Besar PBB, berkembang menjadi Pusat Hak Asasi Manusia setelah dipindahkan ke Jenewa pada tahun 1980-an. Deklarasi dan Program Tindakan Wina, diadopsi pada Konferensi Dunia tentang Hak Asasi Manusia Juni 1993, mendorong pembentukan Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia pada Desember 1993.


Seiring berjalannya waktu, terbentuklah sejumlah badan hak asasi manusia PBB untuk menanggapi perkembangan tantangan HAM. Badan-badan ini, termasuk Dewan Hak Asasi Manusia dan para ahli independen dengan mandat tematik dan negara, yang dikenal sebagai prosedur khusus, serta 10 badan perjanjian inti para ahli independen yang memantau kepatuhan negara-negara terhadap kewajiban perjanjian mereka, bergantung pada dukungan staf Hak Asasi Manusia PBB secara substansial maupun sebagai sekretariat.


Kemudian, tanggal 10 Desember diperingati sebagai Hari Hak Asasi Manusia Sedunia untuk memperingati adopsi Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (UDHR) oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1948. Hari ini dirayakan secara global sebagai momen penting untuk menghormati dan mempromosikan hak asasi manusia di seluruh dunia.


UDHR merupakan dokumen kunci yang menetapkan hak-hak dasar yang setiap individu seharusnya nikmati tanpa diskriminasi. Dengan disusunnya UDHR, masyarakat internasional menyatakan tekad untuk mencegah pengulangan kekejaman dan pelanggaran hak asasi manusia seperti yang terjadi selama Perang Dunia II.


Peringatan Hari Hak Asasi Manusia Sedunia bukan hanya waktu untuk merayakan pencapaian dalam perlindungan hak asasi manusia, tetapi juga untuk meningkatkan kesadaran akan tantangan dan pekerjaan yang masih harus dilakukan. Acara-acara, kampanye, dan kegiatan lainnya diadakan di seluruh dunia untuk menyoroti isu-isu hak asasi manusia dan mendorong tindakan untuk melindungi hak-hak tersebut.


Hak asasi manusia menjadi fokus utama dalam dialog global tentang perdamaian, keamanan, dan pembangunan. Integrasi staf Hak Asasi Manusia PBB dalam operasi pemeliharaan perdamaian meningkatkan kesiapan PBB dalam merespons pelanggaran HAM. Kesepakatan global menegaskan perlunya menghukum pelanggaran serius hak asasi manusia. Pembentukan Pengadilan Pidana Internasional pada 1998 membuka jalan bagi penuntutan pelaku kejahatan perang.


Semakin diakui bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab terkait hak asasi manusia. Pada 2011, Dewan Hak Asasi Manusia PBB menyetujui Pedoman Bisnis dan Hak Asasi Manusia, memberikan standar global untuk mencegah risiko dampak buruk terhadap HAM yang terkait dengan bisnis.