Nasional

A’wan PBNU Jelaskan Hikmah Isra’ Mi’raj dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Rab, 2 Maret 2022 | 14:00 WIB

A’wan PBNU Jelaskan Hikmah Isra’ Mi’raj dalam Menghadapi Pandemi Covid-19

Peringatan Isra' Mi’raj digelar Pimpinan Pusat (PP) Fatayat NU secara daring. (Foto: Tangkapan layar)

Jakarta, NU Online 
A’wan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Nyai Hj Faizah Ali Sibromalisi menjelaskan hikmah dari peristiwa Isra’ Mi’raj dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang hingga kini belum usai.


Ia menyebutkan, peristiwa Isra’ Mi’raj dilatarbelakangi karena Nabi Muhammad mengalami duka cita yang sangat mendalam yakni wafatnya sang paman dan istri yang sangat dicintai, di tahun yang sama. Lalu untuk mengobati kesedihan Rasulullah, Allah memperjalankannya ke langit. 


“Isra’ Mi’raj dilakukan dalam situasi amul hazn yaitu tahun kesedihan yang dialami Rasulullah,” kata Nyai Faizah dalam Peringatan Isra’ Mi’raj yang digelar Pimpinan Pusat (PP) Fatayat NU secara daring, pada Rabu (2/3/2022). 


“Selama 10 tahun berdakwah, Nabi banyak mendapatkan cobaan hidup, rintangan, dan tantangan. Di antara sekian banyak, ada dua orang yang selalu bersedia mendukung Rasulullah yaitu pamannya Abu Thalib yang menyokong dari sisi politik dan istrinya Khadijah menyokong dari sisi ekonomi (keduanya wafat dalam waktu berdekatan),” imbuh Nyai Faizah. 


Begitu pula pandemi Covid-19 yang bertahun-tahun melanda Indonesia, bahkan dunia. Dampak pandemi tidak hanya pada aspek kesehatan, tetapi juga di semua aspek kehidupan manusia. Salah satunya, sangat mempengaruhi ketahanan keluarga. 


Menurut Nyai Faizah, kondisi keluarga yang seharusnya bisa memiliki ketangguhan secara fisik, psikis, mental, dan spiritual sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai unit terkecil masyarakat pun terganggu akibat pandemi Covid-19. 


Ia mengutip sebuah survei yang dilakukan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada 2020. Survei itu menyebutkan bahwa lebih dari 20 ribu keluarga mengalami keadaan yang memburuk. Bahkan, 95,8 persen keluarga mengalami gangguan stres. 


“Pandemi adalah musibah atau ujian. Tentu pandemi ini harus disikapi dengan cara berpikir yang positif, juga dari sisi ekonomi. Dalam situasi ini kita harus mengencangkan ikat pinggang, menabung, mencari pemasukan baru, kemudian tetap melakukan interaksi sosial,” terang Pengasuh Pondok Pesantren Tafsir Darus Sa’adah, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten itu. 


Hal terpenting yang harus dilakukan dalam menghadapi pandemi Covid-19 adalah menjalankan fungsi agama sebagai fondasi kehidupan manusia. Selain itu, kata Nyai Faizah, bisa pula dengan menghidupkan suasana di dalam rumah.


“Berkumpul bersama keluarga harus kita jadikan momen untuk memperdalam ajaran agama, mempererat hubungan keluarga, mendekatkan diri kepada Allah sehingga kesejahteraan hidup tidak hanya ditentukan oleh ekonomi saja, tetapi juga dari cara pandang kita menyikapi musibah yang menimpa kita,” tegas Doktor Bidang Ilmu Tafsir jebolan Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir itu. 


Dari berbagai musibah yang dihadapi selama pandemi, Nyai Faizah berharap akan ada satu momentum yang dapat menjadikan seorang hamba menjadi lebih baik, mampu menjaga hubungan baik dengan sesama manusia dan mendekat kepada Allah. 


“Semoga peristiwa Isra' Mi'raj ini mengingatkan kita kembali bahwa bukan hanya kita manusia biasa yang mengalami berbagai musibah. Nabi Muhammad juga mengalami tantangan yang dihadapi, ketika menjalankan dakwahnya. Tetapi hasilnya adalah beliau mendapatkan kehormatan untuk naik ke langit,” katanya.


Sementara itu, Ketua Umum PP Fatayat NU Anggia Erma Rini mengatakan bahwa spirit Isra’ Mi’raj harus menjadi semangat dalam berorganisasi dan bermasyarakat. Menurutnya, terdapat banyak hal yang harus dilalui, disikapi, dan diteliti lebih dalam lagi untuk bisa menghadapi situasi di hari-hari ke depan. 


“Karena kadang kita sudah menyiapkan rencana-rencana tetapi ternyata alam mengatakan berbeda. kita harus punya alternatif-alternatif respons yang harus kita adaptasikan dengan baik untuk bisa menjawab segala tantangan zaman,” kata Anggia.


Ia mengajak seluruh kader Fatayat NU untuk senantiasa menghadirkan spirit Isra’ Mi’raj ke dalam semua langkah kehidupan, terutama dalam berorganisasi. Salah satu spirit yang harus terus dilakukan adalah semangat kemandirian ekonomi. 


“Semangat kemandirian ekonomi menjadi salah satu semangat Fatayat NU dalam kepengurusan kali ini, dan dalam semangat Isra’ Mi’raj pun sangat erat dalam semangat kemandirian ekonomi,” pungkasnya. 


Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Syamsul Arifin