Nasional

Ali Masykur Musa Dorong NU Perkuat Persaudaraan dengan Muslim Perkotaan

Jum, 17 Desember 2021 | 18:30 WIB

Ali Masykur Musa Dorong NU Perkuat Persaudaraan dengan Muslim Perkotaan

Ketum PP ISNU Ali Masykur Musa (kedua kanan) saat silaturahim kepada Mata Najwa. (Foto: Dok. FB. Ali Masykur Musa)

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Ali Masykur Musa mengatakan, salah satu yang harus diperkokoh oleh Nahdlatul Ulama (NU) menuju usia satu abad dan menyongsong 100 tahun kedua adalah memperkokoh Tri Ukhuwah yang selama ini digaungkan.


“Ketiga hal itu adalah ukhuwwah islamiyyah (persaudaraan umat Islam), ukhuwwah wathaniyyah (persaudaraan kebangsaan), dan ukhuwwah basyariyyah (persaudaraan kemanusiaan),” kata Cak Ali dalam Webinar ISNU bertajuk Arah NU 100 Tahun Kedua: Kemandirian dan Teknokrasi untuk Peradaban Dunia, Jumat (17/12/2021). 


Namun, menurut dia, saat ini Tri Ukhuwah tersebut mulai tidak seimbang. Ia memandang, ukhuwah islamiyah di NU mulai luntur sehingga NU kurang bisa diterima di kelompok kanan tengah atau umat Islam kota dan kelompok-kelompok pembaharu gerakan Islam di Indonesia.


Cak Ali lantas mendorong agar NU mampu memperkuat persaudaraan dengan kaum Muslim di perkotaan. Jika NU dapat merangkul umat Islam di kota-kota maka kekuatannya akan semakin kokoh, sejak di akar rumput hingga ke level menengah atas.
 


“Membangun ukhuwah islamiyah harus ditingkatkan sebagai hubungan yang harmoni. Jadi, kita ukhuwah wathaniyah harus. Ukhuwah basyariyah sekarang sangat terbukti, kaum-kaum minoritas kita lindungi. Tetapi, sesama ukhuwah islamiyah masih kurang. Ini pandangan saya,” tandasnya.

 
Pria kelahiran Tulungagung Jawa Timur ini menegaskan, NU harus mulai menghilangkan kesan bahwa persaudaraan itu hanya berdimensi pada kelompok minoritas saja. Akan tetapi, juga mesti merangkul semua lapisan masyarakat termasuk umat Islam di perkotaan.


Jika NU mampu menjalankan tiga ukhuwah secara proporsional dan seimbang, lanjut dia, maka akan menempatkan organisasi keagamaan dan kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia ini akan menjadi payung bagi seluruh masyarakat negeri ini yang pluralis.


“Membangun ukhuwah islamiyah harus lebih ditingkatkan terhadap organisasi-organisasi Islam sehingga tercipta hubungan yang harmoni dan saling percaya untuk berdakwah secara bijak,” terangnya.


Rujukan umat Islam
Dengan cara ini, lanjut dia, NU akan menjadi rujukan bagi umat Islam dan organisasi sosial keagamaan Islam dalam menjalankan ajaran Islam di Indonesia. “Jadi, kata kuncinya kita harus seimbang. Membela negara, yes. Merengkuh sesama Islam juga, sesama bangsa dan kemanusiaan yes,” lanjut Cak Ali.


Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa ukhuwah basyariyah di lingkungan NU sudah tuntas. Sebab bagi NU, mempertahankan negara-bangsa merupakan amanah wathaniyah yang tidak bisa ditinggalkan.


“Sebab, hal itu merupakan manifestasi dari kesepakatan para pendiri bangsa untuk mendirikan negara yang di dalamnya terdapat masyarakat plural dan heterogen,” kata Pengasuh Pesantren Pasulukan Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah Condet Jakarta Timur ini.


Persaudaraan kemanusiaan di NU juga sudah selesai. Sebab bagi NU, kemanusiaan merupakan muara dari semua perjuangan dan dakwah untuk mengamalkan dan memperjuangkan Islam Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah.


“Karena itu ukhuwah basyariyah adalah komitmen yang tidak boleh dibatasi oleh sekat-sekat agama, etnis, kultur, dan asal usul negara. NU harus mempunyai program membangun solidaritas kemanusiaan sebagai wujud dari akhlakul karimah,” katanya.


Cak Ali memastikan, NU akan tetap berada pada jalur untuk menciptakan tatanan sosial-kemasyarakatan yang saling menghargai dan melindungi sesama warga bangsa. Berbagai program soal langkah-langkah persaudaraan kemanusiaan telah dikerjakan secara mandiri.


“Tetapi program ini (persaudaraan kemanusiaan) juga harus dikerjasamakan baik dengan sesama organisasi kemasyarakatan maupun dengan pemerintah,” tandas Anggota Komisi Program Muktamar ke-34 NU ini.


Webinar ini dihadir peneliti senior ekonomi-politik dari Lembaga Penelitian, Pendidikan, Penerangan Ekonomi, dan Sosial (LP3ES) Fachry Ali, dan Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda. Sekretaris Umum PP ISNU M Kholid Syeirazi memandu jalannya diskusi itu.


Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Musthofa Asrori