Nasional

Alissa Wahid: Indonesia Dinilai Berhasil Tangani Kasus Terorisme

Sab, 8 Agustus 2020 | 12:30 WIB

Alissa Wahid: Indonesia Dinilai Berhasil Tangani Kasus Terorisme

Koordinator Nasional Gusdurian, Alissa Wahid

Semarang, NU Online

Pemerintah Indonesia dinilai berhasil menangani berbagai kasus terorisme oleh masyarakat internasional, sehingga sebagian besar warga dunia merasa aman dari ancaman kejahatan luar biasa ini.

 

Koordinator nasional Gusdurian, Alissa Qotrunnada Munawaroh (Alissa Wahid) mengatakan, salah satu tolok ukur keberhasilan itu di antaranya keberhasilan pemerintah Indonesia dalam mencegah warganya agar tidak terpengaruh dengan gerakan Islamic State in Iraq and Syria (ISIS) di Timur Tengah.

 

"Memang masih ada warga negara Indonesia yang terprovokasi dengan gerakan ISIS dan melibatkan diri dalam konflik di Irak dan Suriah itu, namun prosentasenya kecil sekali," kata Alissa dalam Zoominar bertajuk Pencegahan Radikalisme di Perguruan Tinggi yang diselenggarakan Pusat Studi Pencegahan Radikalisme dan Terorisme (Pusaka) Univerrsias Negeri Semarang (Unnes), Selasa (4/8).

 

Menurutnya, jumlah WNI yang terlibat dalam konflik ISIS itu angkanya hanya 1.000an, sedangkan jumlah penduduknya 200 juta lebih. Namun demikian, meski dari sisi kuantitas kecil kewaspadaan tetap harus terus  ditingkatkan, jangan sanpai lengah. 

 

"Apalagi hingga kini meski pemerintah dan masyarakat sudah bekerja keras untuk membentengi rakyat terutama generasi mudanya dari ancaman paham radikalisme dan terorisme namun proses radikalisasi tetap saja masih berlangsung terutama di kampus-kampus perguruan tinggi," ujarnya.

 

Dikatakan, ini pekerjaan rumah atau PR besar bagi para pimpinan perguruan tinggi untuk menghentikannya. Tugas ini tidak ringan dan tidak mungkin perguruan tinggi (PT) mengerjakannya sendiri.

 

Dia menambahkan, PT baik negeri maupun swasta harus bekerja keras dan menjalin kerja sama dengan masyarakat untuk membersihkan diri dari pengaruh berbagai ideologi yang mengancam keselamatan bangsa.

 

"Masih berlangsungnya proses radikalisasi itu bisa dilihat dari masih maraknya perilaku intoleransi di masyarakat kampus yang  nyaris tidak bisa dibendung, sehingga menjadikan bayang-bayang radikalisasi kampus terus menggelayuti dunia pendidikan nasional," tegasnya.

 

Intoleransi lanjutnya, merupakan benih dan pemicu awal berkembngnya  radikalisasi, karena itu harus ditempuh upaya-upaya dini agar jangan sampai gerakan intoleransi menyusup ke lingkungan kampus baik mahasiswa, dosen maupun karyawan dan lingkungan di sekitar kampus.

 

Rektor Unnes Prof Fatkhurtahman, kepada NU Online, Jumat (7/8) mengatakan,  dalam upaya membentengi kampus dari ancaman radikalisasi dan terorisme, Unnes menjalin kerja sama dengan pihak agar benih-benih radikalisme dan terorisme tidak menyusup ke insan kampus.

 

Kapolda Jateng Irjen Pol Ahmad Lutfi mengatakan, melalui Dit Binmas Polda Jateng, pihaknya sudah melakukan penguatan ideologi mahasiswa dari perguruan tinggi agar tidak mudah terpapar paham radikal dan teror.

 

"Unnes memiliki agenda tetap bersama Polda Jateng membekali mahasiswa agar memiliki ketahanan diri dari pengaruh paham radikal," pungkasnya.

 

Kontributor: Samsul Huda
Editor: Abdul Muiz