Nasional

Alissa Wahid: Mendidik Anak Perlu Pendekatan Dialogis

Sab, 23 Juli 2022 | 18:30 WIB

Alissa Wahid: Mendidik Anak Perlu Pendekatan Dialogis

Alissa Wahid: Mendidik Anak Perlu Pendekatan Dialogis. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Psikolog Keluarga Hj Alissa Qotrunnada Wahid mengatakan bahwa pendekatan dialogis penting diterapkan dalam hubungan antara orang tua dan anak. Dialog merupakan salah satu metode mendidik yang sangat baik. Dengan dialog seseorang tidak merasa digurui. Dengan dialog, akan terungkap motif atau faktor dilakukannya sebuah perbuatan.


“Dialog dengan anak memiliki peran penting dan manfaat luar biasa,” kata Alissa kepada NU Online, Sabtu (23/7/22).


Ketua Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini menilai bahwa dialog selalu dibutuhkan dalam sebuah proses pendidikan. Tanpa dialog sebuah pendidikan tidak akan lancar dan sulit membuahkan hasil yang diharapkan.


“Orang tua perlu rutin mengajak anak-anaknya berdialog guna menciptakan komunikasi efektif dan makin mendekatkan hubungan keduanya,” terang dia.


Menurutnya, komunikasi itu harus semakin intens terlebih era digital. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membawa dampak positif dan negatif terhadap anak yang perlu disikapi dengan tepat dan bijaksana.


“Kondisi ini menuntut orang tua untuk menyesuaikan diri dalam melakukan komunikasi dengan anak. Kata-kata 'tidak boleh terlalu lama main gadget' itu diganti dengan membangun pola komunikasi digital yang efektif antara orang tua dan anak,” ujar pendiri lembaga pendidikan anak usia dini Fastrack Funschool, Yogyakarta itu.


Ada beberapa cara yang bagi Alissa tepat digunakan orang tua untuk membangun pola komunikasi itu. Antara lain dengan memberikan kepercayaan kepada anak untuk membangun relasi di internet dan media sosial.


“Memberikan kepercayaan kepada anak itu salah satu cara membahagiakan mereka. Hal itu dapat memunculkan vibrasi-vibrasi positif untuk hubungan anak dengan kita,” ungkap peraih penghargaan Shine On Award (2015) itu.


Vibrasi positif ini, kata Alissa, dapat pula dijadikan akses bagi orang tua membuat kesepakatan dengan anak berapa lama boleh main gadget dan kapan waktunya. Perjanjian ini harus disiplin, dikontrol, dan ditegakkan orang tua agar-agar anak-anak ikut disiplin.


“Orang tua harus konsisten dengan aturannya,” katanya.


Cara selanjutnya adalah menjadi teladan yang baik bagi anak. Karena menurutnya anak akan lebih mudah meniru apa yang dilihat dibandingkan apa yang didengar.


Inilah mengapa contoh orang tua dalam penggunaan gadget sangat penting. Kebutuhan aktivitas kerja, bisnis atau hanya sekadar berhibur terkadang membuat banyak orang tua abai akan hal ini.


“Tanamkan nilai-nilai baik, teladan yang baik. Karena sekali lagi orang tua mengambil tanggung jawab dan menjadi uswatun hasanah bagi anak-anaknya,” tandas Alissa.


Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Muhammad Faizin