Nasional

Aswaja NU Center Jatim Ungkap Manfaat dan Anjuran Berdoa

Sen, 9 Januari 2023 | 21:00 WIB

Aswaja NU Center Jatim Ungkap Manfaat dan Anjuran Berdoa

Ilustrasi berdoa. (Foto: Dok. NU Online)

Jakarta, NU Online
Seorang muslim meyakini bahwa doa merupakan jalan untuk meminta kepada Tuhan. Sebagai manusia, kita tidak luput dari kebiasaan berdoa. Oleh karena itu, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, Ustadz Nur Rohmad mengemukakan bahwa doa memiliki manfaat dan merupakan sebuah anjuran.


“Ada beberapa ayat Al-Qur’an dan beberapa hadits yang disabdakan oleh Nabi Muhammad saw menjelaskan bahwa doa itu bermanfaat dan dianjurkan berdoa. Nabi pernah bersabda bahwa doa adalah salah satu kebaikan paling utama, dan salah satu upaya mendekatkan kita kepada Allah swt,” tuturnya dalam YouTube NU Online, Ahad (8/1/2023).


Menurut dia, doa yang dipanjatkan oleh orang yang hidup kepada orang yang telah meninggal setelah dimakamkan sangat bermanfaat bagi jenazah.


“Jika orang tua kita yang telah meninggal kita kirimi doa setiap hari, maka itu akan bermanfaat bagi orang tua kita yang sudah meninggal. Mereka akan sangat bahagia karena mendapatkan kiriman doa dari kita sebagai anak-anaknya,” jelas Ustad Nur.


Ia menerangkan bahwa berdasarkan hadits yang diriwayatkan Imam Malik bahwa Rasulullah bersabda, barang siapa tidak mendapati hidup kedua orang tuanya atau hidup salah satu dari kedua orang tuanya maka tidak mengapa apabila dia berdoa:


“Ya Allah, rahmatilah kedua orang tuaku sebagaimana mereka merawatku sewaktu kecil.” Kemudian Rasulullah juga bersabda barang siapa yang beristighfar untuk orang-orang mukmin dan mukminah maka akan dicatat baginya dari setiap orang mukmin dan mukminah yang dia istighfari sebagai satu kebaikan.


Selain itu, doa dapat menentukan takdir. Maksud takdir di sini adalah qadha muallaq adalah qadha yang tercatat secara menggantung. Contoh, apabila si Fulan banyak silaturahmi maka umur dia akan panjang. Apabila si Fulan berdoa maka rezekinya akan berlimpah, malaikat akan menunggu si Fulan apakah dia akan berdoa atau tidak.


Setelah itu baru ditentukan nasib selanjutnya apabila si Fulan banyak silaturahmi maka umurnya akan panjang, apabila si Fulan banyak berdoa maka rezekinya akan melimpah.


Dalam artikel di NU Online berjudul Memahami Doa dan Takdir yang Tampak Berseberangan ​​menyebutkan bahwa Sayyid Murtadha bin Muhammad al-Husaini az-Zabidi menjelaskan bahwa berdoa pada hakikatnya tidak mengurangi sedikit pun pada posisi ridha pada takdir.


Bahkan, dengan berdoa menunjukkan butuhnya seorang hamba kepada Tuhannya Yang Maha Kuasa. Tidak hanya itu, berdoa juga telah dicontohkan oleh para nabi sejak dahulu.


 فَأَمَّا الدُّعَاءُ فَقَدْ تَعَبَّدَنَا بِهِ وَكَثْرَةُ دَعْوَاتِ رَسُوْلِ اللهِ وَسَائِرِ الْاَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ السَّلَامُ 


Artinya, “Adapun doa, maka sungguh (Allah) telah memerintahkan kita untuk berdoa, dan telah banyak doa-doa Rasulullah dan para nabi lainnya.” (Sayyid Murtadha, Ithafus Sadah al-Muttaqin [Beirut, Muassasah Tarikh al-Arabi: 1994 M\1414], juz II, halaman 389). 


Dari beberapa penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa berdoa dan takdir tidak bisa dipertentangkan. Keduanya memiliki posisi yang berbeda. Orang yang berdoa tidak berarti menentang terhadap ketentuan yang telah Allah berikan kepadanya.


Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori