Nasional

Bangun Cita-cita dengan Pupuk Imajinasi dalam Hening

Jum, 22 November 2019 | 03:00 WIB

Bangun Cita-cita dengan Pupuk Imajinasi dalam Hening

Ratusan santri putri Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Dukuh Puntang, Cirebon, Jawa Barat antusias mengikuti ceramah dari Wakil Sekretaris LTM PBNU Ali Sobirin. (Foto: NU Online/Syakir NF)

Cirebon, NU Online
Santri sebagaimana pelajar dan anak-anak lain tentu menyimpan cita-cita. Mereka tidak saja memiliki keinginan untuk menjadi tokoh agama yang menularkan dan meneladankan nilai-nilainya, tetapi mimpi mereka beragam.
 
Hal tersebut terbukti saat Wakil Sekretaris Lembaga Takmir Masjid Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTM PBNU) Ali Sobirin menyampaikan ceramah usai jamaah shalat Maghrib bersama ratusan santri putri Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Dukuh Puntang, Cirebon, Jawa Barat, Kamis (21/11).
 
Ketika ia menanyakan cita-cita para santri, mereka menjawab dengan aneka macam profesi, seperti dokter, polwan, pengusaha, koki, hingga penyanyi.
 
Usai bertanya hal tersebut, Ali Sobirin meminta para santri mengangkat tangannya dan mengikuti apa yang diucapkannya berupa doa harapan sesuai dengan cita-citanya masing-masing.
 
Setelah itu, mereka diminta memejamkan matanya. Pria yang akrab disapa Also itu mengajak para santri membayangkan cita-citanya sudah terwujud.
 
Ratusan santri putri itu pun mengimajinasikan dirinya masing-masing sudah berada di tempat kerjanya. Dokter sedang memeriksa pasien, koki tengah memasak di dapur, polwan tengah membantu masyarakat, dan penyanyi pun melantunkan lagu-lagunya di atas panggung.
 
Para santri yang tengah studi di tingkat menengah pertama dan atas itu hanyut oleh imajinasi mereka sendiri. Mereka semakin dibawa masuk ke dalam masa depan saat Also menyampaikan bahwa keluarga besar, saudara, dan rekan-rekan mereka tengah mengucapkan selamat atas raihan cita-citanya.
 
Nada Also yang turun bahkan mengalirkan air mata mereka. Beberapa santri terlihat sesenggukan, terharu menerima tahniah yang seakan mewujud nyata di hadapannya.
 
Nafas yang diatur sedemikian rupa juga membawa mereka kian tenggelam dalam mimpi masing-masing.
 
Mutiara, santri asal Sukabumi, mengaku merasakan bagaimana ia tengah menerima pasien saat imajinasinya menjadi dokter itu mewujud dalam alam khayalnya.
 
Also menyatakan bahwa proses demikian perlu direpetisi berulang kali guna menggerakkan tubuh mewujudkan mimpi tersebut. Sebab, dengan pengulangan itu, menurutnya, mimpi mereka tertanam kuat di alam bawah sadarnya. Ia meminta para santri dapat mengaktifkan pancaindranya dalam pengulangan proses tersebut.
 
Proses tersebut pun ditutup dengan doa dengan harapan semua cita-cita para santri putri Pondok Pesantren Bina Insan Mulia tercapai di saatnya kelak. Kegiatan itu dilanjutkan dengan shalat Isya berjamaah.
 
Pewarta: Syakir NF
Editor: Syamsul Arifin