Nasional

Cara Almarhum Gus Im Didik Putra-putrinya

Ahad, 2 Agustus 2020 | 09:30 WIB

Cara Almarhum Gus Im Didik Putra-putrinya

Almarhum KH Hasyim Wahid (Gus Im)

Jombang, NU Online
Amarhum KH Hasyim Wahid (Gus Im) punya cara unik dalam mendidik putra-putrinya. Meski adik kandung KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) punya kesibukan yang cukup padat, tetapi ia tidak pernah meninggalkan tanggung jawabnya sebagai orang tua tentang pendidikan anak-anaknya.


"Cara mendidik anak unik, saya gambarkan beliau adalah orang visioner. Sejak anaknya lahir tahun tahun 1980-an, cara didiknya sangat visioner. Saking visioner cara mendidik anaknya jarak jauh," kata putra almarhum, Gus Abdul Aziz Wahid, Sabtu (2/8). 


Pendidikan jarak jauh ini, kata Gus Aziz, dikarenakan ayahnya banyak menghabiskan waktu bersama masyarakat di akar rumput. Hidupnya merakyat dan melakukan edukasi masyarakat.


Oleh karena itu, Gus Im memantau pendidikan anak-anaknya dari jauh. Karena sebagai ayah, ia tetap punya tanggung jawab atas keluarga. Kedua anak Gus Im berhasil lulus dari Universitas Indonesia (UI). Gus Aziz sendiri menjadi konsultan hukum dan adiknya Ning Karimah bekerja di bidang keuangan.


"Bisa dianalogi pendidikan anaknya dengan cara jarak jauh dan tidak memaksa. Karena beliau banyak menghabiskan waktu di akar rumput. Diabadikan hidupnya untuk khalayak umum," tambahnya.


Pria yang akrab disapa Gus Wahid ini menceritkan, dirinya banyak belajar dari ayahnya. Karena sang ayah punya wawasan luas dalam bidang geopolitik, musik, agama, dan beberapa bidang lainnya. Hal ini pula yang mendorong ia termotivasi untuk belajar keluar negeri.


"Setelah lulus kuliah di Jakarta, saya lanjut ke luar negeri. Yang diajarkan terus menerus bapak terhadap anak ya normatif, seperti kejujuran, keadilan, dan saling menolong," imbuh Gus Aziz.


Gus Im juga mengajarkan hidup mandiri dan teguh memegang prinsip hidup. Saking teguhnya, kadang ia tak bisa memberikan toleransi. "Beliau itu independen, mandiri, zuhud dan berprinsip. Sangat teguh. Kadang di batas toleransi dalam memegang prinsip," ujarnya.


Gus Aziz juga melihat banyak orang-orang yang belajar dari sosok ayahnya. Terutama terkait wawasan keagamaan, kebangsaan, dan geopolitik. Karena pergaulan yang luas, yang belajar bukan hanya dari kalangan Nahdliyin saja. Namun lintas ormas dan latar belakang.


"Bapak sebenarnya bukan orang misterius, hanya tidak ingin dikenang figur manggung, tidak pamrih. Beliau sudah pegang prinsip maka dipegang terus. Saya mohoh maaf kalau beliau menyinggung siapa pun karena teguh pegang prinsip dan guyon yang berlebihan," tandas Gus Aziz.


Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Syamsul Arifin