Nasional

Cara Aman saat Melihat dan Mengamati Gerhana Matahari

Kam, 26 Desember 2019 | 00:30 WIB

Jakarta, NU Online
Butuh teknik khusus dalam mengamati Gerhana Matahari agar bisa menyaksikan peristiwa langit langka ini. Namun kita juga harus senantiasa menjaga mata tetap sehat. Mata kita secara refleks akan sangat menyipit dan berkedip lebih cepat manakala menatap Matahari langsung, seiring terang benderangnya Matahari dan langit di latar belakang. 
 
Hal itu diikuti pupil yang mengecil sesempit mungkin. Sehingga jumlah sinar Matahari yang masuk ke dalam lensa mata menjadi sesedikit mungkin. Refleks ini berguna untuk melindungi sel-sel batang dan kerucut di retina yang sangat sensitif terhadap cahaya.
 
Hal ini dijelaskan Fungsionaris Lembaga Falakiyah PBNU Ma’rufin Sudibyo terkait fenomena Gerhana Matahari Cincin (annular) yang terjadi pada Kamis, 26 Desember 2019. Hal itu berdasarkan hisab yang dilakukan LF PBNU dengan markaz 1º 00’ 32” LU 102º 14’ 50” BT.
 
“Sebaliknya dalam kondisi langit redup hingga gelap, seperti dalam puncak Gerhana Matahari, mata menjadi kurang menyipit, berkedip lebih pelan dan pupil terbuka lebih lebar. Hal ini membuat jumlah sinar Matahari yang memasuki lensa mata menjadi lebih besar. Termasuk di antaranya adalah sinar ultraungu, sinar dengan energi terbesar,” jelasnya,
 
Sinar ultraungu mampu menyebabkan reaksi kimiawi di retina yang dapat berdampak berkurangnya ketajaman penglihatandan dan dapat berakhir pada kebutaan temporer maupun permanen.  Saat proses kerusakan itu mulai terjadi, tak ada mekanisme internal tubuh yang memberitahu terjadinya kerusakan (misalnya rasa panas atau sakit), kecuali pandangan yang mulai berkurang dan menghilang.
 
Secara umum lanjutnya, mata manusia hanya sanggup menoleransi terangnya sinar Matahari langsung sebesar hanya 0,00002 bagian saja. Situasi tersebut hanya terjadi bila 99,998 % cakram Matahari tertutupi. Karena itu jangan menatap Gerhana Matahari secara langsung tanpa menggunakan pelindung mata apapun. 
 
“Meskipun mata berkedip lebih sering tatkala menatap Matahari, namun lama kedipan tersebut tidak sebanding dengan berlebihnya jumlah sinar ultraungu Matahari yang terlanjur masuk,” terangnya, Kamis (26/12). 
 
Ia pun memberikan cara pengamatan Gerhana Matahari yang dianjurkan yakni dengan menempatkan penghalang optis memadai di antara mata kita dengan Matahari, sehingga sinar Matahari yang memasuki telah terkurangi sedemikian rupa hingga mencapai batas aman. 
 
Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan di antaranya filter Matahari yang berbentuk kacamata Matahari. Yang diperbolehkan adalah filter ND5 (Neutral Density 5) yakni yang hanya bisa melewatkan 0,00001 bagian sinar Matahari.
 
Selain itu juga bisa menggunakan kacamata pengelas (welder glass) bernomor minimal 14 ataupun filter buatan sendiri, berupa tiga lapis negatif film fotografi hitam putih mengandung perak yang telah dipapar cahaya dan dicuci lalu direkatkan menjadi satu. 
 
“Proses pengamatan Gerhana Matahari melalui filter Matahari, kacamata pengelas maupun filter buatan sendiri memiliki satu aturan tegas. Pengamatan harus mematuhi rumus 1:1 (satu banding satu), sehingga jika kita mengamati Gerhana Matahari selama maksimal dua menit maka harus diikuti jeda (istirahat) pengamatan selama dua menit pula," ucapnya. 
 
Ma'rufin juga menjelaskan ada beberapa cara pengamatan Gerhana Matahari yang sangat tidak dianjurkan karena berbahaya bagi mata manusia. Yaitu:
 
1. Menggunakan pantulan sinar Matahari pada air yang tenang. Sebab intensitas sinar Matahari yang terpantulkan masih sebesar 0,02 bagian sehingga masih jauh di atas nilai ambang batas sinar Matahari aman bagi mata manusia (0,00002 bagian saja).
 
2. Menggunakan bagian dalam disket (floppy disk)berupa cakram magnetik hitam, karena intensitas sinar Matahari yang diteruskan masih masih jauh di atas nilai ambang batas sinar Matahari aman 
Menggunakan CD (compact disc), alasannya sama dengan butir b.
 
3. Menggunakan film X–ray / Roentgen yang telah terpakai, alasannya sama dengan butir b.
 
4. Menggunakan filter fotografi netral dengan beragam kerapatan maupun kombinasi filter fotografi (termasuk filter polarisasi silang), alasannya sama dengan butir b.
 
5. Menggunakan filter–buatan–sendiri dari negatif film berwarna, alasannya sama dengan butir b.
 
6. Menggunakan filter apapun yang dapat meneruskan cahaya benda terang selain Matahari (misalnya sinar Bulan).
 
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin