Nasional

Cara Didik Anak di Masa Usia Emas Menurut Ning Imaz

Kam, 4 Mei 2023 | 17:30 WIB

Cara Didik Anak di Masa Usia Emas Menurut Ning Imaz

Ustadzah Imaz Fatimatuz Zahra atau yang akrab disapa Ning Imaz dari Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur bersama suami. (Foto: Tangkapan layar Youtube)

Jakarta, NU Online
Ustadzah Imaz Fatimatuz Zahra atau yang akrab disapa Ning Imaz dari Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, menjelaskan usia 7 tahun seorang anak sering disebut sebagai golden age atau usia emas. 


Ning Imaz menilai penting bagi orang tua untuk memberikan sebaik-baiknya edukasi pada usia tersebut. Sebab, pendidikan yang diberikan pada usia tujuh tahun dinilai paling berpengaruh pada pembentukan karakter sang anak. 


“Di usia tujuh tahun itu yang paling berpengaruh sampai akhir hayatnya. Jadi tujuh tahun itu adalah mode bawah sadarnya anak lebih dominan dari kesadarannya,” ungkap Ning Imaz dalam tayangan di kanal YouTube NU Online, Rabu (3/5/2023). 


Ning Imaz menambahkan bahwa dijelaskan dalam banyak literatur fiqih terkait masa usia mumtaz yakni delapan tahun. Ia mengatakan, masa tersebut seorang anak telah mampu membedakan salah dan benar.


“Nah di bawah delapan tahun alam bawah sadarnya lebih bekerja sehingga ketika ingin menanamkan sesuatu di usia tersebut seperti halnya ilmu, tauhid, dan akhlak itu akan tertancap kuat pada seorang,” paparnya.


Maka itu, lanjut dia, orang tua harus ekstra membersamai anak sekaligus menjadi figur yang mampu membentuk anak memiliki karakter yang baik, iman yang kuat, dan daya juang yang tinggi. 


“Perlu ditanamkan di usia emas tersebut. Memberikan contoh, afirmasi positif, dan keyakinan terhadap keberhargaan diri dalam artian mengatakan hal-hal baik kepadanya. Contohnya ‘anak yang shaleh, baik, jujur’ supaya tertancap dalam dirinya, oh saya ini anak yang baik dan jujur maka saya harus sesuai dengan identitas saya tersebut,” jabarnya.


Hal Ini menjadi penting disadari orang tua bahwa tujuh tahun pertama merupakan usia yang paling krusial bagi anak yang mana hampir membentuk karakter dan berpengaruh terhadap masa depan sang anak.


“Makanya ada maqalah yang mengatakan belajar di waktu kecil seperti mengukir di atas batu karena memang kadang tidak paham-paham tapi ketika tertancap akan sangat kuat. Belajar di masa tua seperti menulis di atas air, mudah tapi cepat hilang,” paparnya.


Oleh sebab itu, ia menilai pada masa tersebut harus dimaksimalkan pendidikan sang anak. Sementara mengenai pendidikan yang diberikan tersebut, lanjut dia, adalah pendidikan karakter sebagaimana diajarkan Nabi Muhammad saw.


“Beliau (Rasulullah saw) ini dalam mendidik cucu-cucunya pertama kali yang diajarkan bukalah aturan-aturan syariat, tetapi afeksi dan atensi. Memanggil Sayyidina Hasan dan Husein panggilan yang indah,” kata dia. 


“Beliau satu ketika pernah memanggil Sayyidina Hasan dan Husein sebagai ‘Pemimpin para pemuda di surga’ ini bukan memuat kesombongan. Di situ justru menunjukkan bahwa Nabi itu mengajari kita menyebut positif kepada anak-anak kita,” tutupnya.


Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Muhammad Faizin