Nasional

Cerita Gus Miftah tentang Sorban Pemberian Mbah Maimoen

Jum, 9 Agustus 2019 | 07:30 WIB

Cerita Gus Miftah tentang Sorban Pemberian Mbah Maimoen

Gus Miftah Maulana Habiburrahman (ist)

Jakarta, NU Online
Dai muda Nahdlatul Ulama KH Miftah Maulana Habiburrahman (Gus Miftah) mulai melambung namanya setelah videonya sedang berceramah di klub malam viral. Peristiwa itu membuatnya kuyup hujan hujatan. Tak sedikit juga yang mendukungnya. Salah satunya adalah Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Maimoen Zubair.

Tidak tanggung-tanggung, Gus Miftah menurut ceritanya ditelepon langsung oleh Mbah Moen, sapaan akrab masyarakat kepada KH Maimoen Zubair, melalui panggilan video dua hari sebelum idul fitri 1440 H tiba.

“Nak, dakwahmu sama anak-anak itu dilanjutkan karena mereka juga butuh ngaji,” kata Gus Miftah menirukan pernyataan Mbah Moen saat acara Rosi bertemakan Mengenang Mbah Moen yang ditayangkan di Kompas TV, Kamis (8/8) malam.

Dari berbagai pengamatannya terhadap Mbah Moen, Pembaurekso Pesantren Ora Aji itu memetik pelajaran penting, yakni paling tidak suka menghakimi orang lain. “Kita itu kan seringkali menjadi jaksa bagi kesalahan orang lain dan menjadi hakim bagi kesalahan diri sendiri,” katanya.

Ketika masyarakat banyak yang demikian, justru Mbah Moen berada di posisi yang berseberangan. Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah itu melihatnya dengan kacamata kasih sayang.

“Nak, itu mereka butuh ngaji loh,” katanya mengulang pesan Mbah Moen kepadanya melalui panggilan video.

Maka, saat perundungan kepadanya bermunculan gegara aktivitas dakwahnya di dunia malam, Gus Miftah tidak menganggapnya sebagai persoalan. “Ketika saya di-bully pengajian di dunia malam itu tidak ada masalah,” ujarnya.

Pasalnya, Mbah Moen dan Habib Luthfi, Rais 'Aam Jamiyah Ahlit Thariqah al-Mu’tabarah al-Nahdliyah (JATMAN), saja mendukungnya. “Toh orang-orang sepuh, orang-orang kelasnya wali seperti Mbah Moen, seperti Habib Luthfi semuanya mendukung saya,” imbuhnya,

Gus Miftah juga memperhatikan berbagai ceramah dan pengajian sosok ulama kelahiran 28 Oktober 1928 itu. Ia menyarikannya dan menyampaikannya kepada masyarakat. Ia berulang kali dalam berbagai kesempatan mengatakan, “Jangan pernah menghina pendosa seolah-olah kita tidak pernah berbuat dosa.” 

“Dan bahasa-bahasa ini sebenarnya saya nyaring dari beberapa pidatonya Mbah Moen,” akunya.

Usai panggilan video itu berakhir, Mbah Moen menyampaikan kepada seseorang yang mengoperasikan ponselnya agar memberikan sorban yang dikenakannya kepada Gus Miftah. 

“Setelah video call itu, beliau bilang ke yang video call itu, tolong sorbannya dikasih ke Miftah,” kenang Gus Miftah.

Saat lebaran, Mbah Moen mengutus santrinya tersebut dan memberikan sorbannya. Ia pun menunjukkan sorbannya berwarna hitam dan putih bermotif kotak-kotak itu. “Maka kenapa saya bawa malam hari ini,” pungkasnya sembari terisak. (Syakir NF/Fathoni)