Nasional

Dua Modal Penting Raih Cita-cita menurut Ustadz Yusuf Mansur

Ahad, 18 Juli 2021 | 13:30 WIB

Dua Modal Penting Raih Cita-cita menurut Ustadz Yusuf Mansur

Ustadz Yusuf Mansur (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online
 
Ustadz Yusuf Mansur menyampaikan dua modal penting yang harus dimiliki dalam meraih segala impian, cita-cita, keinginan, dan hajat. Dua hal tersebut, ialah jangan pernah ragu dan jangan pernah berhenti percaya kepada Allah. Hal ini menurutnya penting untuk tidak merasa sendiri, karena ada Allah.
 
 
"Allah tahu suatu saat kita akan lari, pada saat kita lari, menjauh, di situ mungkin kita sendirian. Karena umumnya memang pingin menyepi, sendiri. Atau suatu ketika kita ditinggal keluarga, sahabat, orang-orang terdekat, bahkan semua orang menjauh, sebab itu Allah menyediakan dirinya untuk selalu ada, hadir, stanby, menemani kita," kata Pimpinan Pondok Pesantren Daarul Qur'an di kanal Youtube miliknya, pada Sabtu (17/7).

 
Baginya, penting untuk kemudian tidak pernah merasa sendiri, menguatkan diri, berdialog dengan pikiran agar tidak pernah berhenti percaya. Sebab, sekali merasa ragu maka kemudian akan berhenti percaya. Dan hal itu sangat berat untuk memulainya kembali.
 

"Sebab itu, tema sentral awal dari Al-Qur'an merupakan ajakan untuk tidak meragu. Pingin bukti? Silahkan lihat Surah al-Baqarah ayat 2, di situ ada kata laa roiba, tuh Allah tidak mau diragukan. Dan tidak mau juga kita meragukan diri, apalagi kita meragukan bakalan mendapat petunjuk darinya. Allah menginginkan kita bulat, percaya," paparnya.
 

Wakil Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta itu mengatakan, orang yang tidak pernah meragu, tidak akan pernah kecewa. Sebab orang yang tidak pernah ragu dan tidak berhenti percaya, ia akan terus yakin dan percaya dengan Allah. Sebab, ia mengimani apa yang ia percaya.
 

"Kebanyakan orang harus berdiri di atas data dan fakta. Sebenarnya kepercayaan dan keyakinan tidak ada urusan dengan dan dan fakta. Sebab, semakin ia memikirkan data dan fakta, maka semakin ia tidak jadi," ungkapnya.
 

Hal itu menurutnya dapat menjadikan orang tersebut semakin ragu, lalu berhenti percaya kepada Allah. Oleh sebab itu, ia mengajak untuk memiliki prinsip, membenarkan perkataan dan ucapan. "Yang kita butuhkan hanya satu, yaitu Allah," tegasnya.
 

Orang-orang yang penuh kepercayaan dan keyakinan, juga tidak akan pernah kecewa terhadap dirinya. Jikalau ada kekecewaan pada dirinya, hal tersebut merupakan tanda bahwa ia meragukan keajaiban Allah, dan akhirnya membuat dirinya tidak lagi percaya.
 

Setidaknya ia tidak akan mau lagi percaya di episode-episode selanjutnya. "Ah gua kecewa, entar gua jadi putus harapan, sudahlah biasa-biasa saja. Jangan begitu dong!" ungkapnya.
 

Ustadz Yusuf Mansur mencontohkan, ada seorang sedang berada di kontrakan bersama istri dan anaknya. Orang tersebut yakin dan percaya jika kontrakan tersebut akan menjadi miliknya. Ketika ia meyakini dan percaya terhadap apa yang  ia katakan, maka Allah akan memberikan ujian.
 

Ketika ujian itu datang, lalu ia meragukan kepercayaan dan keyakinan awal. Lantas ia berhenti menaruh kepercayaan. "Ya sudahlah namanya hidup, mungkin sudah takdir kita tidak akan pernah mempunyai rumah. Ngomongnya kita gede, tinggi, kemana-mana bilang rumah ini akan menjadi milik saya. Namun, ketika ujian datang bertubi-tubi membuat kita tidak percaya, tidak lagi yakin, dan menjadi manusia yang fragmatis. Ya sudahlah yang penting masih bisa makan. Jangan begitu!" katanya.
 

Dalam posisi seperti itu, Ustadz Yusuf Mansur mengingatkan untuk tidak memenggal keyakinan dan kepercayaan yang telah dibangun. Bisa jadi dengan begitu Allah telah menyiapkan suatu yang lebih besar dari sekadar rumah kontrakan tersebut.
 

"Makanya saya kalau dibilang sama orang 'Ustadz jatoh ya, bangkrut, punya hutang'. Saya tidak berdiri di atas omongan mereka, saya berdiri di atas omongan saya. Kira-kira begitu, nggak ada urusan sama omongan orang," tegas ustadz kelahiran Jakarta, 45 tahun yang lalu itu.
 

Menikmati Proses
 

Ia menegaskan, segala sesuatu butuh proses. Karenanya, proses tersebut harus dinikmati. "Kita ngomong bakal punya duit 1 miliar, ternyata utangnya yang 1 miliar. Terkadang memang seperti itu, muter dulu jalannya," katanya.
 

Menurut Penulis Buku Kun Fayakun itu, jika seorang berdiri di atas keyakinannya, alias tidak meragu dan tidak pernah berhenti percaya. Maka, ketika sesuatu tidak sampai padanya, sudah barang pasti Allah akan memberikan yang lebih.
 

"Kita adalah orang yang tidak pernah melarang diri kita dan orang lain berburu karunia Allah. Nah, kita orang yang justru menyuruh diri kita dan orang lain untuk mencari karunia Allah, maka bila mobil bagus, rumah bagus, adalah karunia Allah ya cari," serunya.
 

Terkadang, lanjut Ustadz Yusuf Mansur, begitu seorang yakin jika utangnya bakal terlunaskan, maka yang terjadi dari hari ke hari, minggu ke minggu justru malah bertambah. Hal tersebut akan membuat orang tersebut berpikir, apakah ia akan lanjut atau justru berhenti.
 

Baginya, di situlah letak seninya, mempercayai Allah di titik nadir. Ia mengajak agar semua percaya dan yakin, semakin banyak ujian maka akan semakin banyak hadiah dari Allah. "Kalau hidup lurus saja, iman juga nggak indahlah. Nggak ada banyak juga yang dibicarakan, cerita cintanya kurang itu. Justru kalau kedebag-kedebug, lempar kanan, lempar kiri. Angkat ke atas lalu dibanting. Suatu saat ketika anda mencapai kesuksesan, itu baru beda ceritanya," paparnya.


Kontributor: Disisi Saidi Fatah
Editor: Syakir NF