Nasional TWEET TASAWUF

Empat Hak Kehambaan yang Harus Dipenuhi Seorang Muslim

Sen, 30 September 2019 | 03:00 WIB

Empat Hak Kehambaan yang Harus Dipenuhi Seorang Muslim

Ilustrasi (NU Online/Freepik)

Jakarta, NU Online
Keniscayaan sebagai seorang hamba harus dipahami oleh seseorang bila dihadapkan pada suatu tindakan yang berkaitan dengan Tuhannya. Dalam tindakan-tindakan tersebut, ada sejumlah hak yang harus dipenuhi oleh seorang hamba.

Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor, Jawa Barat KH MĀ Luqman Hakim menjelaskan ada empat hak kehambaan yang harus dipenuhi seorang Muslim.

ā€œJika empat hak kehambaan yang harus dipenuhi, maka Anda tidak akan susah selama-lamanya,ā€ ujar Kiai Luqman dikutip NU Online, Senin (30/9) lewat twitternya.

Empak hak kehambaan tersebut ialah:
1. Bila bisa taat, lihatlah anugerah-Nya padamu, bukan melihat amalmu
2. Bila maksiat, segera bertaubat
3. Bila dapat nikmat, langsung syukuri, jangan ditunda
4. Bila dapat cobaan, sabar dan ridha

Dalam kesempatan lain, Kiai Luqman bahwa seorang hamba sudah semestinya tunduk kepada Sang Pencipta, Allah SWT. Hal itu mendorong manusia untuk melakukan kebaikan dan kebajikan hanya karena Allah.

Ia menegaskan, sirna semua status manusia ketika dirinya masih dalam kondisi hamba. ā€œKetika di posisi hamba, semua statusmu sirna. Apakah masih menginginkan status spesial di mata makhluk? Pada saat yang sama juga ingin status di mata Allah?ā€ ungkap Kiai Luqman.

Menurut Direktur Sufi Center Jakarta itu yang haq dan yang bathil tidak mungkin bersatu. Sebab itu, jelasnya, masuk ke satu pintu bukan agar semua pintu terbuka, tetapi di saat manusia masuk ke satu pintu tersebut, maka saat itulah semua pintu akan terbuka.

ā€œMustahil haq dan bathil berpadu. Masuklah ke satu pintu, bukan agar terbuka semua pintu, maka saat itulah semua pintu terbuka,ā€ tandas Kiai Luqman.

Lebih jauh, penulis buku Jalan Maā€™rifat itu mengungkapkan, setiap manusia tentu menginginkan kasih sayang Allah bahkan berharap bisa menjadi hamba yang ditokohkan Allah, artinya hamba yanga istimewa. Lalu seperti apa karakteristik atau ciri-ciri manusia yang ditokohkan Allah atau menjadi tokoh Allah?

Kiai Luqman mengatakan, para tokoh Allah sering mengalami kesunyian dan kesendirian.Tapi mereka selalu berserasi dengan kesabaran, ketabahan, syukur, dan berserah pada-Nya.

ā€œTak ada takut dan gelisan. Ada Allah menyertainya. Mereka memandang-Nya karena Dia memandang mereka. Mengenang-Nya krena Dia mengingat mereka,ā€ terangnya.

Para tokoh Allah, sambung Kiai Luqman, hatinya penuh gelembung Cinta-Nya lalu mencintai-Nya. Ruhnya menyaksikan keagungan-Nya, rahasia batinnya jadi hamparan Ma'rifat pada-Nya.

Pewarta: Fathoni Ahmad
Editor: Kendi Setiawan