Nasional TWEET TASAWUF

Tanda Allah Mengangkat Harkat dan Rezeki Seseorang

Jum, 6 September 2019 | 09:30 WIB

Tanda Allah Mengangkat Harkat dan Rezeki Seseorang

Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor, Jawa Barat, KH M. Luqman Hakim. (Foto: istimewa)

Jakarta, NU Online
Direktur Sufi Center KH M. Luqman Hakim menyebut tanda-tanda Allah mengangkat harkat dan rezeki seseorang. Tanda-tanda yang nampak tersebut sekaligus takdir Allah yang berlaku bagi orang tersebut.

“Di antara tanda Allah mengangkat harkatmu ialah Allah menakdirkanmu rendah hati,” ujar Kiai Luqman dikutip NU Online, Jumat (6/9), lewat twitternya.

“Di antara tanda Allah menambah rezekimu ialah Allah menakdirkanmu ahli sedekah,” sambung Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor, Jawa Barat itu.

Kiai Luqman juga menjelaskan di antara tanda Allah menghinakan seseorang. “Di antara tanda Allah menghinakanmu, Allah menakdirkanmu takabur,” jelasnya.

Dalam kesempatan lain, Kiai Luqman menerangkan bahwa kebaikan dan istiqamah dalam beribadah kepada Allah swt merupakan tuntunan agama bagi setiap orang Islam.

Namun, harapan memperoleh balasan dan limpahan pahala justru akan merusak keikhlasan jika manusia terus mengingat dan mengenang kebaikan dan prestasi ibadahnya. Ia mendorong siapa pun yang mulai bersikap demikian untuk segera menghilangkannya.

“Masih senang mengingat dan mengenang kebaikan bahkan prestasi ibadah di masa lalu? Mulai saat ini lupakan semua itu,” ucap Kiai Luqman.

Praktisi Tasawuf itu menegaskan, semakin mengingat-ingat, semakin hilang keikhlasan amal ibadah. “Berganti dengan takjub diri, rumongso paling (merasa paling), dan berujung takabur,” jelasnya.

Penulis buku Jalan Ma’rifat ini menerangkan, bagaimana seorang hamba agar berdisiplin dalam beribadah. “Jika ingin disiplin dalam ibadah harus didukung taubat, takwa, dan istiqamah,” ungkap Kiai Luqman.

Muara dari setiap ibadah ialah menuju Allah SWT. Dalam hal ini, menurut penulis buku Filosofi Dzikir tersebut, manusia memerlukan disiplin ubudiyah.

“Jika ingin disiplin ubudiyah (menuju Allah) harus didukung tulus, ikhlas, dan ketenangan kalbu,” ungkap kiai yang aktif mengisi pengajian tasawuf di semua lapisan masyarakat ini.

Puncak seorang hamba dalam beribadah adalah menyaksikan mata hati agar senantiasa tertambat kepada Allah. Di sinilah Kiai Luqman menekankan pentingnya mengasah hati dengan jalan bertasawuf agar mencapai tingkat ma’rifat.

Pewarta: Fathoni Ahmad
Editor: Muchlishon