Nasional FESTIVAL TAJUG 2019

Festival Tajug Kembali Ingatkan Masyarakat Memakmurkan Masjid

Sen, 4 November 2019 | 10:00 WIB

Festival Tajug Kembali Ingatkan Masyarakat Memakmurkan Masjid

Festival Tajug 2019 bakal diadakan 22-24 November 2019 di Cirebon, Jawa Barat.

Jakarta, NU Online
Lembaga Takmir Masjid Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTM PBNU) akan menggelar Festival Tajug pada Jumat sampai Ahad, 22-24 November 2019 di Kesultanan Kasepuhan, Cirebon, Jawa Barat. Penyelenggaraan tahun ini adalah tahun kedua setelah gelaran yang sama pada tahun lalu.
 
Ketua PBNU KH Abdul Manan Abdul Ghani menyampaikan bahwa kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka mengingatkan masyarakat agar memakmurkan masjid.
 
"Menyadarkan umat Nusantara khususnya umat Islam Jawa Barat supaya mau makmurkan masjid (tajug) dan berdayakan fakir miskin," katanya kepada NU Online, Ahad (3/11).
 
Sebab, hal tersebut merupakan wasiat yang harus dilaksanakan dari Sunan Gunung Jati. Wasiat itu disampaikan dalam bahasa Jawa dialek Cirebon, Ingsun titip tajug lan fakir miskin, saya titip masjid dan fakir miskin.
 
Menurutnya, wasiat tersebut juga bagian dari Islam Nusantara yang harus dilestarikan.
 
"Kesultanan yang ada di Cirebon sebagai pewaris Sunan Gunung Jati harus mengabadikan pesan tersebut," ujar kiai asal Cirebon itu.
 
Demikian juga dengan kesultanan lain yang ada di Nusantara sebagai tempat tumbuhnya Islam dengan segala tradisi keislaman yang memiliki keunikan (khashais) keislaman di Nusantara harus mendakwahkan Islam Nusantara. Tidak hanya NU tetapi semuanya termasuk para sultan di Nusantara.
 
"Karena itu, kita akan hadirkan para sultan di Nusantara dalam seminar Islam dan kebangsaan," ucapnya.
 
Kiai Manan menjelaskan bahwa memakmurkan masjid yang dimaksud adalah shalat berjamaah di masjid secara rutin. Wasiat itu juga mengingatkan agar memberdayakan fakir miskin secara berjamaah pula. Artinya, jamaah itu diantaranya ada orang-orang kaya yang menyisihkan rezekinya untuk bersama-sama memberi modal usaha, santunan kepada fakir, miskin, yatim, dan duafa.
 
Lebih lanjut, ia juga menyampaikan bahwa kerap kali saldo dana kas masjid berlimpah melebihi kebutuhan operasional masjid. Hal ini, menurutnya, harus digunakan untuk pemberdayaan fakir miskin.
 
"Dana kas masjid itu sering kita dengar saldonya banyak. Maka harus di-tasharruf-kan, digunakan, selain operasional program masjid rutin, perawatan kebersihan, sebagian untuk pemberdayaan umat khususnya fakir miskin," pungkasnya.
 
Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan