Nasional

Filantropi sebagai Soft Diplomacy

Kam, 21 Juli 2022 | 06:30 WIB

Jakarta, NU Online 

Indonesia dinobatkan sebagai negara paling dermawan oleh Charity and Fondation. Kedermawanan masyarakat Indonesia inilah menjadi salah satu kekuatan diplomasi Negeri Zamrud Khatulistiwa ini.


“Kita Indonesia punya kekuatan soft diplomacy, melalui civil society (masyarakat sipil). Salah satunya adalah dengan cara filantropi, gerakan kedermawanan," kata Prof Amelia Fauzia, Guru Besar Sejarah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saat Seminar Internasional Pendidikan Perdamaian, di Auditorium Harun Nasution UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jalan Ir H Juanda, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (20/7/2022).

 

Ia mencontohkan Indonesia membantu sebuah peristiwa bencana di wilayah negara lain. Hal ini menjadi soft diplomacy melalui misi kemanusiaan yang juga bisa menjadi misi perdamaian. "Bagaimana kekuatan leaders bisa menyatukan perbedaan, akhirnya bisa membuat perdamaian," katanya.


Misi kemanusiaan itu, lanjut Amelia, mendorong perdamaian. Tidak hanya berhenti di dalam negeri, tetapi juga ke luar negeri. "Itu karakter Islam rahmatan lil alamin," kata perempuan ahli filantropi Islam itu.


Menurutnya, karakter penting sebagai masyarakat Muslim adalah toleran. Hal ini bisa menjadi kontribusi untuk mendamaikan perseteruan Timur dan Barat.


Mengutip Robert McChesney, Amelia dalam bukunya, Filantropi Islam: Sejarah dan Kontestasi Masyarakat Sipil dan Negara (2016), mengartikan filantropi dalam Islam sebagai kewajiban moral orang-orang beriman untuk melakukan perbuatan baik atas nama Tuhan. Hal ini, tulis Amel, dilembagakan dalam beragam bentuk, mulai zakat, sedekah, hingga wakaf.


Filantropi dalam Islam ini, lanjut Amel, memiliki tiga konsep, yakni sebagai (1) kewajiban agama yang menjadi panduan umum, (2) moralitas agama berkaitan dengan moralitas sosial, dan (3) keadilan sosial yang menyentuh inti tujuan filantropi.


Meskipun saat ini ada dugaan penyelewengan dana filantropi oleh sebuah lembaga penyalur, yakni Aksi Cepat Tanggap (ACT). Namun, filantropi dalam Islam harus tetap tumbuh demi terciptanya keadilan sosial. Hal ini terus diupayakan oleh Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).


"Kami selalu berupaya penuh bagaimana menjaga kepercayaan publik, karena itu menjadi kunci utama menyukseskan berbagai program yang digulirkan Baznas untuk kesejahteraan umat," kata Sestama Baznas, Ahmad Zayadi, di Jakarta, Rabu (6/7/2022), sebagaimana dilansir situsweb Kementerian Agama.


Pihaknya meminta masyarakat untuk terus menebar kebaikan dan tidak larut dalam kasus yang terjadi pada salah satu lembaga kemanusiaan yang sedang viral. Baznas sebagai lembaga pemerintah nonstruktural yang ditugaskan untuk mengelola dana ZIS akan terus memberikan layanan zakat agar aman dan tepat sasaran.


Kegiatan ini juga menghadirkan pembicara kunci Presiden Timor Leste yang juga peraih Nobel Perdamaian Tahun 1996, yaitu Jose Ramos Horta. Hadir juga Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Azyumardi Azra.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan