Nasional

Film Hati Suhita Mulai Tayang di Bioskop 25 Mei 2023

Jum, 7 April 2023 | 19:00 WIB

Film Hati Suhita Mulai Tayang di Bioskop 25 Mei 2023

Poster Film Hati Suhita. (Foto: Instagram/filmhatisuhita)

Jakarta, NU Online

 

Film Hati Suhita baru saja merilis poster resmi di akun Instagramnya. Hati Suhita merupakan film adaptasi dari novel karya Khilma Anis dengan judul yang sama.

 

Film produksi Starvision yang disutradarai oleh Archie Hekagery dan dibintangi oleh Nadya Arina, Omar Daniel, Anggika Bolsterli ini akan tayang di bioskop mulai 25 Mei 2023.

 

"Nggih, film Hati Suhita akan tayang serentak di bioskop seluruh Indonesia pada tanggal 25 Mei 2023," ujar Khilma Anis kepada NU Online, Jumat (7/4/2023).

 

Trailer film “Hati Suhita” mengangkat cuplikan kisah Suhita (diperankan Nadya Arina), Gus Biru (Omar Daniel), dan Rengganis (Anggika Bolsterli) menampilkan kisah perjodohan dalam dunia pesantren dengan segala macam dinamikanya. Trailer film ini dikemas secara apik dan emosional dan dapat menggambarkan sekilas apa yang akan didapatkan pada filmnya kelak.

 

Khilma berharap film ini mampu menginspirasi semua kalangan khususnya para santri agar berani bermimpi meneruskan langkahnya menulis dan difilmkan.

 

"Mudah-mudahan dengan hadirnya film Suhita, santri-santri berani bermimpi meneruskan apa yang sudah jadi langkah saya hari ini. Jangan takut bermimpi, jadi santri enggak cuman ngaji tapi harus hadir di perkembangan zaman," ujarnya. 

 

Selain itu, kehadiran film Suhita diharapkan menjadi vitamin bagi siapa pun. "Menjadi penguat sesuatu obat yang meyegarkan. Namanya sebuah karya pasti apresiasi positif ada, negatif juga ada, tapi yang kita minta menjadi vitamin untuk yang membutuhkan," bebernya.

 

Bagi Khilma, sumbangsih karya dalam dunia perfilman penting meski kecil daripada budaya mengkritik. Ia memegang prinsip "Klungsu-klungsu Waton Udhu."

 

"Klungsu isinya buah asam. Ia memang tidak berharga, kecil, warnanya hitam, tapi waton udhu yang penting nyumbang," jelasnya.

 

Dalam konteks literasi, kata Khilma, santri yang penting turut menyumbangkan karya dijagat film walaupun hanya satu judul daripada tenggelam dalam angan-angan dan tidak berbuat banyak. 

 

"Kelak harus ada Suhita-Suhita baru, Khilma-Khilma baru yang hadir sebagai penyumbang kisah," tuturnya.

 

Proses syuting film Suhita

 

Ning Khilma menceritakan proses syuting yang memakan waktu dua bulan bertempat di sembilan kota yakni: Jakarta, Bogor, Kediri, Ponorogo, Waduk Trenggalek, Salatiga, Kudus, Klaten, dan Jogja. 

 

"Alhamdulillah, perjalanan syuting Hati Suhita lancar karena produser dari awal berkomitmen untuk menyajikan film Suhita sebagus mungkin, jadi memang diberikan tim terbaik, alat-alat juga terbaik, dipilihkan lokasi syuting sesuai yang ada di novel dan pemain terbaik," terangnya.

 

Khilma mengaku senang lantaran dari awal penandatanganan kontrak film Suhita hingga proses pembuatan film dilibatkan oleh tim produksi Starvision. 

 

"Saya selalu dilibatkan dalam pilihan pemain film, kostum, tempat lokasi sampai jalan cerita 90 persen saya terlibat. Ketika di lokasi syuting, saya selalu dihadirkan mereka untuk briefing ke artis. Saya juga hadir di beberapa kota tempat lokasi syuting," kata dia.

 

"Saya sampai empat kali terbang ke Jakarta diminta melihat apakah film sudah sesuai skenario? Apakah ada yang salah? Prison suara dan lainnya. Jadi memang praproduksi dan pascaproduksi saya ada di situ," jelasnya.

 

Alasan Suhita difilmkan

 

Khilma mengungkap alasan dibalik pengangkatan Novel hati Suhita ke layar lebar. Menurutnya, jika Suhita selesai di buku hanya akan dibaca kalangan tertentu saja. Namun jika dialihvisualkan jadi film dapat menjangkau audiens lebih luas. 

 

"Kita tahu di Indonesia penikmat film dengan pembaca buku jauh lebih banyak penikmat film. Suhita sama produser diminta hadir sebagai angin segar. Mengutip kata pak Slamet, "film itu vitamin." Jadi, harus dikonsumsi untuk menyegarkan anak-anak bangsa. Selain itu kami melihat ada banyak hal yang harus diabadikan dari sebuah novel ke film," tandasnya.

 

Kontributor: Suci Amaliyah

Editor: Syakir NF