Nasional

Fintech Masih Jadi Primadona Bisnis pada 2020

Sel, 3 Desember 2019 | 09:45 WIB

Fintech Masih Jadi Primadona Bisnis pada 2020

Staf Khusus Bidang Kajian Strategis Dewan Pimpinan Pusat HPN, Elvan Kaukab. (Foto: NU Online/Syakir NF)

Jakarta, NU Online
Dunia industri dan perekonomian berkembang mengikuti tuntutan zaman. Akhir-akhir ini, manusia semakin merasa sibuk dengan beragam aktivitasnya yang menggunung. Terlebih mereka yang tinggal di kota.

Tak ayal, dunia industri juga mengikuti hal tersebut dengan menghadirkan berbagai kemudahan transaksi dengan memanfaatkan teknologi. Karenanya, sektor fintech bakal masih menjadi primadona industri di tahun 2020 nanti.

"Fintech masih menjadi primadona mereka yang ingin bisnis di finance," kata Staf Khusus Bidang Kajian Strategis Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN), Elvan Kaukab saat ditemui NU Online, Senin (2/12) sore.

Elvan melihat bahwa perbankan tidak semenggeliat dulu yang begitu mudah menawarkan dana pinjaman dengan bermacam-macam alasannya. Ada pula orang di desa yang keliling untuk hal tersebut. Namun saat ini semuanya sudah dapat diakses melalui aplikasi.

"Sekarang sudah terakomodir dalam aplikasi begini. Nah itu masih akan berkembang di tahun-tahun kemudian karena orang makin sibuk dan waktunya semakin terbatas," jelas pengajar di Universitas Sains Al-Qur'an (Unsiq) Wonosobo itu.

Di samping itu, kemajuan transportasi juga membuat jalan semakin padat. Dengan begitu, orang ingin mengakses semua kebutuhan, seperti perbankan, makanan, hingga beli rumah pun hanya dalam satu genggaman. 

"Jadi, mereka dimanjakan dengan sistem kemudahan aplikasi karena waktu itu daripada keluar, panas, ngantri. Stressnya itu yang harus mereka bayar lebih," ujarnya.

Mereka rela membayar lebih banyak dari biasanya. Hal demikian inilah yang ditangkap oleh perusahaan-perusahaan finance di bidang teknologi mengingat kondisi yang tidak menuntutnya.

"Karena tahulah orang kita itu bukan karena mereka malas, tetapi memang karena kondisi eksternallah yang memaksa mereka keluar," kata kandidat doktor ilmu manajemen bisnis internasional Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) itu.

"Kalau bisa pesan dari rumah, kenapa saya harus keluar?" Begitu lanjutnya menirukan orang-orang yang memilih untuk membayar lebih berbagai kebutuhannya tanpa keluar rumah itu.

Oleh karena itu, menurutnya, HPN dapat mengarah bisnis ke dunia fintech mengingat Nahdliyin juga begitu banyak jumlahnya.

"Kenapa kita tidak menggunakan sekian persennya untuk menggunakan aplikasi buatan dari NU gitu loh. Fintech masih dikuasai orang-orang yang berseberangan. Sementara NU punya massa tetapi belum bisa mengkonsolidasikan mereka untuk menggunakan produk-produk NU," jelasnya.

Pewarta: Syakir NF
Editor: Fathoni Ahmad