Nasional

Forum Titik Temu Terilhami Majelis Reboan Gus Dur-Cak Nur

Rab, 18 September 2019 | 08:30 WIB

Forum Titik Temu Terilhami Majelis Reboan Gus Dur-Cak Nur

Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alissa Wahid berbicara pada ‘Forum Titik Temu’ di DoubleTree Hilton Hotel Jakarta, Rabu (18/9). (Foto: NU Online/Husni Sahal)

Jakarta, NU Online
Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alissa Wahid menyatakan, pada kurun 1980 dan 1990-an para tokoh agama seperti Cak Nur dan Gus Dur rajin bertemu untuk membincang sejumlah persoalan pada zamannya. Pertemuan mereka, berisi silang pendapat dan adu pandangan sehingga mampu memperkaya sudut pandang dalam melihat suatu persoalan.
 
“Ini yang mengilhami kami-kami untuk kemudian membuat forum dari Majelis Reboan waktu itu menjadi yang kita sebut Forum Titik Temu,” kata Alissa saat berbicara pada ‘Forum Titik Temu’ di DoubleTree Hilton Hotel Jakarta, Rabu (18/9).
 
Melalui Forum Titik Temu, Alissa bersama tokoh lain berupaya merawat nilai, cara dan strategi dalam menjaga Indonesia. Ia berpendapat, sekarang ini yang menjadi salah satu tantangan Indonesia ialah kurang terasanya kehadiran para cendekiawan dalam menjawab persoalan-persoalan zaman.
 
“Hal itu karena berkurangnya gelanggang atau forum yang membuat mereka bertemu. Gelanggang-gelanggang yang dulu sangat dinikmati dan menghasilkan orang-orang seperti Cak Nur dan Gus Dur itulah yang sekarang harus kita hidupkan lagi,” tandas putri sulung Gus Dur ini.
 
Di tempat yang sama, Direktur Ma’arif Institute Abdul Rohim Ghazali mengatakan, forum ini dihadirkan dengan harapan agar bangsa Indonesia selalu bersatu, damai, dan diliputi dengan rasa toleransi, sehingga Indonesia menjadi negara maju. 
 
Menurut dia, upaya itu bukan tanpa tantangan. Karena seringkali muncul masalah yang rawan, yakni terjadinya perbedaan-perbedaan tentang agama dan keyakinan yang jika tidak disikapi dengan baik dapat memunculkan konflik. Ia menambahkan, seringkali orang atau kelompok menganggap dirinya yang benar dan yang lain salah.
 
“Salah satu cara paling sederhana untuk mempertemukan perbedan-perbedaan adalah sering bertemu, karena sering-sering bertemu akan meluruhkan ego,” kata Rohim.
 
 
Forum yang membahas pentingnya kerja sama multikultural untuk persatuan dan keadilan itu dihadiri Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sejumlah menteri hadir mendampingi presiden, antara lain Mensesneg Pratikno, Menag Lukman Hakim Saifuddin, serta Mendikbud Muhajir Effendi.
 
Selain itu, hadir pula para sesepuh antara lain Prof Quraish Shihab, Nyai Hj Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, dan Omi Komaria Nurcholis Madjid.
 
Tokoh lintas agama dan akademisi tampak bergembira bisa berkumpul pada gelaran yang diselenggarakan atas kerja sama antara Nurcholish Madjid Society, Gusdurian, dan Ma’arif Institute ini.
 
Para tokoh tersebut antara lain budayawan Sujiwo Tejo, cendekiawan muslim Ulil Abshar Abdalla, Azyumardi Azra, Komarudin Hidayat, Yudi Latif, Inayah Wahid, Haidar Bagir, Yudi Latif, dan Henny Supolo Sitepu.
 
 
Pewarta: Husni Sahal
Editor: Musthofa Asrori