Nasional

Gubernur DKI Jakarta Puji Hafalan dan Keilmuan Ketum PBNU

Kam, 21 November 2019 | 19:29 WIB

Gubernur DKI Jakarta Puji Hafalan dan Keilmuan Ketum PBNU

Gubernur DKI Jakarta ANies Baswedan (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan hadir pada Maulid Akbar yang diselenggarakan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Kamis (21/11) malam. Ia tiba di lokasi bersama Wakil Presiden RI KH Ma’ruf Amin dan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj. 

Sambutan pertama adalah pidato KH Said Aqil Siroj yang menjabarkan asal mula peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW serta beberapa kali merinci silsilah Nabi Muhammad berdasarkan kitab yang pernah dipelajarinya. 

Anies Baswedan yang diberikan waktu untuk sambutan setelah Kiai Said memuji hafalan dan pemikiran Kiai Said terkait dengan sejarah peradaban Islam. Bahkan di awal sambutannya. Ia mengaku kagum kepada Pengasuh Pesantren Al-Tsaqafah ini. 

“Saya selalu kagum setiap kali mendengar ceramah Kiai Said. Penguasaan atas detail ceramahnya luar biasa,” tutur Anies Baswedan yang disambut riuh ribuan hadirin. 

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI ini berharap Kiai Said mewariskan ilmunya kepada santri dan warga NU yang ada di seluruh Tanah Air. Ia juga mengaku bersyukur di DKI Jakarta tradisi Maulid Nabi masih dilestarikan. 

Baginya, Nabi Muhammad adalah manusia yang tidak ada tandingannya karena menjadi manusia paling mulia disisi Allah Swt. Selanjutnya, Anies Baswedan ingin seluruh umat Islam di Indonesia meneladani sifat-sifat rasul. 

Sementara itu, dalam sambutannya Kiai Said menjabarkan, Maulid Nabi merupakan sunah taqririyyah yaitu perkataan, perbuatan yang tidak dilakukan Nabi, tetapi Nabi sendiri tidak menyalahkan atau melarangnya. 

Salah satu sahabat yang pernah memuji-muji Nabi Muhammad adalah Ka’ab Bin Juhair bin Abi Salma yang diceritakan dalam bait nadhom yang sangat panjang. Di hadapan Nabi Muhammad Ka’ab mengatakan bahwa Nabi Muhammad adalah orang hebat dan orang mulia. Mendengar pujian itu, reaksi Nabi tidak melarang, bahkan membenarkan. 

“Malah Rasulullah memberi hadiah selimut yang sedang dipakai. Selimutnya bergaris-garis. Selimut garis-garis itu bahasa Arabnya adalah burdah,” ucapnya.

Kontributor: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Abdullah Alawi