Nasional

Gus Mus Bagikan Kunci Terhindar dari Penyakit Narsistik

Sen, 27 Maret 2023 | 09:30 WIB

Gus Mus Bagikan Kunci Terhindar dari Penyakit Narsistik

Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri. (Gusmus.net)

Jakarta, NU Online 
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri membagikan tips atau kunci utama agar seseorang tidak terkena penyakit narsistik yaitu mengenali batas diri.


“Ini penting, ini kunci supaya kamu tidak mengalami penyakit ghurur kamu, kenali batasmu,” kata Gus Mus dalam tayangan Kunci Agar Tidak Kena Penyakit Narsistik, diakses NU Online, Senin (27/3/2023).

 

Aku iki siswa Tsanawiyah, aku bisa iki iki iki, sudah,” Gus Mus mengibaratkan.


Gus Mus mengingatkan ketidakmampuan mengenali batas diri, membuat diri sendiri kemudian menjadi megalomania yang menganggap diri sendiri sudah mengerti segala hal.


“Jangan sampai megalomania, menganggap diri kamu tahu ini tahu itu tahu itu,” jelasnya dalam bahasa Jawa.


Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang ini mengatakan tidak apa-apa seseorang ingin tahu banyak hal. Caranya adalah dengan usaha yang keras untuk mencapai hal itu.


“Kalau tidak, bagaimana kita bisa naik ke atas kalau tidak tahu di tingkat mana berada. Tingkat ring satu berusaha ke tingkat kedua. Yang di tingkat dua berusaha mencapai tingkat tiga. Begitu caranya,” lanjut Gus Mus.


Jangan sampai, kata Gus Mus, manusia tidak berpikir dan tidak mengenali batasnya sendiri. Sebab, ada istilah orang tidak akan rusak selama dia tahu kadar dirinya. Sebaliknya, orang bisa celaka karena tidak tahu batas dirinya.
“Mahasiswa saja belum sudah merasa jadi profesor. Madrasah Tsanwiyah saja belum, lalu mengaku ustadz. Ibtidaiah mengaku kiai. Itu sakit semua,” ungkapnya.


Sebenarnya saat ada orang yang tidak mengenali dirinya, masyarakat bisa mengabaikan. 


Wah cah iku. Nah ‘cah iku’ itu yang akan membuat (yang bersangkutan) akan bermain drama terus, akting terus supaya dianggap ustadz,” lanjutnya.


Karena itu, kata Gus Mus, “Paling enak (adalah) mengenali batasnya dan berusaha naik ke atas.”


Bahaya Kepribadian Narsistik

Perilaku narsistik seakan-akan menjadi kebiasaan terutama dengan maraknya media sosial. Padahal kepribadian narsistik membawa bahaya.

 

Tunjung Senja Widuri dalam tulisan Perbedaan Kepribadian Narsistik dan Percaya Diri yang Perlu Diketahui menyebutkan orang yang narsistik cenderung akan membuat orang di sekitarnya kesulitan. Mereka suka mendominasi dan memanipulasi orang di sekitarnya.


“Mereka tidak tahu aturan dan sopan santun. Ditambah orang yang narsistik juga cenderung egois dan tidak empati terhadap orang lain,” tulis Tunjung.


Disebutkan, orang dengan gangguan kepribadian narsistik mungkin tidak menyadari bahwa ada sesuatu yang salah dengan dirinya. Hal ini disebabkan efek negatif dari narsistik yang biasanya dirasakan oleh orang di sekitarnya. “Sehingga kemungkinan besar orang dengan kepribadian narsistik jarang mencari pengobatan atas kondisinya itu,” sebut Tunjung.


Narsistik termasuk gangguan kepribadian yang dalam dunia psikologi dikenal dengan istilah Narcissistic personality disorder


Artikel Bedanya Narsis dan Narcissistic Personality Disorder menyebutkan narcissistic personality disorder memungkinkan pengidapnya untuk memfokuskan diri pada hasil yang di luar akal sehat (misalnya, ketenaran) dan merasa sangat yakin bahwa mereka berhak mendapatkan perlakuan khusus dari orang di sekitarnya.


Banyak ahli menggunakan kriteria dalam jurnal Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) untuk mendiagnosis berbagai kondisi mental. Berikut adalah sejumlah ciri narcissistic personality disorder berdasarkan jurnal yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association:

  1. Memiliki rasa kepentingan diri sendiri yang berlebihan
  2. Mengharapkan untuk diakui sebagai seseorang yang superior, bahkan tanpa adanya prestasi yang menjamin
  3. Melebih-lebihkan bakat dan prestasi
  4. Disibukkan oleh fantasi mengenai kesuksesan, kekuatan, kecerdasan, kesempurnaan fisik, atau sebagai pasangan hidup yang sempurna
  5. Memercayai bahwa dirinya adalah pihak superior dan hanya dapat dimengerti oleh orang-orang yang berkedudukan sama tinggi atau sama spesialnya
  6. Membutuhkan puja-puji yang konstan setiap saat
  7. Merasa berhak terhadap segala sesuatu
  8. Mengharapkan perlakuan khusus dari semua orang
  9. Mengambil keuntungan dari orang lain untuk mendapatkan apa yang diinginkan
  10. Memiliki ketidakmampuan atau ketidakinginan untuk mengakui kebutuhan dan perasaan orang lain
  11. Cemburu dan iri terhadap orang lain, sekaligus memercayai bahwa orang lain cemburu terhadap dirinya
  12. Berperilaku arogan dan sombong.


Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Syamsul Arifin