Nasional

Gus Yahya Ketum PBNU Masuk 20 Besar Muslim Paling Berpengaruh di Dunia 2024

Jum, 13 Oktober 2023 | 06:00 WIB

Gus Yahya Ketum PBNU Masuk 20 Besar Muslim Paling Berpengaruh di Dunia 2024

Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf dalam sebuah acara (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau yang lebih dikenal dengan Gus Yahya masuk dalam daftar 20 besar Muslim paling berpengaruh tahun 2024 versi The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC).


Selain Gus Yahya, dari Indonesia ada juga nama Presiden Joko Widodo yang menempati urutan ke-13 dan Al-Habib Luthfi bin Yahya di urutan ke-33 dari 50 besar tokoh yang dirilis. RISSC sendiri merilis sebanyak 500 tokoh Muslim berpengaruh dari seluruh dunia dengan latar belakang profesi yang berbeda.


Berikut keterangan tentang Gus Yahya yang dirilis RISSC yang dikutip NU Online dan terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, Kamis (20/10/2023).


KH Yahya Cholil Staquf menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ((NU), atau 'Kebangkitan Ulama'. NU merupakan organisasi Muslim terbesar di dunia—dengan lebih dari 90 juta anggota dan 21.000 madrasah—yang menganut tradisi Islam Sunni dan mengajarkan pesan utama Islam adalah cinta dan kasih sayang universal. 


Gus Yahya lahir pada 16 Februari 1966. Dari sisi nasab, sosoknya memiliki garis keturunan dengan ulama Jawa yang panjang dan terkenal. Ia dididik sejak kecil dalam ilmu-ilmu formal dan spiritual Islam. Kemudian ia menjadi murid KH Ali Maksum (1915–1989), ulama Islam terhormat dan Rais Aam PBNU. Selain itu juga belajar kepada KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur (1940-2009), Ketua Umum PBNU 1984-1999 serta kepala negara pertama di Indonesia yang terpilih secara demokratis. 


NU memiliki jaringan luas yang mencakup 30 pengurus wilayah dengan 339 cabang, 12 cabang khusus, 2.630 majelis wakil cabang dan 37.125 ranting di seluruh Indonesia. Jaringan ini mengamalkan doktrin Ahl Al-Sunnah wa Al-Jama'ah yang berarti “Ahli Sunnah (amalan Nabi Muhammad SAW) dan masyarakat”. Mereka mendasarkan praktik mereka pada sumber-sumber yurisprudensi Islam tradisional—terutama Al-Qur’an, hadis, dan mazhab-mazhab besar.


NU didirikan pada tahun1926. Di antara tujuannya adalah menyebarkan dakwah dan memperluas jaringan anggotanya yang sudah luas di Indonesia. Hal ini merupakan dasar dari banyak upaya reformasi sosial yang dilakukan organisasi ini. Dengan struktur pengurus besar dan wilayah yang kokoh, pengurus cabang dan cabang khusus, serta berbagai dewan penasehat, Gus Yahya berada di puncak gerakan Sunni yang berpengaruh ini.

 

Dengan basis keanggotaan yang sebagian besar berada di pedesaan, NU membedakan dirinya dari organisasi Islam lainnya di Indonesia dengan memposisikan dirinya sebagai organisasi Islam tradisional utama—dengan penekanan pada pendidikan dan keterlibatan politik kebangsaan berdasarkan prinsip-prinsip Islam.

 

NU telah memberikan kontribusi amal yang besar kepada masyarakat Indonesia di bidang pengembangan pendidikan, kesehatan, dan pengentasan kemiskinan. Gus Yahya, seperti para pendahulunya, menyebarkan Nahdlatul Ulama sebagai sebuah organisasi yang diarahkan untuk membangun negara-bangsa modern berdasarkan kumpulan umat Islam moderat—dengan agenda seperti undang-undang antikorupsi dan langkah-langkah reformasi sosial yang mengakar kuat dalam prinsip-prinsip Islam.

 

Gus Yahya pernah menjadi Dewan Pertimbangan Presiden Presiden Joko Widodo, di mana ia memberikan nasihat kepada Presiden mengenai urusan agama, dalam negeri, dan internasional. Ia juga ikut mendirikan organisasi Bayt ar-Rahmah li ad-Da'wa al-Islamiyah Rahmatan li al-'Alamin yang berbasis di AS (Rumah Rahmah untuk Dakwah Islam sebagai Karunia bagi Segala Ciptaan), dan Pusat untuk Nilai-Nilai Peradaban Bersama pada tahun 2021, yang berfungsi sebagai pusat perluasan operasional NU di Amerika Utara, Eropa, dan Timur Tengah.

 

“Kita perlu menemukan penafsiran agama yang baru, bermoral, yang akan membimbing orang-orang yang berbeda agama untuk memiliki hubungan yang lebih harmonis satu sama lain, ” kata Gus Yahya, yang dikutip dalam situs tersebut.


Sebagai informasi, Royal Islamic Strategic Studies Centre, yang menerbitkan 500 tokoh Muslim paling berpengaruh di dunia ini, (MABDA المركز الملكي للبحوث والدراسات الإسلامية) merupakan sebuah badan penelitian independen yang berafiliasi dengan Royal Aal al-Bayt Institute for Islamic Thought. Institut Pemikiran Islam Royal Aal al-Bayt adalah lembaga independen Islam non-pemerintah internasional yang berkantor pusat di Amman, ibu kota Kerajaan Hashemite Yordania.