Nasional

Gusdurian dan UNESCO Latih Tokoh Agama Sampaikan Kampanye Pemilu Damai di Medsos

Sel, 24 Oktober 2023 | 07:45 WIB

Gusdurian dan UNESCO Latih Tokoh Agama Sampaikan Kampanye Pemilu Damai di Medsos

Peserta pelatihan Meneguhkan Peran Tokoh Agama dalam Melakukan Kampanye Narasi #PemiluDamai yang diadakan Gusdurian dan UNESCO di Yogyakarta (Foto: Gusdurian)

Jakarta, NU Online
Jaringan Gusdurian bekerja sama dengan UNESCO (The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) atau Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB melatih para tokoh agama untuk mampu menyampaikan kampanye tentang pemilu damai di media sosial. 


Pelatihan dengan tema Meneguhkan Peran Tokoh Agama dalam Melakukan Kampanye Narasi #PemiluDamai itu digelar di Yogyakarta, pada Jumat-Ahad, 20-22 Oktober 2023.


Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan Gusdurian Jay Akhmad mengungkapkan, media sosial memiliki andil yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Terlebih pada tahun politik ini potensi ujaran kebencian dan informasi palsu digunakan oleh aktor politik sangat besar. 


"Oleh karenanya kami mengundang para tokoh agama untuk mengikuti pelatihan ini agar menjadi agen perdamaian yang bisa menyebar narasi positif di media sosial dan lingkungan masing-masing,” ujar Jay Akhmad, sebagaimana keterangan yang diterima NU Online, Senin (23/10/2023). 


Selain membekali tokoh agama dengan berbagai pengetahuan dan kemampuan memilah informasi, lanjut Jay, pelatihan ini menjadi ruang pertemuan bagi para tokoh agama untuk berbagi pengalaman.


"Diharapkan para tokoh agama bisa saling berkolaborasi dan memperluas pengaruhnya dalam dunia digital," lanjutnya. 


Sementara itu, Kepala Unit Komunikasi dan Informasi UNESCO Jakarta Ana Lomtadze mengatakan bahwa sangat penting untuk membekali para tokoh agama dengan berbagai literasi di dunia maya. 


Ia menegaskan, ujaran kebencian dan informasi palsu merupakan gejala global yang perlu disikapi secara serius. Pada titik ini, tokoh agama memiliki peran penting untuk memastikan pemilu berjalan damai. 


Menurut Ana, menyelenggarakan pemilu di era digital membutuhkan keterampilan, pemahaman alat, dan keterlibatan semua aktor termasuk sumber daya yang dimiliki. 


"Karena itu, pelatihan ini diharapkan dapat membekali pengetahuaan dan keterampilan yang dibutuhkan serta efektif mengatasi disinformasi dan ujaran kebencian, sekaligus melindungi kebebasan berekspresi di komunitas dan ruang yang lebih luas,”  katanya. 


Suaib, salah seorang peserta dari Makassar mengaku sangat antusias mengikuti agenda ini. Sebab baginya, media sosial telah menjadi ruang yang sangat efektif untuk menyebarkan pesan-pesan damai menuju pemilu 2024.


“Bagi saya kegiatan ini sangat penting. Selain menunjang aktivitas saya selaku pegiat sosial, media sosial menjadi ruang strategis untuk menyampaikan pesan-pesan damai, apalagi jelang tahun politik 2024,” ungkap Koordinator Wilayah Gusdurian Sulawesi, Maluku, dan Papua itu.


Senada, Indah Trianingsih darii Lembaga Naluri Budaya Leluhur menyampaikan ketertarikannya mengapa ia mengikuti agenda pelatihan yang digelar Gusdurian dan UNESCO ini. Salah satunya, karena ia ingin lebih memahami seluk beluk dunia digital. 


"Setelah mengikuti kegiatan ini saya ingin membagikan pengalaman dan materi yang saya dapatkan ke komunitas penghayat di daerah saya pada khususnya dan seluruh Indonesia pada umumnya,” ujarnya.


Selanjutnya, Indah berkomitmen agar warga komunitas aliran penghayat bisa mendukung kampanye pemilu damai.

 

Pelatihan ini diikuti oleh 20 tokoh lintas agama atau keyakinan dari berbagai wilayah di Indonesia. Selama tiga hari, peserta mendapatkan materi pembekalan digital. Di antaranya lanskap media digital, pengetahuan tentang freedom of expression, harmful content, dan informasi palsu, memahami karakter media sosial, hingga pembuatan konten narasi perdamaian melalui media digital. 


Materi-materi itu dibawakan oleh para ahli yang bergelut di media digital yakni Pendiri NU Online H Mohamad Syafi' Ali alias Savic Ali, Kepala Tim Peneliti Center for Digital Society Novi Kurnia, dan Pegiat Literasi Ahmad Nasir. 


Pelatihan ini merupakan proyek Media Sosial untuk Perdamaian (Social Media 4 Peace) yang didanai Uni Eropa. Tujuannya untuk menjamin kebebasan berekresi dan memperkuat ketahanan masyarakat terhadap konten yang berpotensi membahayakan yang disebarkan secara online, khususnya ujaran kebencian yang memicu kekerasan, dan meningkatkan promosi perdamaian melalui teknologi digital, terutama media sosial.