Nasional

Habib Anis Sholeh Ba'asyin: Kemerdekaan Dirusak dan Dicederai Perilaku Korup

Sab, 27 Agustus 2022 | 13:15 WIB

Habib Anis Sholeh Ba'asyin: Kemerdekaan Dirusak dan Dicederai Perilaku Korup

Habib Anis Sholeh Ba'asyin mengatakan bahwa perilaku korup salah satu contoh bagaimana kemerdekaan dicederai dirusak. (Foto: dok. Suluk Maleman)

Jakarta, NU Online

Penggagas Ngaji Suluk Maleman, Habib Anis Sholeh Ba'asyin mengatakan bahwa perilaku korup salah satu contoh bagaimana kemerdekaan dicederai dirusak. Kekayaan yang seharusnya menjadi hak bangsa, rakyat; disedot demi kerakusan segelintir orang dengan memanfaatkan kuasa yang dimilikinya.

 

"Jelas ini (korupsi) mengacaukan kehidupan sosial dan merusak substansi kemerdekaan itu sendiri; karena korupsi merampas kemungkinan sejahtera di kalangan bangsa, rakyat," tegas Habib Anis pekan lalu.

 

Dia mengungkapkan, korupsi jangan lantas jadi budaya. Setiap orang yang masuk dalam sistem mau tak tak mau seperti digiring dan dipaksa melakukannya kalau tak ingin diasingkan atau malah disingkirkan. Kalau sudah demikian keadaannya, sungguh tak terbayang besarnya kemungkinan azab yang bisa datang,” ucap Habib Anis.


“Maka dari itu kini saatnya kita harus berani introspeksi dan mengevaluasi: mampukah kemerdekaan kita selenggarakan tanpa melanggar dan mencederai hak orang lain, hak rakyat, hak bangsa?" imbuh dia.


Sementara itu, Prof Saratri Wilonoyudho, guru besar dari Unnes, menyayangkan di momen hari kemerdekaan justru banyak peninggalan leluhur yang semakin menghilang. Tidak hanya kekayaan alam, tapi juga kesenian, teknologi, bahasa maupun berbagai kekayaan luhur lainnya.


“Padahal itu modal kekuatan bangsa ini. Kekayaan alam sudah semakin tergerus lantaran kerakusan para koruptor,” terang Saratri.


Dalam hal teknologi misalnya, Indonesia memiliki sistem persenjataan yang kuat seperti keris yang terbuat dari puluhan lapis, kapal yang banyak diakui terbaik di masanya. 


“Kita juga punya obat-obatan herbal. Namun karena itu tidak ada di barat, seolah-olah obat herbal dianggap tidak berkhasiat. Borobudur juga, itu juga menunjukkan betapa hebatnya leluhur kita di zaman dulu,” ujar dia.


Persoalan dunia pendidikan pun saat ini dinilai kian merosot. Pendidikan banyak dikomersialisasi dan hanya mengejar ranking serta demi kebutuhan pekerjaan belaka. 


“Padahal nenek moyang kita dulu benar-benar luar biasa dalam mencari ilmu. Tapi sekarang ini banyak yang hanya mengejar gelar bukan ilmu. Inilah yang menyebabkan derajat kita tak pernah naik, dan tentu saja ini memperlemah posisi kita sebagai sebuah bangsa,” terang Saratri.


Pola pandang seperti itulah yang disebut Prof. Saratri sebagai salah satu penyebab utama terjadinya perilaku korup. Banyaknya orang yang dihormati hanya karena kekayaannya, maka tak mengherankan bila kemudian banyak yang berlomba mengejar untuk menjadi kaya. Sehingga mau melakukan apapun, termasuk melanggar aturan.


Sementara itu, Abdul Jalil, dosen IAIN Kudus, mengingatkan kata merdeka memiliki makna yang begitu baik. Merdeka jika diserap dari bahasa Sansekerta maka berasal dari kata Maha Ardika. Dimana ada empat poin kunci yakni pengetahuan, kebijakan, kekuatan, dan kekayaan.


"Bila empat parameter tersebut tak ada, maka kita tidak atau belum bisa menyebut bangsa tersebut sebagai bangsa yang merdeka," tegas Jalil.


Editor: Fathoni Ahmad