Nasional

Ini Kiat Santri asal Jombang Bisa Berhasil Raih Beasiswa Magister dan Doktor di Thailand

Rab, 28 Desember 2022 | 22:30 WIB

Ini Kiat Santri asal Jombang Bisa Berhasil Raih Beasiswa Magister dan Doktor di Thailand

Santri asal Jombang, Jawa Timur, Azizuddin Muhammad Nashafi kini tengah menempuh pendidikan magister lanjut doktor di Negeri Gajah Putih, Thailand. (Foto: Dok pribadi)

Jakarta, NU Online 
Santri asal Jombang, Jawa Timur, Azizuddin Muhammad Nashafi kini tengah menempuh pendidikan magister lanjut doktor di Negeri Gajah Putih, Thailand. Aziz berhasil mendapatkan Petchra Pra Jom Klao Doctoral Scholarship, sebuah beasiswa penelitian bagi pelajar yang akan menuntaskan pendidikan magister dan doktoral secara “fast track’’.


Program beasiswa keluaran King Mongkut's University of Technology Thonburi (KMUTT) Bangkok, Thailand itu berhasil Aziz peroleh pada pertengahan tahun lalu, tepatnya Agustus 2021.


“Beasiswa include semua, full cover mulai dari monthly atau uang bulanan, tuition fee sampai asuransi juga ter-cover semua,” terang Aziz kepada NU Online pada Rabu (28/12/2022).


Informasi program beasiswa tersebut Aziz peroleh dari sang dosen. Rekomendasi dari dosen selama ia berkuliah Universitas Brawijaya tersebut diyakininya selaras dengan bidang keilmuan yang selama ini ia tekuni, yakni bioteknologi.


“Itu pendekatannya biologi dan teknologi. Jadi, bioteknologi yang khusus untuk menangani masalah pencemaran lingkungan,” ujar dia. 


Mendapatkan kesempatan emas melanjutkan studi sekaligus program magister dan doktoral di luar negeri tak dinyana berhasil ia dapatkan. Dirinya lantas membagikan tiga kiat sukses kuliah di negeri orang.


Pertama, mengenal kemampuan diri. Modal pertama ini, dianggapnya sebagai kunci untuk menentukan keputusan apa dan di mana tempat yang dinilai mendukung potensi yang dimiliki.


Skillset pertama mengetahui kemampuan diri. Kemampuan kita oke dan bagusnya di mana,” jabar santri Pondok Pesantren Mambaul Khoirot, Jombang itu.


Kedua, spesifik dalam mencari informasi. Program beasiswa yang melimpah ruah, terkadang justru membuat seseorang keteteran untuk membuat keputusan dan menentukan pilihan. 


Aziz mengatakan bahwa dalam menyortir informasi beasiswa dan program yang akan diambil, baiknya seseorang perlu memiliki list tertentu agar tidak terseret dengan informasi program yang tidak kompatibel dengan latar belakang orang tersebut.


Kan ada beasiswa banyak, tergantung kebutuhan kita juga. Saya misalnya, dengan background remediasi lingkungan, mengembalikan kondisi alam yang tercemar menjadi seperti semula dan nggak semua laboratorium support untuk penelitian itu. Jadi, kita cari informasi yang spesifik untuk diri kita,” jabar Aziz.


“Cari informasi yang pas dan spesifik saja. Kalau misalnya mencoba lalu gagal dan pola itu berulang, sekalian saja cari informasi program yang pas dengan kita, nggak serampangan,” tambahnya.


Ketiga, tidak segan membuka akses komunikasi dengan senior. Kiat ketiga ini diyakini Aziz sebagai langkah jitu untuk memuluskan hajat berkuliah di luar negeri. 


Dalam hal ini, Aziz mencontohkan untuk menghubungi kakak senior atau jika tidak memiliki sama sekali pihak yang dikenal di negara incaran, seseorang bisa mengontak perwakilan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI), misalnya. 


“Kita yang junior kadang sungkan dan segan mengontak. Sebenarnya, senior ini sudah di sana dan pasti mau membantu ketika ada yang berniat lanjut sekolah ke luar negeri,” kata Presiden PPI Thailand itu.


Azizi menilai langkah ketiga ini sangat jarang diterapkan, tetapi justru banyak impact-nya. Padahal upaya cukup mudah untuk dilakukan, mengingat seseorang yang berkehendak untuk lanjut studi ke negeri orang, kemungkinan besar memiliki kemauan kuat dan kesiapan di titik tertentu. 


“Katakanlah saya mau menetap di sini (Thailand), saya kontak senior dulu. Karena mereka sudah tahu medannya dan tipsnya apa saja biar cepat dapat. Mungkin yang orang sering terlewat adalah poin ketiga tadi,” pungkasnya.


Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Syamsul Arifin