Nasional

Istighotsah Alam, Cara NU Mimika Perkuat Kebersamaan 

Sen, 4 November 2019 | 11:00 WIB

Istighotsah Alam, Cara NU Mimika Perkuat Kebersamaan 

Sebagian jamaah istghotsah An-Nahdliyah Mimika saat mengikuti Istighotsah Alam. (Foto: NU Online/Sugiarso)

Mimika, NU Online
Membangun sebuah jamiyah atau organisasi bukan perkara mudah. Jumlah jamaah yang banyak tidak berbanding lurus serta otomatis dengan kualitas dan kekuatan jamiyah. Manusia sebagai faktor kunci penggerak jamiyah memiliki semangat, kekompakan, daya juang dan daya tahan yang naik turun. Sama seperti  halnya keimanan seseorang bisa naik turun. Ini adalah sesuatu yang alamiah, lumrah, normal, dan pasti terjadi dan tidak bisa dihindari pada setiap jamiyah
 
Tentu banyak usaha yang bisa dilakukan untuk memperkuat dan mengistikamahkan atribut tersebut agar bisa menjadi sebuah trade mark, sebuah jati diri, dan menjadi ruh organisasi.  
 
Hal inilah sepenuhnya disadari dan dilakukan  oleh jamaah istghotsah An-Nahdliyah Mimika, Papua melaui kegiatan Istighotsah Alam. 
 
“Istighotsah sebagai sebuah amaliah NU, diupayakan bukan hanya rutintas amaliah, namun bisa menjadi unsur pokok pembentuk ruhun-nahdliyah dan mampu menjadi motor harakah dan ghirah  an-Nahdliyah,” kata Ustadz Sugiarso kepada media ini, Senin (4/11).
 
Acara tersebut digelar Ahad (3/11) di Pelabuhan Amamapare Timika. Pelabuhan ini lebih dikenal dengan istilah portsite disingkat PS sebagai tempat Dewatering Plan (DWP) atau pabrik pengeringan bijih mineral dan shipping (pengapalan) konsentrat PT Freeport Indonesia (PTFI) di Kabupaten Mimika. PS merupakan area kontrak karya PTFI dengan Pemerintah RI. 
 
“Tentu saja untuk bisa menggunakan fasilitas dan masuk ke area PTFI ini, masyarakat Mimika non karyawan harus mengikuti peraturan yang berlaku, termasuk peraturan penggunaan bis dan akses non karyawan ke area PTFI,” ungkap Ketua Jamaah Istightosah an-Nahdliyah Mimika ini.
 
Titik kumpul ditentukan di Masjid Al-Istiqamah sekaligus basecamp pada pukul 07.30 dengan naik bus menuju ke Masjid Al-Ikhlas Portsite. Sebanyak 3 armada disediakan oleh PTFI lewat Yayasan Masyarakat Muslim PTFI, sebuah organisasi keagamaan karyawan Muslim PTFI, dengan kapasitas 50-an tempat duduk. 
 
Ada Rahman, Amin dan Jumar yang masing-masing bertugas untuk mengatur penumpang bus dan kapal dalam perjalanan pulang pergi Masjid Al-Istiqamah Basecamp – Masjid Al-Ikhlas PS. Perjalanan ditempuh degan bus disambung dengan kapal selama 1 jam 15 menit
 
Sebuah gambaran kegairahan dalam mengikuti acara ini disampaikan di grup WhatsApp oleh Hj Asmawati, penggerak Muslimat dan Fatayat Mimika. Juga Ustadzah dari Madin An-Nahdliyya Kampung Wanaon, SP2. 
 
“Jamaah ibu-ibu banyak yang monitor, masak apa bu? Suatu tanda bahwa ibu-ibu senang bersedekah, senang memberi temannya,” pantau ustadzah yang di kalangannya disebut Ustadzah Oke ini.
 
Ungkapan yang menyemangati disampaikan Ketua MT An-Nur, Soponyono, Kampung Wonosari Jaya, SP4, Ibu Kasmianing. 
 
“Ibu-ibu An-Nur senang bisa bersiraturahim  bersama jamaah semua dan  dan merasa bangga.  Meskipun di masjid PS sudah disiapkan makan, mereka tetap semangat membawa bekal makanan masing-masing, terutama dari jamaah MT An-Nur,” ungkapnya.
 
Sehingga sejumlah menu tersaji dari mulai jamu, nasi jagung, nasi tiwul, polo pendem, juga peyek,  udang, cumi, lodeh, ikan pe,  sayur rebung,  sambel goring, cecek, tempe kering,  mangut ikan lele, buras.
 
“Pokoknya semua komplit,“ jelas perempuan enerjik yang sering dipanggil Bu Musmin ini.
 
Mereka memakai atribut serba NU. Dari mulai baju, jilab, sarung, songkok, blangkon. Tidak ketinggalan bendera dan berbagai atribut NU lainnya. 
 
“Bahkan Mama Maya mencetak bros bulat bertuliskan jamaah Istighotsah An-Nahdliyyah Mimika,” ungkap Ustadzah Oke.
 
Kesan Mendalam
Selama kegiatan diisi dengan pembacaan Maulid Simtud Durar dipimpin oleh Ustadz Khairul Anam, Ustadz Hasyim, Ustadz Fadlan, dan Ketua Takmir Masjid Al Iklas, H Ujang Rohanda. 
 
“Hari ini adalah hari yang luar biasa berkah kita terima setelah terkendalan perizinan, akhirnya kami bisa bersilaturahim ke PS. Hari ini kita akan shalawat ful untuk menyambut maulidurrasul SAW,” kata Ustadz Sugiarso usai membagi tugas pembacaan Simtud Durar. 
 
Shalawat Asnawiyah dan Ya Lal Wathan pun menggema setelah mahallul qiyam. Iringan tabuan rebana bernada berlarian diperagakan oleh Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) SP2 yang mengiri acara ini. 
 
“Kumandang syair khas NU ini diikut oleh semua jamaah yang hadir. Acara ditutup dengan shalat Dhuhur berjamaah, salam-salaman dan makan maknaan dengan menu kuliner Nusantara karya para ibu jamaaah istighotsah,” ungkapnya.
 
Tentu saja, mengadakan acara seperti ini sarat makna dan menyisakan kesan mendalam.
 
“Banyak kesan, sampai tidak bisa dipaparkan,” ungkap H Fadlan, sesepuh NU Mimika. 
Semenara itu H Ujang mengungkapan rasa leganya.
 
“Alhamdulillah jamaah Timika bisa silaturahim dengan jamaah PS meskipun ada sedikit kendala dalam prosesnya. Namun, biidznillah atas ridha Allah acara berjalan lancar, aman, semangat, dan ceria. Cuaca panas dan hujan tidak menjadi kendala dalam agenda kita ini,” katanya.
 
Peritiwa yang juga tidak mudah dilupakan adalah ketika perahu motor bermuatan 5 orang membawa penumpang berpapasan dengan kapal. Air kibasannya menjadi geombang hingga masuk ke dalam perahu motor kecil yang ditumpangi rombongan. 
 
“Inilah asyiknya berjamaah. Kegiatan seperti ini tak terlupakan,” ungkap Rahman mengomentari sarung sesepuh NU Serui Mekar, Anthon, basah kuyup tersembur air laut. 
 
“Alhamdulillah istighotsah ini ada berkahnya,” ungkap Anton dengan tertawa diikuti penumpang lainnya.
 
 
Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Aryudi AR