Nasional

Isyarat Kiai Kholil saat Hadratussyekh Hasyim Asy’ari Usul Mendirikan NU

Rab, 24 Juli 2019 | 16:00 WIB

Isyarat Kiai Kholil saat Hadratussyekh Hasyim Asy’ari Usul Mendirikan NU

Ilustrasi: bendera NU (istimewa)

Jakarta, NU Online
Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menceritakan, suatu ketika KH Abdul Wahab Chasbullah mengusulkan kepada gurunya, Hadratussyekh Hasyim Asy’ari, untuk mendirikan sebuah organisasi baru bernama Nahdlatul Ulama (NU). Hadratussyekh tidak langsung menerima atau menolak usulan Kiai Wahab itu, dia kemudian menyampaikan usulan itu kepada gurunya, KH Kholil Bangkalan.

“Ide mendirikan NU adalah ide yang cemerlang dari Kiai Wahab, tapi beliau tidak berani mendirikan sendiri. Beliau hanya berani mengusulkan kepada gurunya, Hadratussyekh Hasyim Asy’ari. Hadratussyekh juga tidak berani memutuskan sendiri, kemudian beliau istisyarah kepada gurunya, Kiai Kholil,” kata Gus Yahya, dalam acara Silaturahmi Pj Rais Aam dengan Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang Se-Banten, Selasa (23/7).  

Menurut Gus Yahya, begitulah cara orang NU ketika hendak memutuskan atau melakukan suatu hal. Dia akan bertanya kepada gurunya. Dan jika gurunya itu masih memiliki guru, maka dia akan meminta isyarat kepada gurunya. 

“Caranya orang NU seperti itu. Kalau masih punya guru, jangan dipikir sendiri. Tanya ke guru. Walaupun kita merasa ini gagasan besar dan bagus sekali, Tanya dulu kepada guru. Kalau guru iya, baru jalan. Kalau tidak, jangan. Ini cara NU,” jelasnya. 

Dia yakin, Kiai Kholil Bangkalan memperoleh isyarat setelah melaksanakan shalat istikharah terkait dengan usulan muridnya untuk mendirikan organisasi baru itu (Nahdlatul Ulama). Menurut Gus Yahya, isyarat itu berupa Al-Qur’an Surat as-Shaff ayat 8: Yurīdụna liyuṭfi`ụ nụrallāhi bi`afwāhihim, wallāhu mutimmu nụrihī walau karihal-kāfirụn (Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya).

Gus Yahya kemudian menyinggung soal peperangan antara Turki Usmani dengan negara-negara Barat yang berlangsung selama kurang lebih 500 tahun. Hingga akhirnya Turki Usmani kalah dalam perang dunia pertama dan benar-benar runtuh pada 1924. Menurut dia, 100 tahun terakhir merupakan lanjutan dari perang dunia pertama yang belum selesai, dimana ada pihak-pihak yang terus bekerja untuk ‘memadamkan cahaya Allah’. Akan tetapi, sesuai dengan Surat as-Shaff ayat 8, Allah justru menyempurnakan cahaya-Nya.

“Kenapa ketika mendirikan NU isyaratnya itu (QS as-Shaff ayat 8)? Apa mungkin NU didirikan untuk meneruskan itfa' nurillah, ikut serta untuk memadamkan nur Allah. Tidak mungkin. Pasti maksudnya, NU diharapkan bisa menjadi wasilah itmam nurillah (menyempurnakan cahaya Allah). Saat ini kita mulai menyaksikan tanda-tanda atsar dari itu,” urai Gus Yahya, yang kemudian merujuk pendirian NU tahun 1926 atau dua tahun setelah keruntuhan Turki Usmani.

“Ketika pihak-pihak itu menginginkan untuk itfa' nurillah, sekarang mereka mendapati bahwa upaya itfa' nurillah itu menimbulkan masalah-masalah besar bagi mereka sendiri dan mereka tidak mampu mengatasinya,” lanjutnya. (Red: Muchlishon)