Nasional

Kabar Hoaks Dibuat Iblis, Nabi Adam Jadi Korban Pertama

Kam, 16 Maret 2023 | 15:00 WIB

Kabar Hoaks Dibuat Iblis, Nabi Adam Jadi Korban Pertama

Ketua Umum Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Buntet Pesantren KH Salman Al Farisi (kanan) bersama Ketua Divisi Pengelola Aduan dan Pengecekan Fakta Jabar Saber Hoaks R Tommy Sutami pada Pelatihan Cek Fakta Mandiri Bersama Jabar Saber Hoaks di Akademi Keperawatan Buntet Pesantren, Cirebon, Jawa Barat, Kamis (16/3/2023). (Foto: dokumentasi Buntet Pesantren)

Cirebon, NU Online

Penyebaran kabar hoaks bukan hanya sekarang-sekarang terjadi, melainkan sudah ada sejak dahulu kala. Bahkan peristiwa ini terjadi di tempat istimewa, yaitu surga. Hal demikian dialami langsung oleh Nabi Adam as yang diberi kabar hoaks oleh iblis mengenai buah khuldi. Hal demikian berakibat pada diturunkannya Nabi Adam as dari surga ke bumi.


Ketua Umum Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Buntet Pesantren KH Salman Al Farisi menyampaikan hal tersebut pada Pelatihan Cek Fakta Mandiri Bersama Jabar Saber Hoaks di Akademi Keperawatan Buntet Pesantren, Cirebon, Jawa Barat, Kamis (16/3/2023).Ā 


"Hoaks maksiat tertua. Kalau kita masih bahas, kita tidak belajar dari sejarah, kurang memahami dan merenungi sejarah," katanya.


"Hoaks salah satu peristiwa paling tua. Artinya bukan terjadi pada zaman di saat informasi teknologi sudah maju. Hoaks sudah ada saat Nabi Adam ada di surga," lanjut Kiai Salman.


Kiai Salman menjelaskan bahwa iblis berakting menangis sesenggukan berhari-hari sampai membuat Nabi Adam bertanya mengenai di balik peristiwa itu. Iblis justru iba kepada Nabi Adam karena suatu saat bakal meninggal dan tidak mendapatkan surga lagi. Padahal segala macam kebutuhan di surga dipenuhi dengan penuh kenikmatan dan cuma-cuma.


Nabi Adam pun bertanya mengenai apa yang harus diperbuat. Iblis pun langsung menjawab bahwa Nabi Adam perlu makan buah khuldi agar kekal di surga. Nabi Adam merespons bahwa ia dilarang mendekati pohon itu. Mendengar respons tersebut, iblis menjawab Nabi Adam ketinggalan kabar. Kabar terbaru justru buah khuldi membuat kekal di surga.


Dengan keyakinan yang ditunjukkan iblis itu, bahkan sampai bersumpah membawa nama Allah akan kebenaran berita yang dibawanya. Nabi Adam sampai akhirnya mempercayai karena hal tersebut sampai tiba konsekuensi diturunkan ke bumi.


Oleh karena itu, Kiai Salman menegaskan agar mencari informasi lebih jauh dahulu untuk kebenaran kabar yang diterima. "Kalau dapat informasi, jangan pernah langsung menerimanya mentah-mentah, cek fakta baik-baik," tegasnya.


Kiai Salman menegaskan agar menyaring dan memahami informasi yang masuk ke kita di dunia pesantren dan para santri mengingat informasi sudah tidak bisa dibendung lagi.Ā 


"Kenyataannya memang tiap orang dari segala kalangan memegang satu alat yang bisa sangat bermanfaat dan bisa sangat berbahaya sekaligus. Dari sanalah, kita mendapatkan informasi yang bermanfaat. Dari sana juga, kita dapat informasi mempengaruhi persepsi anggapan prasangka," ujarnya.


Oleh karena itu, ia menegaskan agar harus Ā dicermati agar semua mengerti bagaimana menyaring dan memahami informasi yang masuk kepada kita melalui media sosial.


Ketua Bidang Pesantren K M Lutfi NZ menyampaikan bahwa hoaks sudah merambah ke semua unsur kehidupan. Karenanya, Pelatihan Cek Fakta Mandiri sangat penting bagi para santri sebagai bekal menghadapi arus informasi yang begitu deras.


Sementara itu, Ketua Divisi Pengelola Aduan dan Pengecekan Fakta Jabar Saber Hoaks R Tommy Sutami menyampaikan bahwa mendekati tahun 2024, tahun pesta demokrasi dan politik, bakal banyak hoaks yang mengatasnamakan pihak tertentu. Karenanya, penting untuk mengecek fakta secara mandiri mengenai kebenaran berita yang diterima.Ā 


Ia pun mengajak para peserta yang terdiri dari guru dan santri Pondok Buntet Pesantren untuk mencoba mengecek kebenaran suatu gambar atas peristiwa tertentu. Salah seorang guru M Fajrul Falah mengecek fakta gambar tersebut dengan menggunakan aplikasi Google Lens.


Melalui aplikasi tersebut, ia membuktikan bahwa gambar yang ada bukan dari peristiwa yang dimaksud melainkan terjadi pada tempat dan waktu yang berbeda.


Pewarta: Syakir NF

Editor: Fathoni Ahmad