Nasional MUKTAMAR KE-34 NU

Kala Rais 'Aam PBNU Kunjungi Pameran Kitab Ulama Nusantara Tengah Malam

Rab, 29 Desember 2021 | 16:15 WIB

Kala Rais 'Aam PBNU Kunjungi Pameran Kitab Ulama Nusantara Tengah Malam

Rais 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar saat mengunjungi pameran kitab di arena Muktamar Ke-34 NU di Lampung. (Foto: istimewa)

Bandarlampung, NU Online

Malam memang telah melewati tengahnya. Segala mata tengah menghadapi masa-masa kantuknya. Badan memang sudah sulit untuk dikondisikan. Tak terkecuali bagi para punggawa Nahdlatut Turats yang memamerkan karya-karya para ulama Nusantara.


Pada mulanya sebelum malam melewati puncaknya, pameran manuskrip kitab-kitab karya ulama Nusantara lengkap dengan historiografi perjalanan kelana pengetahuan mereka dan jejaring sanad keilmuannya sudah ditutupi kain hitam di bagian depannya. Lampu penerang pun sudah dimatikan.


Mereka barangkali sudah mempersiapkan diri untuk menemui mimpi-mimpinya. Namun, kepastian akan kehadiran pemimpin tertinggi di tubuh organisasi massa Islam terbesar di dunia memang menjadi semangat tersendiri. Kain kembali ditarik dari tempatnya. Lampu pun kembali dihidupkan untuk menerangi seluruh ruang pameran.


Seseorang datang menyuguhkan segelas kopi kepada orang-orang yang hadir melingkar. Mereka tampak lesu dengan wajah kusut, pun setengah terpaksa menyeruput minuman berwarna hitam itu. Paling tidak, ada energi tambahan untuk menyambut kehadiran orang nomor satu di organisasi yang didirikan oleh Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari 95 tahun yang lalu itu.


Menit demi menit berlalu. Sosok yang ditunggu tak jua tiba. Salah seorang punggawa Nahdlatut Turats pun menghampiri Lora Utsman Hasan Kholil, pemimpin organisasi yang diinisiasi para filolog itu. Ia tampak sudah tak lagi mampu mengondisikan badannya dan meminta izin untuk lebih dahulu beristirahat jika dalam waktu beberapa menit yang ditunggu itu memang belum hadir juga. 


Orang-orang yang melingkar terus berbincang, tentu saja mengenai turats peninggalan para ulama Nusantara dan kebudayaan yang terkandung di dalamnya. Wakil Sekretaris Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Sastro Adi tampak bersemangat membicarakan mengenai khazanah itu. Berbincang mengenai hal tersebut mengingatkannya akan sosok KH Ng Agus Sunyoto, Ketua Lesbumi 2015-2020, yang meninggalkan jejak prestisius dalam menorehkan kesejarahan NU.


Waktu terus berlalu. Namun, yang ditunggu belum hadir juga. Orang berkacamata sudah tak sanggup lagi menahan matanya. Ia pun dengan segala keterpaksaan memohon izin untuk beristirahat. Namun, baru beberapa langkah ia meninggalkan tempat pameran di Sport Center Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung, dua mobil tiba beriringan.


Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar turun dari sebuah mobil hitam. Ia melangkah dengan tegap bersama beberapa rombongannya. Di wajahnya, memang tersirat kelelahan. Namun, ia tak terburu-buru dan enggan melewati satu kitab pun yang dipamerkan di dalamnya.


Kiai Miftach melangkah dengan perlahan didampingi Lora Usman, Ayung Notonegoro dari Komunitas Pegon, dan M Ichwan dari Komunitas Pecinta Kiai Soleh Darat (Kopisoda) yang secara bergantian menjelaskan kitab-kitab yang dipamerkan satu per satu. Kiai Miftach begitu antusias menyimak penjelasan mereka. Sesekali, ia menanyakan perihal yang ingin lebih dalam diketahuinya.


Apresiasi dan semangat

Setelah rampung mengitari pameran itu, Kiai Miftach menyediakan waktu untuk wawancara dan melayani Nahdliyin yang meminta foto bersama. Ia mengapresiasi langkah generasi muda NU yang memiliki ghirah untuk mengumpulkan dan mengkaji naskah-naskah karya para ulama Nusantara. Sebab, katanya, dunia sangat mengharapkan kebangkitan Islam datang dari Indonesia. Hal tersebut tentu saja tidak bisa dilepaskan dari khazanah pustaka yang menjadi buah pikir dan tangan para kiai Nusantara.


"Luar biasa. Indonesia sangat diharapkan untuk menjadi negara kebangkitan Islam dengan segala dakwah memikat tentu ditunjang dengan penerbitan yang memperkaya dan menggali segala peninggalan turats para pendahulu kita," katanya.


Pengasuh Pondok Pesantren Miftachussunnah itu menyebut bahwa khazanah karya ulama Nusantara merupakan kekayaan yang tidak akan pernah habis. Justru, lanjutnya, akan semakin berkembang mengingat pengetahuan yang digali terus-menerus akan terus bertambah, tidak malah berkurang. Karenanya, langkah para pegiat Nahdlatut Turats merupakan sebuah tindakan yang sangat tepat.


“Jadi, ini sebuah hal yang benar dan tepat. Harus ada kesadaran dari generasi muda. Saat kecerdasan hafidhah (kemampuan menghafal) dan dzaka’ (kecerdasan)-nya masih sempurna dan utuh, di sinilah harapan kita," katanya.


Kiai Miftach berharap langkah Nahdlatut Turats dapat membangkitkan semangat generasi muda untuk terus berkiprah dan melangkah menyempurnakan masa depan. Apalagi, tahun 2035 menjadi puncak bonus demografi, kaula muda menjadi penduduk mayoritas negeri ini. Hal tersebut, menurutnya, harus diimbangi dengan kecerdasan spiritual yang di antaranya terkandung dalam naskah karya ulama Nusantara.


"Kalau tidak diimbangi kecerdasan spiritual dengan memperbanyak dan menggali terutama tinggalan para ulama kita dulu saya pesimis. Pesimis bukan bonus, tapi bencana. Ini mengkhawatirkan," katanya.


Untuk melahirkan kesadaran yang sama dalam menggali kekayaan khazanah ulama Nusantara diperlukan kerja keras, kesabaran, dan keuletan. Fasilitasi NU diyakini dapat mempercepat upaya tersebut. "Kalau kerja keras apalagi NU bisa memfasilitasi, insyaallah akan lebih mempercepat. Kita upayakan itu. Amalan jariyah yang tidak akan pernah putus melahirkan generasi emas," ujarnya.


Kiai Miftach meyakini, pada saatnya nanti, hal yang diupayakan Nahdlatut Turats akan menjadi sebuah kebutuhan anak bangsa. "Kesabaran dan keulaetan terus menyebarkan memperkenalkan tanpa henti tanpa putus insyaallah pada waktunya nanti akan menjadi sebuah kebutuhan anak bangsa," kata kiai asal Surabaya, Jawa Timur itu.

 

"Upaya keuletan dan kesabaran adalah sebuah amalan yang bimaunatillah bisa membentuk sampai di sisi lain membangkitkan semangat anak-anak kita yang diharapkan," pungkasnya.

 

Kitab-kitab yang dipamerkan


Kitab-kitab karya dan tulisan Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan
1. al-Matnu as-Syarif (Panduan fikih ibadah), selesai pada hari Rabu 17 Raja 1299 H. cetakan Maktabah Musthafa al-Babi al-Halabi Mesir, tahun 1934 M. / 1353 H. No. 550, ditashih dan di terjemah dg makna jawa pegon oleh KH. Ahmad Qusyairi bin Shidiq Pasuruan. Dan juga dicetak oleh Maktabah Kholid bin Ahmad bin Nabhan Surabaya, di terjemah dg makna pegon berbahasa madura oleh KHR Abdul Majid Tamim, di tulis oleh Habib Idrus bin Hasan al-Khirid pada tahun 1409 H.
2. as-Silah fi Bayan al-Nikah (panduan nikah), disalin oleh KH. Ahmad Qusyairi bin Shidiq Pasuruan. (Manuskrip), dan di cetak di Surabaya.
3. Rotib Syaikhona Kholil, disebarkan dalam bentuk selebaran oleh KH. Kholil bin KH. Moh Yasin Kepang pada tahun 28/9/1404 H. dan di cetak ulang oleh Lajnah Turots Ilmy Syaikhona Muhammad Kholil pada tahun 2019 dan 2020.
4. Isti’dad al-Maut (panduan fikih jenazah), bertahun 3 Dz. Qa’dah 1309 H. Disalin dan dicetak oleh Lajnah Turots pada tahun 2019 M.
5. Taqrirat Nuzhah Thullab (Kaedah I’rob, gramatika arab), bertahun 1315 H. Disalin dan dicetak oleh Lajnah Turots pada tahun 2019 M.
6. al-Bina’ Dhimna Tadrib wa Mumārasah (ilmu sharaf), bertahun 3/10/1309 H. Disalin dan dicetak oleh Lajnah Turots pada tahun 2020 M.
7. Taqrirat Matn al-Izzi (ilmu sharaf), bertahun 1309 H. Disalin dan dicetak oleh Lajnah Turots pada tahun 2020.
8. Tafsir al-Khalil (Terjemah lengkap Al-Qur’an dengan makna Jawa pegon dan catatan pinggir), bertahun 1320 H.
9. Muktasahar Fiqh Ibadah, lengkap dengan makna Jawa pegon, bertahun 13 Ramadhan 1308 H.
10. Buku Khutbah (memuat satu khutbah Jum’at, dan dua khutbah untuk dua hari raya), bertahun Jum’at 19 Ramadhan 1323 H.
11. Buku Dzikir dan Wiridan, bertahun Ramadhan 1323 H.
12. al-‘Awāmil, makna pego Jawa dan taqrir (Nahwu tingkat dasar), bertahun 1309 H.
13. Taqrirat Matn al-Ajurrumiyah dan makna pego Jawa (Nahwu tingkat dasar), bertahun 1309 H.
14. Taqrirat Alfiyah dan makna pego Jawa (nahwu tingkat lanjutan), bertahun Malam Senin Dz. Qa’dah 1311 H. (Ditemukan di Dzurriyah KH. Rawi Mancengan Bangkalan).
15. Taqrirat Alfiyah dan makna pego Jawa, bertahun 3 Ramadhan 1314 H. (Ditemukan di Dzurriyah KH. Nawawi Mlonggo Jepara).
16. Jauharah al-Tauhid dan makna pego Jawa (ilmu tauhid).
17. Bad-u al-Amāli dan makna pego Jawa.
18. Kitab Wasiat bi Taqwa Allah, dan makna pego Jawa, bertahun 1308 H.
19. Maulid al-Barzanji dan makna.
20. Qashidah Hubbi li Sayyidana Muhammad dan makna, bertahun 1309 H.
21. Taqrirat Nazham al-Jazariyyah (ilmu tajwid), bertahun 1314 H.


Kitab-kitab karya KH Sholeh Darat

1. Majmu' Syariah al-Kafiyat lil Awam (280 hlm): berisi pelajaran fiqih ibadah dan akhlak. Ada bab unik "katuranggan wanita" yg menerangkan ciri2 wanita ideal utk jadi istri. Feminisme RA Kartini terinspirasi dari kitab ini, menurut penelitian dosen UIN Walisongo Prof Dr Sri Suhanjati Sukri. Ajaran nasionalisme dan sikap anti penjajahan Hadlrotus Syaikh Hasyim Asy'ari diyakini dari pengaruh ajaran sang guru di kitab ini.

2. Tarjamah Sabilul Abid ala Jauharotut Tauhid (400 hlm):berisi pedoman iman dan tauhid. Juga tuntunan akhlak. Pembimbing hamba di jalan Tuhan. Beberapa peneliti dan sejarawan menduga, Persyarikatan Muhammadiyah terinspirasi dari kitab yang di dalamya menyebut 'Ummatul Muhammadiyyah' ini, yang membuat sang murid, Darwis alias KH Ahmad Dahlan mendirikan organisasi itu untuk berdakwah di perkotaan. 

3. Kitab Munjiyat, Methik Saking Ihya Ulumiddin (196 hlm): berisi ajaran tasawuf utk orang awam maupun sudah kuat iman. Benar2 memetik dari kitab Ihya Ulumiddin karya Imam Al Ghozali.

4. Matan Al-HIkam (152 hlm): berisi syarah/penjelasan dari ajaran tasawuf Imam Ibnu Athoilah As-Sakandary di kitab Al-Hikam.

5. Lathoifut Thoharoh wa Asrorus Sholat (96 hlm): berisi tuntunan berwudhu dan sholat secara sempurna, dengan memberi sentuhan batin. 

6. Tafsir Faidhur Rohman (580 hlm): ini adalah masterpiece Mbah Sholeh. Merupakan tafsir pertama non-Arab (Jawa). Yang istimewa, kitab ini ditulis utk kado pernikahan RA Kartini dengan Bupati Rembang, sebagai hadiah sang guru kepada murid tercinta sesama warga Mayong, Jepara.


7. Minhajul Atqiya fi Syarhi Ma'rifatil Adzkiya ila Thoriqil Auliya (516 hlm): ini kitab "paling berat", karena berisi tuntunan bagi para salik tarekat. Bimbingan meniti maqom tinggi sebagai kekasih Allah. Orang awam dilarang mengamalkan isi kitab ini tanpa bimbingan seorang guru atau mursyid.

8. Almursyidul Wajiz fi Ilmil Qur'anil Aziz (126 hlm): berisi pelajaran tajwid dan akhlak. Tentang bagaimana membaca Al Quran dan meresapi ayat-ayatnya. Guru-gurunya Mbah Sholeh disebutkan dalam kitab ini.

9. Syarah Burdah (368 hlm): sebuah gubahan prosa yang indah dari kitab Burdah karya Imam al-Bushiri.

10. Manasik Haji wal Umroh wa Adabu Ziyaroti Rosulillah (64 hlm): Berisi tuntunan ibadah di tanah suci yang lengkap. Di buku manasik umumnya hanya berisi tata cara haji dan umroh, namun di kitab ini ada bimbingan bagaimana berdoa yg mustajab di roudhoh dan bgm ziarah di makam Rasulullah

11. Kitab Pasolatan (54 hlm): berisi tuntunan praktis ibadah sholat. Baik sholat fardhu maupun sunnah.

12. Tafsir Hidayatur Rohman (260 hlm): ringkasan dari Tafsir Faidhur Rohman.

13. Hadis Ghoity Isro Miroj lan Syarah Al-Barzanji (116 hlm): berisi syarah atas hadis tentang kisah perjalanan isro miroj Nabi Muhammad.

14. Alfiyyatut Tauhid (132 hlm): berisi tulisan makna gandul atas 1000 bait syair-syair tentang pelajaran tauhid.

15. Haqiqotut Tajwid (20 hlm): masih berupa manuskrip, yakni tulisan tangan asli Mbah Sholeh Darat yang berisi pelajaran tajwid berbahasa Arab. 


Manuskrip koleksi Komunitas Pegon

1. Shiratal Mustaqim. Kitab Fiqih Syafi’iyah yang dikarang oleh Syekh Nuruddin bin Muhammad Zailani bin Ali bin Husnuzi bin Muhammad Hamid ar-Raniri (Syekh Nuruddin ar-Raniniri, Aceh). Kitab ini selesai ditulis pada Syaban 1054 H (1604). Kemudian digandakan dan terus diperbanyak oleh murid-muridnya dari masa ke masa. Sampai akhirnya dicetak oleh Maktabah Musthafa al-Babi-l-Halaby, Kairo, Mesir pada Senin , 11 Rabiuts Tsani 1356 H/ 12 Juni 1938 M.
2. Syiir Nasehat. Syiir Nasehat ini merupakan pelajaran yang diberikan kepada murid-murid Pondok Tugung (PP. Al-Azhar), Sempu, Banyuwangi, Jawa Timur. Kitab ini dikarang langsung oleh pengasuhnya, KH. Muhammad Abbas bin Hasan pada 1354 H/ 1936 M. Kemudian dicetak di Maktabah Musthafa al-Babi-l-Halaby, Kairo, Mesir pada Dzulqaidah 1356 H/ 20 Januari 1938 M.
3. Syair Fatimah. Kitab yang berupa syair berbahasa Jawa ini merupakan adaptasi dari kitab Daqaiqul Akbar karya Imam Abdurrahman bin Ahmad al-Qadhiy. Kitab ini ditulis oleh Kiai Sumadi dari Kauman, Kudus, Jawa Tengah. Kitab ini ditulis pada Senin, Rabiul Akhir, 1324 H atau sekitar tahun 1906 M. Kemudian dicetak di Maktabah Musthafa al-Babi-l-Halaby, Kairo, Mesir atas pesanan dari Maktabah an-Nabhaniyah al-Kubro di Surabaya.
4. Syair Kelabang Quraisy. Syair ini menceritakan tentang kisah Nabi Muhammad menghadapi kaum kafir Quraisy yang disusun dalam bahasa Jawa. Syair ini disusun oleh Abdul Rozaq/ Haji Zajuri di Mekkah pada 11 Muharram 1324 H/ 7 Maret 1906 M. Kitab ini dicetak oleh Mathba’ah Istambul atas pesanan dari Maktabah an-Nabhaniyah al-Kubro di Surabaya.
5. Fathul Mutafakkirin. Kitab berbahasa Melayu ini merupakan saduran dari risalah yang ditulis oleh Sayid Ahmad Zaini Dahlan dan ditambah dengan sejumlah kutipan hadits dari kitab Jamiu-s-Shagir. Kitab berjudul lengkap Fathul Mutafakkirin: Supaya Bertempat Iman dan Yaqin ini disusun oleh Syekh Ustman bin Syihabuddin dari Pontianak, Kalimantan Barat pada 1324 H (1906 M) dan diterbitkan Maktabah Musthafa al-Babi-l-Halaby, Kairo, Mesir pada Safar 1349 H (Juli 1930 M).
6. Nadzam Safinatunnajah dan As-Silah fi Bayanin Nikah. Kitab ini terdiri dari dua naskah. Naskah awal berjudul Nadzam Safinatunnajah yang merupakan bentuk syair berbahasa Arab dari kitab fiqih yang populer di Nusantara, Safinatunnajah. Kitab ini dianggit oleh KH. Achmad Qusyairi dari Pasuruan. Kemudian naskah kedua adalah As-Silah fi Bayanin Nikah yang disusun dalam bahasa Arab oleh Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan. Kitab ini diterbitkan Maktabah Musthafa al-Babi-l-Halaby, Kairo, Mesir pada Safar 1353 H (Juli 1934 M) dengan dibubuhi makna gandul berbahasa Jawa.
7. Hidayatus Salikin. Kitab berbahasa Melayu ini merupakan karya dari Syekh Abdussamad al-Palimbani yang berisi ajaran tasawuf yang diadaptasi dari karya Imam Ghazali berjudul Bidayatul Hidayah. Kitab ini selesai ditulis pada 5 Muharram  1192 H/ 3 Februari 1778 M. Kitab ini terus dicetak hingga sekarang dan pada edisi ini merupakan terbitan dari Maktabah Musthafa al-Babi-l-Halaby, Kairo, Mesir pada Jumadis Tsani 1341 H (Februari 1923 M).
8. Tamrinul Lisan. Kitab berbahasa Melayu ini berjudul lengkap Tamrinul Lisan fi Makrifati Tajwidil Qur’an. Sebagaimana judulnya, kitab berbahasa Melayu ini berisi tentang ilmu tajwid. Dikarang oleh seorang ulama asal Jambi yang mengajar di Mekkah, Syekh Hasan bin Yahya Jambi. Kitab ini selesai ditulis pada Rabu, 20 Rajab 1344 H/ 4 Februari 1926 M. Kemudian dicetak di Matba’ah  at-Taqdimu-l-Ilmiyah di Mesir.
9. Hidayatus Sibyan. Kitab berbahasa Melayu ini berisikan tentang ajaran iman dan Islam yang diperuntukkan bagi anak-anak. Dinukil dari berbagai kitab. Penyusunnya adalah Syekh Abu Abdullah Husain Nasir bin Muhammad Thoyyib al-Mas’ud dari Banjar, Kalimantan Selatan. Beliau menyelesaikan penulisannya pada Senin, 18 Muharram 1330 H/ 8 Januari 1918 M. Kitab ini dicetak oleh Maktabah Musthafa al-Babi-l-Halaby, Kairo, Mesir pada 12 Dzulhijah 1355 H (24 Februari 1937 M).
10. Sirajul Huda. Kitab berbahasa Melayu ini merupakan syarah dari Ummul Barahin karya Imam Sanusi. Kitab ini disusun oleh Syekh Muhammad Zainuddin bin Muhammad Badawi dari Sumbawa, NTT. Kitab yang ditulis di Mekkah ini, kemudian dicetak oleh Maktabah Musthafa al-Babi-l-Halaby, Kairo, Mesir pada Safar 1338 H (November 1919 M).
11. Risalah Dararul Bahiyah (Makna Gandul Jawa). Kitab yang ditulis dalam bahasa Arab ini ditulis oleh Syekh Bakar Satha’, Mekkah. Kemudian dibawa ke Nusantara oleh murid-muridnya dan disebarluaskan dengan diberi makna gandul berbahasa Jawa. Salah seorang murid yang menerjemahkan tersebut adalah Syekh Muhammad Nur dari Yogyakarta. Kitab ini, kemudian dicetak oleh Maktabah Musthafa al-Babi-l-Halaby, Kairo, Mesir.
12. Muqaddimah as-Sibyan lil Mubtadi. Kitab berbahasa Melayu ini berisikan tentang ajaran aqidah yang diperuntuukan bagi anak-anak atau pemula. Kitab ini sendiri tak diketahui oleh penulisnya karena tak mau disebutkan namanya. Dalam kitab hanya disebutkan jika karya ini ditulis oleh Waliyullah Tiada Disebut Namanya. Kitab ini dicetak oleh Maktabah Musthafa al-Babi-l-Halaby, Kairo, Mesir pada Rabiul Awal 1349 H (Agustus 1930 M).
13. Serat Sam’un. Manuskrip berbahasa Jawa dengan metrum tembang ini berjudul Serat Sam’un. Tak ada kolofon yang menjelaskan tentang sosok penulis ataupun penyalinnya. Begitu pula dengan titi mangsa penulisannya. Namun, naskah yang ditulis di atas kertas daluwang ini, diperkirakan berasal dari Madura tak kurang dari satu abad silam. Hal ini ditandai dengan penamaan tembang Artati sebagaimana banyak ditemukan dalam naskah-naskah Madura.
14. Islam lan Keluarga Berencana. Ini merupakan karya dari KH. Mustafa Bisri dalam aksara Latin yang diterbitkan pada 1974. Menjelaskan tentang pandangan Islam terhadap program Keluarga Berencana (KB) yang digalakkan pemerintah kala itu. Buku ini disusun dengan metode tanya jawab seputar hukum KB. Buku ini sendiri diterbitkan oleh Menara Kudus.
15. Risalah Puasa. Risalah Puasa ini merupakan selebaran yang berisi tentang syarat, rukun dan hikmah puasa yang ditulis dalam bahasa Jawa oleh KH. Mas Abdul Aziz, Surabaya. Risalah yang juga dilengkapi dengan Jadwal Ramadan 1345 H (1927 M) ini, disebarkan atas usaha dari Shubbanul Wathon, Taswirul Afkar dan Nasihin. Ketiganya merupakan organisasi yang terafiliasi dengan Nahdlatul Ulama.
16. Syair Partai NU. Syair Partai Nahdlatul Ulama ini disusun oleh seorang ulama dari Pesantren Zainul Hasan, Genggong, Kraksaan, Probolinggo, Jawa Timur. Ia bernama KH. Hasan Saifuridzall atau biasa dipanggil Kiai Noun Achsan. Isi syair berbahasa Madura ini berisi anjuran moral untuk memilih partai NU yang merupakan representasi umat Islam di Indonesia pada saat Pemilihan Umum. Syair ini disusun pada 29 Jumadil Ula 1376 H/ 1 Januari 1957. Jika dilihat dari titi mangsanya tersebut, karya ini dipersiapkan untuk menghadapi pemilihan daerah Jawa Timur yang digelar pada 1957.
17. Ta’liqat. Karya Hadratusysyekh KH. Hasyim Asy’ari ini berjudul lengkap Ta’liqat ala Mandhumah as-Syekh Abdullah bin Yasin al-Pasuruani. Kitab ini merupakan polemik Kiai Hasyim dengan Kiai Abdullah Yasin dari Pasuruan. Kitab ini diterbitkan pertama kali oleh Drukkerij (Percetakan) Nahdlatul Ulama di Surabaya pada  5 Syaban 1351/ 3 Desember 1932.
18. Ihya Amalul Fudlola’. Kitab ini merupakan terjemah dari pidato KH. Hasyim Asy’ari yang berjudul Muqadimah Qonun Asasi. Pidato yang menjadi pembuka Anggaran Dasar Nahdlatul Ulama itu,  dicetak atas inisiatif Konsul NU Malang. Hal ini dibicarakan dalam pertemuan Konsul NU Malang pada 29 -30 Desember 1937. Saat itu, KH. Wahid Hasyim yang menjadi sekretaris Konsul, dipasrahi untuk mengurus perizinannya. Lantas, ide tersebut teralisasi berupa  naskah asli yang berbahasa Arab dan dibubuhi makna berbahasa Jawa yang disusun oleh KH. Machfudz Siddiq. Kitab ini kemudian diterbitkan oleh Matba’ah Nahdlatul Ulama di Surabaya pada 1357 H/ 1938 M.
19. Risalah Muhimmah Tamyizul Haq minal Bathil. Kitab ini merupakan karya Hadratusysyekh KH. Hasyim Asy’ari yang berisi tentang polemiknya terhadap Kiai Sukowangi dari Pare, Kediri yang mengajarkan faham yang keliru. Kitab ini, diterbitkan oleh Penerbitan NU di Surabaya pada  Djumadis Tsani 1359 H/ Agustus 1940 M.
20. Berita Nahdlatoel Oelama. Ini merupakan majalah tengah bulanan yang diterbitkan secara resmi oleh PBNU sejak 1931. Majalah ini berisi tanya jawab, artikel yang ditulis oleh tokoh-tokoh NU maupun tokoh nasional, serta berita internal NU dan yang berkaitan erat dengan dunia Islam. Pada edisi tertentu juga memuat laporan khusus muktamar NU. Seperti  edisi ini yang merupakan edisi khusus laporan Muktamar ke-12 NU di Malang pada 1937.

 

Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan