Nasional

Katib ‘Aam PBNU Ajak Umat Islam Bahagia Saat Lihat Tetangga Dapat Nikmat

Sel, 19 April 2022 | 17:00 WIB

Katib ‘Aam PBNU Ajak Umat Islam Bahagia Saat Lihat Tetangga Dapat Nikmat

Katib Aam PBNU KH A Said Asrori saat menghadiri pengukuhan PBNU dan Harlah ke-96 NU di Balikpapan, Kaltim. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Katib ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Akhmad Said Asrori mengajak umat Islam untuk merasa gembira dan bahagia saat melihat tetangga atau saudara terdekat mendapatkan nikmat.


Hal ini dijelaskan Kiai Said Asrori saat menerangkan hadits Rasulullah yang diriwayatkan Sahabat Anas bin Malik. Rasulullah bersabda bahwa tidak sempurna iman seseorang sampai mencintai apa yang dimiliki saudaranya seperti mencintai apa yang dimilikinya. 


“Artinya, seseorang akan sempurna imannya manakala merasa bahagia dan senang, apabila ada saudaranya mendapatkan kesenangan. Kita ikut bersyukur kepada Allah manakala ada saudara kita mendapatkan kenikmatan seperti ketika nikmat itu diterimanya,” kata Kiai Said Asrori, dalam sebuah tayangan di TVNU, diakses NU Online, pada Selasa (19/4/2022).


Menurutnya, hadits tersebut melarang keras umat Islam merasa terganggu ketika ada saudara dan tetangga yang sedang mendapatkan kenikmatan. Karena terkadang, merekalah yang akan memberikan bantuan dengan menggunakan kenikmatan yang diberikan oleh Allah. 


“Kita umat Islam tidak boleh iri, dengki, terhadap nikmat-nikmat yang diberikan Allah kepada saudara-saudara kita. Kita kadang menemukan orang-orang yang merasa terganggu apabila saudaranya mendapat kenikmatan. Ini tidak boleh dan harus kita hindari. Sebab kalau sampai itu terjadi, menjadikan iman kita tidak sempurna,” jelasnya.


Kiai Said Asrori menjelaskan bahwa banyak orang yang merasa sakit hati dan pikirannya terganggu karena tidak nyaman atas nikmat yang diberikan kepada tetangganya. Sikap seperti itu disebut iri atau hasud yang menjadi sumber dari segala penyakit. 


“Hasud adalah iri dan dengki terhadap tetangga dan saudara kita ketika mendapatkan nikmat dari Allah. Semakin besar atau semakin banyak nikmat yang diberikan, justru akan menjadi sakit hati dan terganggu pikirannya. Ini tidak boleh terjadi karena akan merembet dan menyebar menjadi penyakit-penyakit yang lain,” katanya. 


Kiai Said menegaskan bahwa Allah tidak akan mengangkat derajat orang yang iri dan dengki pada tingkatan yang mulia seperti menjadi tokoh atau pemimpin. Hasud, iri, dan dengki itu pun adalah perbuatan dosa besar yang dilarang agama. 


“Apabila kita punya saudara dan tetangga mendapatkan kenikmatan, marilah kita ikut berbahagia. Kita doakan mereka agar kenikmatan itu memberikan pengaruh yang baik dan menjadikan mereka tambah dekat dengan Allah,” terang Kiai Said Asrori. 


Sebab pada hakikatnya, semua kenikmatan adalah anugerah pemberian dari Allah. Jika seseorang bisa bersyukur dan ikut berbahagia atas nikmat yang didapatkan oleh tetangga atau saudaranya, maka keimanannya akan semakin meningkat pada tingkatan yang sempurna. 


Delapan bahaya hasud (iri-dengki) 

Di dalam Kitab Thariqah Muhammadiyah dijelaskan, terdapat delapan bahaya dari sifat hasud atau iri dan dengki. Penjelasan ini dimuat dalam sebuah artikel NU Online berjudul ‘Delapan Bahaya Hasud (Iri-Dengki)’.


Pertama, ifsadut tho’at yaitu merusak ketaatan kepada Allah. Kedua, ifdha’u ilaa fi’lil ma’ashi yakni membuka pintu terjadinya maksiat. Ketiga, hirmantus syafa’ah yaitu menghalangkan diri dari syafaat kelak di hari kiamat. Keempat, hasud dapat menyebabkan orang masuk neraka (dukhulun nar). 


Kelima, al-ifdha’ ila dharari ghairihi yakni hasud dapat membahayakan orang lain. Hal ini sering terjadi karena orang akan berusaha semaksimal mungkin demi tercapainya tujuan melenyapkan nikmat yang dihasudi. Keenam, at-ta’ab wal ham-min ghairi faidatin yaitu orang yang hasud selalu disibukkan dengan masalah yang tidak ada faedahnya dan dirundung kesedihan yang tidak terbatas. 


Ketujuh, ‘amal qalbi hatta yakada la yafhamu hukman min ahkamillahi ta’ala. Artinya, hasud akan menyebabkan seseorang buta hatinya dan tidak mempedulikan lagi aturan syariat dan hukum Allah. Kedelapan, alhirmanu wal hidzlanu yaitu hasud akan menjadikan seseorang terhalang dari keberhasilan. 


Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Aiz Luthfi