Nasional LITERASI DIGITAL

Keamanan Data Pribadi Penting di Era Digital

Sel, 9 Agustus 2022 | 01:15 WIB

Keamanan Data Pribadi Penting di Era Digital

Seminar literasi digital di Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Senin (8/8/2022).

Rembang, NU Online

Istri Wakil Gubernur Jawa Tengah H Taj Yasin maimoen yang bernama Ning Nawal Nur Arafah mengatakan pentingnya santri belajar literasi digital untuk mengetahui keamanan data pribadi.


"Ketika interaksi dengan dunia digital maka diperhatikan keamanan data pribadi juga. Bahwa harus menjaga privasi itu bagaimana. Menjaga etika. Saat memposting satu konten harus disertai etika," jelasnya saat seminar literasi digital di Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Senin (8/8/2022).


Menurutnya, kemajuan internet harus disertai literasi digital, dikarenakan banyak pencurian data pribadi dan digunakan untuk menipu.


"Ketika kita menyampaikan profil di media sosial, harus dipikirkan juga bahaya yang timbul karena adanya pencurian data. Lalu digunakan untuk melakukan penipuan. Harus tahu keamanan privasi digital," imbuhnya.


Hj Nawal Taj Yasin menambahkan santri harus responsif dan adaptif terhadap perkembangan digital. Karena ada juga proses belajar online yang terkadang membingungkan. Tidak jelas guru dan sanad keilmuannya.


Dunia sudah berubah dengan kemajuan teknologi seperti dua mata pisau yang bisa mendatangkan positif dan negatif. Bisa menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh. Sehingga bisa menyamakan satu ide, gagasan dan visi misi dengan satu alat bernama handphone. Ini lah pentingnya literasi digital.


"Disrupsi di belajar agama juga ada, ngaji sekarang banyak via online. Namun, dampak negatifnya yaitu salah guru dan pemahaman agama tidak benar karena tidak dibimbing secara langsung," tegasnya.


Beberapa tokoh pesantren juga tidak liput dari pencurian data, baik penggunaan foto maupun pemanfaatan media sosial yang di-hack lalu digunakan untuk memeras orang lain.


Oleh karenanya, pesantren harus relevan pada perubahan zaman. Ini satu tantangan. Pesantren harus responsif dan adaptif.


"Dari sini kita bisa mengambil pelajaran bahwa pesantren ini butuh untuk beradaptasi dengan kecanggihan digital," tegasnya. 


Dikatakan, ketika santri menggunakan media digital tidak hanya bicara mengenai batasan dan peraturan saja. Perlu buat tujuan yang jelas. Semisalnya bertujuan melatih daya pikir yang kritis. Ketika ada informasi baru yang datang, harus dipilih mana yang harus disebarkan dan dibiarkan saja.


Tujuan lainnya bisa mengembangkan kreativitas dalam bermedia sosial. Tidak menjadi objek teknologi saja. Tujuan baik lagi yaitu untuk elaborasi dan membangun networking.


"Tujuan ini dipegang dahulu sebelum bermain media sosial. Agar tidak salah. Santri memiliki tingkat kreatifitas tinggi semisal sarung yang bisa jadi selimut, tas, celana dan lainnya," katanya.


Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar KH Idror Maimoen berharap dengan literasi digital bisa mengangkat sejarah perempuan kembali. Seperti Nyai Khoriyah Hasyim menjadi mudir madrasah perempuan Darul Ulum di Makkah. 


Hal ini hebat karena di kota suci ada tokoh wanita yang jadi pelopor dunia Islam dan membangkitkan keilmuan. Mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional.


"Maka saya minta yang bicara literasi ada yang perempuan juga. Semoga perempuan bisa berbuat manfaat dan jadi bunga bagi Indonesia," tandasnya.


Pewarta: Syarif Abdurrahman

Editor: Fathoni Ahmad